INDONESIAKININEWS.COM - Kader Partai Demokrat Jawa Timur, Bayu Airlangga menyatakan mundur dari kader karena kecewa dan merasa dizalimi ata...
INDONESIAKININEWS.COM - Kader Partai Demokrat Jawa Timur, Bayu Airlangga menyatakan mundur dari kader karena kecewa dan merasa dizalimi atas hasil Musyawarah Daerah (Musda) Demokrat Jatim, yang digelar 20 Januari 2022 lalu.
Diketahui, pada gelaran Musda tersebut, Bayu Airlangga meraih dukungan mayoritas yakni 25 DPC. Sedangkan Emil Dardak hanya meraih 13 DPC. Namun, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) secara mengejutkan lebih memilih Emil Dardak sebagai Ketua Demokrat Jatim.
Bayu mengatakan, keputusan dirinya mengundurkan diri dari Partai berlambang Bintang Mercy sudah bulat. Hal ini dipicu oleh sikap AHY yang disebutnya sudah melanggar asas kepatutan dalam berdemokrasi.
“Saya memutuskan mundur dari Partai Demokrat per hari Kamis, 21 April 2022,” kata Bayu melalui keterangan tertulisnya, Jumat (22/4/2022).
“Bagi saya, ketika saya dan tentunya para DPC pendukung saya dizalimi terkait Musda, tidak ada pilihan lain selain mundur dari partai. Kita ingat, saat pembukaan Musda, ketum AHY menjanjikan demokratis. Tapi bisa dinilai publik sendiri, bagaimana hasil Musda Demokrat Jatim,” ungkap menantu mantan Gubernur Jatim Soekarwo (Pakde Karwo) itu.
Bayu juga menyebut Ketum AHY tak paham akar rumput Demokrat di Jatim.
Bayu mengaku, awalnya meyakini Partai Demokrat sebagai partai yang demokratis. Namun, saat hasil Musda Demokrat Jatim mengesampingkan suara mayoritas kader, tidak ada pilihan lain selain mundur.
“Ada tanggung jawab moral, dan etika kepatutan berpolitik. Batas kepatutan itu tidak boleh diterjang seenaknya saja. Sebagai seorang kader yang menjunjung asas demokrasi, ketika demokrasi itu sendiri tidak ada di partai, maka saya memutuskan mundur dari Demokrat,” tegas Anggota DPRD Jatim itu.
Lebih lanjut, Bayu mengatakan DPP terkesan tidak memandang kondisi akar rumput di Demokrat Jatim. Apalagi, tidak pernah ada komunikasi langsung dari Ketum AHY kepada akar rumput di Jatim.
“Kalau memang Ketum menginginkan seorang figur untuk memimpin Demokrat Jatim, sebaiknya sejak awal tidak perlu Musda. Ajak bicara saya dan DPC pendukung saya, daripada harus dikecewakan di akhir, apalagi pengumuman SK itu hanya diumumkan oleh ketua BPOKK dan Sekjen,” sesal dia.
Bayu mengaku sempat ditawari jabatan lain. Namun, ia memilih mundur sebagai bentuk tanggung jawab dirinya kepada 25 DPC yang telah mendukungnya dalam Musda.
“Saya beberapa kali setelah pengumuman Musda ditawari sejumlah jabatan pengurus di Demokrat Jatim. Tapi saya menolak itu, sebagai bentuk rasa prihatin saya atas matinya demokrasi di Demokrat dan tanggung jawab ke 25 DPC yang mendukung saya selama ini,” ucapnya.
Bayu pun menyampaikan terima kasih kepada 25 DPC yang mendukungnya saat Musda. Secara khusus, Bayu juga menyampaikan terima kasih kepada Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
“Saya terima kasih kepada seluruh DPC, dan khusus kepada Mas Ibas, matur nuwun yang selama ini telah mau turun dan mendengar aspirasi dari akar rumput Demokrat di Jatim. Saya mohon maaf juga kepada seluruh keluarga besar partai Demokrat jikalau ada perbuatan saya yang tidak sengaja kurang berkenan,” ujar Bayu.
Diketahui, sebelumnya penunjukan Emil Dardak sebagai orang nomor satu di Jatim mendapat perlawanan dari DPC pemilik suara yang mendukung Bayu Airlangga. Mereka menyebut DPP yang dipimpin oleh AHY tidak demokratis.
S:Kronologi