INDONESIAKININEWS.COM - Beredar di media sosial video Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan ingatkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto aga...
INDONESIAKININEWS.COM - Beredar di media sosial video Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan ingatkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto agar tidak melakukan hal yang bukan-bukan.
Namun, video tersebut hanyalah candaan akrab dua menteri Jokowi yang hendak melakukan pertemuan.
Seperti yang dilihat tim Pantau.com pada unggahan TikTok @tumgrd, Selasa (21/3/2023).
Terlihat Prabowo sedang berdiri dihadapan Luhut.
Kemudian Prabowo meminta izin untuk diberikan duduk di kursi sebelah Luhut.
“Bowo kau jangan macam-macam, Bowo,” kata Luhut.
“Kalau Abang tidak ijinkan saya duduk, saya ga duduk,” kata Prabowo.
Sambil tertawa, Luhut mengizinkan Prabowo untuk duduk di kursi sebelahnya.
“Duduk diberi,” kata Luhut.
Luhut dan Prabowo, Kisah Keakraban Abang-Adik
Suatu pagi di antara rentang waktu 1999 sampai awal 2000, Prabowo Subianto menjejakkan kaki di KBRI Singapura.
Ia mengenakan pakaian lusuh sambil menenteng tas. Kepada petugas KBRI, mantan Danjen Kopassus itu mengaku sebagai kawan dekat duta besar yang bertugas di sana, Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut ketika itu baru saja menyelesaikan sarapan. Sang Duta Besar buru-buru keluar untuk menemui tamu dadakan tersebut.
“Kok? Ngapain kamu ke sini?” kata Luhut sambil memandangi lelaki lusuh di hadapannya.
“Bang, aku dapat informasi Pak Cum sakit. Aku mau menengok, cuma paspor habis, enggak ada yang bisa memperpanjang,” jawab Prabowo.
Pak Cum adalah panggilan untuk Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah Prabowo yang juga ekonom kenamaan Indonesia.
Prabowo tidak mendampingi sang ayah yang sakit karena lebih banyak menetap di luar negeri sejak diberhentikan dengan hormat dari TNI karena kasus penculikan aktivis pada 1998.
Namun, kondisi kesehatan ayahnya yang merosot memaksanya pulang.
Masalahnya, usaha Prabowo untuk meminta perpanjangan paspor di KBRI Yordania—tempatnya menetap beberapa tahun belakangan, kandas. Itu sebabnya Prabowo terbang ke Singapura guna meminta bantuan Luhut, sahabatnya.
Begitu mendengar kabar ayah Prabowo sakit, Luhut langsung bersedia membantu Prabowo. Ia segera menelepon bagian konsuler KBRI Singapura.
“Ini ada Prabowo Subianto mau perpanjangan paspor, gimana?” tanya Luhut.
Di ujung telepon, petugas konsuler tak menyanggupi permintaan Luhut. Alasannya, ada perintah dari Jakarta agar tak menerbitkan paspor untuk Prabowo.
Jawaban si petugas membuat Luhut berang.
“Heh, kamu tahu saya. Jabatan saya di sini apa?” ujar Luhut, ketus.
“Dubes,” jawab petugas konsuler itu.
“Dubes. Terus, Dubes apa?”
“Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.’
“Nah, iya. Sudah, bikin (paspor untuk Prabowo)!”
Berbekal paspor dari “orang dalam” itulah akhirnya Prabowo pulang ke Indonesia pada 2 Januari 2000.
Bantuan Luhut bukan tanpa alasan. Ia dan Prabowo bersahabat karib sejak sama-sama dinas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dulu masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Luhut, jebolan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) 1970, lebih senior dari Prabowo yang lulusan 1974. Tak heran Prabowo biasa memanggil Luhut dengan sebutan “Abang.”
S: pantau.com