INDONESIAKININEWS.COM - Komentar Dokter Tony Setiobudi melalui media sosial ternyata membuat Ikatan Dokter Indonesia “kebakaran jenggot”. ...
INDONESIAKININEWS.COM - Komentar Dokter Tony Setiobudi melalui media sosial ternyata membuat Ikatan Dokter Indonesia “kebakaran jenggot”.
Dokter Tony menyoroti berbagai kebijakan di bidang kedokteran, terutama dominasi organisasi profesi yang cenderung menghambat perkembangan dunia kesehatan nasional. Selain itu, Dokter Tony juga menyoroti organisasi profesi kedoktreran di Indonesia.
Kritikan ini rupanya membuat IDI “kebakaran jenggot” sehingga menyurati Presiden Singapore Medical Council (SMA).
Hal itu berdasarkan surat IDI kepada Singapore Medical Council (SMA) yang diperoleh redaksi karena beredar di grup media sosial pada Senin (27/2/2023).
Sesuai surat IDI yang beredar di beberapa grup media sosial, Surat IDI itu diteken Ketua Umum IDI Mohammad Adib Khumaidi , MD tertanggal 4 Januari 2023., dengan Nomor: 2341.PB/0000.SMA/01/2023, yang ditujukan kepada Presiden SMA Dr. Tan Yia Swam.
Surat itu, antara lain, menganggap Dokter Tony melakukan fitnah kepada organisasi medis Indonesia dan mencampuri kebijakan kesehatan Indonesia.
Untuk itu, IDI meminta agar Dokter Tony diberikan ganjaran. Namun, IDI juga terbuka untuk berdialog dengan SMA dan Dokter Tony.
Dokter Tony pernah menyoroti adanya organisasi profesi kedokteran Indonesia yang menghalangi upaya pemerintah Indonesia memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.
Selain itu, Dokter Tony juga sangat kritis terhadap sistem kesehatan di Indonesia. Apalagi, sorotan ini mendapat publikasi dari media ternama Singapore The Strait Times.
Di kesempatan lain, Dokter Tony juga menyoroti diskriminasi yang terjadi karena ada organisasi yang sangat berkuasa untuk menentukan siapa yang boleh praktik dan siapa tidak boleh.
Dia juga menyoroti organisasi profesi yang menolak omnibuslaw dengan berbagai alasan, meski sebenarnya sekadar melanggengkan kekuasaan.
Tony Setiobudi adalah seorang ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Dia menyelesaikan gelar sarjananya di Universitas Flinders di Adelaide, Australia Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikan di Royal College of Surgeons of Edinburgh, Inggris dalam bedah ortopedi. Selain itu, dia juga melanjutkan pendidikan di Brisbane, Australia.
Saat ini, dr. Tony adalah dosen senior klinis di National University of Singapore. Pada 2015, ia menerima Long Service Award.(den)
S: sinarharapan.net