INDONESIAKININEWS.COM - Akhirnya pelaku penganiayaan dan pembunuhan warga Aceh bernama Imam Masykur resmi memakai baju tahanan militer. Sat...
INDONESIAKININEWS.COM - Akhirnya pelaku penganiayaan dan pembunuhan warga Aceh bernama Imam Masykur resmi memakai baju tahanan militer.
Satu di antara tiga tersangka adalah oknum Paspampres.
Identitas ketiganya adalah Praka Riswandi Manik petugas Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan ( Paspampres), Praka HS anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat, dan Praka J merupakan anggota TNI di Kodam Iskandar Muda.
Selain ketiga oknum TNI tersebut, ada pula seorang warga sipil yang ikut terlibat dalam kasus penculikan berujung pembunuhan Imam Masykur.
Ketiganya kini resmi ditahan dan masih dalam pemeriksaan intensif Pomdan Jaya.
Dalam siaran langsung di Mapomdam Jaya yang disiarkan Kompas TV, Kepala Dispenad (Kadispenad) Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari menunjukkan tampang ketiga tersangka pembunuhan Imam Masykur.
Resmi mengenakan baju tahanan berwarna kuning, Praka Riswandi Manik, Praka HS, dan Praka J kini berkepala plontos.
Perihal kronologi pembunuhan yang dilakukan ketiga tersangka, Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari mengurai penjelasan.
Bahwa mulanya ketiga pelaku hendak melakukan penculikan terhadap Imam Masykur.
Kini motif dan detail penculikan korban masih didalam penyidik Pomdam Jaya.
"Ini berawal dari dugaan penculikan, pemerasan, dan penganiayaan yang kemudian menimbulkan terjadinya kematian dari korban. Untuk pasal nanti masih dalam proses diskusi antara penyidik dari pihak (TNI)," kata Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari dilansir TribunnewsBogor.com pada Selasa (26/8/2023).
Terkait isu pelaku nekat menculik korban karena hendak minta setoran, pihak TNI masih menyelidiki dugaan tersebut.
Terlebih beredar kabar bahwa korban menjual obat-obatan terlarang.
"Proses penyidikan masih berlangsung, kita masih mengumpulkan keterangan dari saksi, untuk mengungkap secara tuntas, apakah ada latar belakang yang lain, terkait obat-obatan atau sekadar penculikan yang dilatarbelakangi ekonomi," ungkap Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari.
Saat ini, pihak Pomdam Jaya telah memeriksa delapan saksi guna mengetahui identitas dan keseharian korban.
Hal tersebut guna mengusut keterkaitan antara korban dan pelaku.
"Kami dalami lagi korban ini apa saja jualan obat terlarangnya. Delapan orang kami periksa dari keluarga, korban yang pada kejadian awal ini diculik. Warga sekitar sempat memberikan perlawanan, keluarganya kemudian saksi lain yang dalam proses penculikan menjadi korban," pungkasnya.
Adapun mengenai awal mula hubungan pelaku dengan korban, pihak Pomdam Jaya mengurai penjelasan.
Rupanya pelaku mengenal korban dari komunitas penjual kosmetik asal Aceh.
Namun ketiga pelaku hanya sebatas mengetahui korban saja, sementara korban sama sekali tidak mengenal ketiga oknum TNI tersebut.
Perihal hubungan antar pelaku, ternyata tiga tersangka adalah satu angkatan di TNI yang sama-sama berasal dari Aceh.
Mereka pun bersiasat guna penculikan dan mengincar penjual kosmetik dari Aceh melalui komunitasnya untuk dijadikan korban.
"Mereka (tersangka) semua ini satu angkatan, latar belakangnya orang dari Aceh yang sama-sama dinas di Jakarta sehingga mereka melakukan itu secara terencana untuk penculikan dan pemerasan. Mereka tidak mengenal korban tapi mereka mengetahui korban ini," ujar Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari.
Awalnya, para tersangka hendak menculik dua orang warga Aceh yang tinggal di Ciputat Timur.
Namun salah seorang korbannya dilepaskan di tengah jalan wilayah Cikeas, Kabupaten Bogor.
"Sebenarnya yang diculik dua orang, tapi yang satu dilepas. Korban ini kondisi napasnya susah, itu kita periksa sebagai saksi," pungkas Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari.
Sumber: Tribunnewsbogor