INDONESIAKININEWS.COM - Ancaman serius di Laut Natuna Utara tak bisa diabaikan. Indonesia siaga militer penuh dengan segala kondisi tak ter...
INDONESIAKININEWS.COM - Ancaman serius di Laut Natuna Utara tak bisa diabaikan. Indonesia siaga militer penuh dengan segala kondisi tak terduga di Laut Natuna.
Militerisasi yang dilakukan China untuk amankan Laut China Selatan dan beberapa misi intai kapal perang dari negara-negara Barat mengganggu kepentingan Nasional di ZEE Indonesia di Natuna Utara.
Beijing yang punya anggaran pertahanan terbesar kedua setelah AS itu telah membangun tiga kapal induk yang dilengkapi sistem rudal hipersonok dan jet tempur siluman J-20 di sana.
Adu kekuatan militer di Natuna Utara siap meledak kapan saja. Seperti dikutip BeritaBantul.Com dari Zonajakarta.com bahwa militer Indonesia mau tidak mau akan terlibat konfrontasi.
Pada bulan Oktober 2021 lalu bahkan kapal induk Inggris HMS Queen Elizabeth berada di ZEE Natuna Utara Indonesia, tak jauh dari Laut China Selatan.
Bukan tanpa sebab, kapal perang lambang supremasi Inggris ini sengaja berada di ZEE Natuna Utara Indonesia untuk menantang China.
Kapal survei Haiyang Dizhi 10 China yang mengetahui kedatangan HMS Queen Elizabeth langsung tancap gas dari Natuna Utara.
Ia takut lantaran yang datang kekuatan tempur utama angkatan laut dunia dimana HMS Queen Elizabeth dikawal kapal perang dari Belanda, AS, Selandia Baru, Jepang hingga Kanada.
Dikutip dari scsbrief.substack.com, Senin 11 Oktober 2021, dalam pantauan satelit nampak kapal Haiyang Dizhi bergerak abnormal untuk menghindari armada kapal induk Royal Navy.
Tepatnya 8 Oktober 2021, HMS Queen Elizabeth tiba di sana dan langsung membuat kapal China itu ngacir ketakutan.
Keberadaan HMS Queen Elizabeth juga harus dicermati oleh Indonesia.
Pasalnya saat di Natuna Utara HMS Queen Elizabeth meluncurkan jet tempur siluman F-35 dari dek kapal.
HMS Queen Elizabeth memang membawa skadron F-35B siap tempur untuk melaksanakan berbagai misi intai maupun serang.
F-35 sengaja bersliweran di ZEE Natuna Utara sebagai misi latihan perang untuk bersiap menghadapi serbuan China.
Indonesia sendiri setidaknya sudah menyiagakan beberapa KRI di Natuna Utara.
Dikutip Zonajakarta.com dari TNI AU, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P. meresmikan empat satuan baru di Ranai, Kabupaten Natuna, guna memperkuat pertahanan wilayah udara Indonesia, Jumat (22/10/2021).
Empat satuan TNI AU yang diresmikan pengoperasiannya tersebut adalah, Skadron Udara 52, Detasemen Pertahanan Udara 475, 476 dan 477 Paskhas.
Peresmian ini ditandai dengan pembukaan selubung papan nama satuan, penandatanganan prasasti serta peninjauan fasilitas perkantoran Skadron Udara 52 dan Denhanud 477 Paskhas.
Pada kesempatan tersebut Kasau menjelaskan, peresmian empat satuan secara serentak ini, merupakan bagian dari upaya pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara, khususnya dalam hal pengembangan dan validasi organisasi, agar terwujud satuan dan sistem kerja yang semakin efektif dan efisien, dalam memastikan terlindunginya kedaulatan negara di udara.
Selain itu, satuan yang diresmikan pada hari ini, berperan untuk turut membantu memperkuat jajaran TNI dan TNI Angkatan Udara di wilayah sekitar, untuk mengamati dan melindungi ruang udara, dari berbagai ancaman dan serangan, khususnya dari udara.
“Empat satuan ini adalah bukti komitmen kita dalam mewujudkan Angkatan Udara yang disegani di kawasan. Komitmen ini akan terus kita tingkatkan secara bertahap dan berkelanjutan ,” ujar Kasau
Kasau juga mengatakan, pengoperasian satuan yang akan mengawaki alutsista modern ini, membutuhkan pemimpin yang berkarakter tangguh dan teliti dalam mengambil setiap keputusan.
Selain itu juga dibutuhkan kecerdasan dalam bersikap dan memiliki ketahanan mental yang kuat dalam menghadapi berbagai situasi.
“Jagalah kepercayaan dan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Utamakan keselamatan dalam setiap tugas, serta rawatlah berbagai sarana prasarana yang ada, khususnya alutsista, dengan penuh kehormatan dan rasa tanggung jawab,” pesan Kasau.
Lebih lanjut Kasau juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh warga Natuna, khususnya Ranai, yang telah menerima kehadiran satuan baru beserta anggota dan keluarganya.
“Semoga dengan kehadiran kami di tempat ini, akan semakin mewujudkan rasa aman, sehingga dapat menambah manfaat dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” harap Kasau.
Pembentukan Skadron Udara 52 Lanud Raden Sadjad ini berdasarkan Perkasau 56 tahun 2021 tanggal 15 Oktober 2021. Sementara pembentukan Denhanud 475, 476, dan 477 Paskhas berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor 25 Tahun 2019 serta Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 30 Tahun 2019.
Seiring peresmian, Kasau juga melantik Letkol Pnb Dion Aridito, S.T., sebagai Komandan Skadron Udara 52 dan Letkol Pas Tatag Wicaksono, M.Han sebagai Komandan Denhanud 475 Paskhas. Sementara Komandan Denhanud 476 Paskhas adalah Letkol Pas Habib Yuwono Prasetya, serta Letkol Pas Frian Alfa Risdar SM. M.I.Pol sebagai Komandan Denhanud 477 Paskhas.
Pelantikan komandan satuan ini, diawali dengan pengambilan sumpah jabatan, penyematan tanda jabatan, dan diakhiri penandatanganan pakta integritas serta berita acara penyerahan jabatan.
Turut hadir dalam kegiatan Gubernur Provinsi Riau, Pangkogabwilhan I, para pejabat jajaran Kemhan, Mabes TNI, Mabesau, Bupati Natuna, dan para pejabat jajaran Forkompinda Provinsi Kepulauan Riau serta Pejabat Bakamla RI.
China sendiri rupanya sudah sejak lama ketar-ketir dengan langkah Indonesia yang mengamankan Natuna.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Sohu.com pada 9 Januari 2020 yang secara gamblang menyebut jika Natuna Indonesia dulu merupakan wilayah China.
"Secara historis, Kepulauan Natuna adalah wilayah China. Pada masa itu, ketika armada pelayaran Zheng He lewat di sini, mereka membangun kemah di sini untuk beristirahat dan menangkap ikan.
Ketika armada Zheng He kembali ke China untuk terakhir kalinya, diputuskan untuk mengirim seseorang untuk tinggal di sini. Jadi sekelompok tukang perahu, yang diwakili oleh Zeng Yuanfang, datang untuk tinggal di pulau itu dengan surat tangan Kaisar Xuanzong dan keluarga mereka.
Ini juga berarti bahwa Kepulauan Natuna adalah tempat pertama yang dikelola secara langsung dalam sejarah Tiongkok.
Ketika tentara Qing memasuki pabean, sekelompok sisa tentara Ming yang dipimpin oleh Zhang Jiexu dan beberapa nelayan melarikan diri ke sini. Zhang Jiexu mendeklarasikan kemerdekaan dan mengukuhkan dirinya sebagai raja Kepulauan Natuna.
Belakangan, setelah kematian Zhang Jiexu, Kepulauan Natuna dilanda pertikaian sipil, dihancurkan oleh Belanda, dan akhirnya menjadi wilayah Indonesia.
Negara kita sebenarnya telah mengelola Kepulauan Natuna selama lebih dari 200 tahun sejak pelayaran Zheng He ke Samudra Barat," tulis media China, Sohu.com dalam artikelnya.
"Kemampuan Indonesia menjaga jalur komunikasi laut dari Laut Cina Selatan hingga Selat Malaka akan semakin diperkuat.
Ini tidak baik untuk China, jadi lawan, protes," tulis Sohu.com dalam artikelnya.***
Editor: Joko W
Sumber: Zonajakarta.com