INDONESIAKININEWS.COM - Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) baru-baru ini kembali hangat menjadi perbincangan publik. Setelah wacana it...
INDONESIAKININEWS.COM - Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) baru-baru ini kembali hangat menjadi perbincangan publik. Setelah wacana itu berkembang, terungkap ternyata Faksi NII terpecah menjadi beberapa bagian yang tidak seluruhnya murni sebagai gerakan pemberontak.
Menurut keterangan salah satu pengamat terorisme, Al Chaidar, ada beberapa kelompok NII yang berkembang dari beberapa tahun belakangan.
Tidak hanya satu atau dua saja, jumlahnya cukup mengejutkan yaitu sampai terbagi menjadi 32 faksi.
“NII terdiri dari banyak Faksi, jadi dulu ada 14 kemudian pernah berkembang menjadi 32 faksi dan sekarang ini menjadi 18 faksi karena adanya integrasi," katanya.
"Kemudian ada perkembangan munculnya Faksi baru, ujar Al Chaidar dalam keterangannya seperti dilansir Hops.ID dari kanal YouTube tvOneNews pada hari Minggu, 24 April 2022.
Tidak hanya berhenti disitu, beberapa Faksi NII sudah menjadi binaan dari Badan Intelijen Negara (BIN).
“Dari total 18, ada 6 faksi yang memiliki legitimasi rendah alias sudah dikondisikan oleh negara (bukan Faksi asli lagi), sudah menjadi binaan intelijen,” tutur Al Chaidar.
Secara lebih sederhana lagi, Al Chaidar membagi dalam dua kelompok besar gerakan NII.
“Ada yang fillah dan ada yang sabilillah, yang banyak dalam gerakan terorisme/pemberontakan itu adalah faksi sabilillah. Kalau faksi fillah sangat sedikit,” tuturnya lagi.
Al Chaidar menjelaskan bahwa ada perbedaan yang signifikan jika melihat dari bendera yang digunakan. NII yang asli bisa diidentifikasi dengan bendera merah putih dan ada lambang bulan bintang pada bagian warna merah bendera.
“Kalau lambang bulan bintangnya berada di tengah, berarti itu dari Faksi binaannya intelijen (NII palsu/Faksi zen zen khomara). Kalau NII murni/asli (bulan bintangnya ada di bagian warna merah bendera,” terang Al Chaidar.
Melihat dari penjelasan di atas, bahwa gerakan NII yang tampak di publik tidak sepenuhnya adalah gerakan pemberontakan karena mereka memiliki fungsi lain.
“Fungsi NII binaan intelijen dulu bisa untuk memenangkan Partai Golkar pada tahun 1971, mereka hanya mengatasnamakan NII,” ungkap Al Chaidar.
Kemudian hal itu berlanjut dalam beberapa momen politik yang baru-baru ini terjadi di Indonesia.
“Mereka (NII binaan intelijen) gerakannya lebih ke politik. Misalnya dulu waktu Pilpres antara Prabowo dan Jokowi kan pernah ada spanduk yang menyatakan bahwa orang-orang NII itu mendukung Prabowo dengan bendera bulan bintang di tengah-tengah,” katanya.
“Itu sering dipakai untuk menjatuhkan lawan politik, Pak Prabowo dulu korban. Jadi difitnah karena mungkin ada kekuatan-kekuatan intelijen yang bermain,” ungkapnya lagi.
s; hops.is