INDONESIAKININEWS.COM - Setelah adanya sebuah film dokumenter yang ditayangkan di Netflix berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Won...
INDONESIAKININEWS.COM - Setelah adanya sebuah film dokumenter yang ditayangkan di Netflix berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, kini kasus kematian Wayan Mirna Salihin akibat meminum racun dalam sianida yang diberikan Jessica Wongso kembali ramai diperbincangkan publik.
Terkait hal itu, seorang Ahli Patologi Forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dokter Djaja Surya Atmadja mengungkapkan bahwa kesimpulannya Wayan Mirna Salihin meninggal bukan akibat racun sianida.
Hal ini disampaikan Djaja saat hadir sebagai saksi dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat pada 2016 silam.
"Saya menyimpulkan, (Mirna tewas) bukan karena sianida," kata Djaja dikutip dari VIVA Group, Rabu (4/10/2023).
Djaja menuturkan, kesimpulan itu atas dasar karana hanya ditemukan 0,2 miligram racun sianida saja di dalam cairan lambung Mirna berdasarkan barang bukti yang dimiliki penyidik. Dengan jumlah sianida itu, kata Djaja, jumlah yang wajar dan tidak mungkin membunuh seseorang.
Menurut Dajana, seseorang yang terpapar sianida, seharusnya positif sianida pada bagian tersebut. Apalagi dalam hal ini hasil pemeriksaan negatif sianida pada urine, liur lambung, empedu, dan hati.
"Di lambung itu harusnya ada sianida dalam jumlah besar. Di sampel cairan lambung itu, berdasarkan laporan, positif sianida 0,2 miligram per liter. Tapi, di empedu dan hati kan tidak ada. Jadi, menurut saya, korban tidak meninggal karena keracunan sianida," tegasnya.
Djaja juga menyatakan, pada tubuh orang secara normal pasti memiliki sianida. Dijelaskan, sianida sebenarnya banyak terkandung dalam tanah, rokok, sehingga setiap orang pasti terpapar sianida namun tidak dalam jumlah yang besar.
"Sekarang begini, orang normal, itu terpapar sianida karena sianida ada di alam bebas. Itu sebabnya Tuhan berikan enzim rodanase agar sianida di alam itu bisa dinetralisir. Jadi, sianida yang membunuh seseorang itu jumlahnya harus banyak, 150-250 miligram perliter," pungkas pria yang mengaku mengajar insektisida dan sianida di beberapa fakultas kedokteran perguruan tinggi itu.
Sumber: Bandung.viva.co.id