INDONESIAKININEWS.COM - Kisah Rara Istiati Wulandari, pawang hujan MotoGP yang sukses mengendalikan hujan di Sirkuit Mandalika ini ternyata...
INDONESIAKININEWS.COM - Kisah Rara Istiati Wulandari, pawang hujan MotoGP yang sukses mengendalikan hujan di Sirkuit Mandalika ini ternyata mengyedot perhatian.
Seorang ibu dan anak bernama Marsih (66) dan Mariyanto (45) mencoba melakukan aksi yang sama seperti Rara.
Aksi ibu dan anak dalam rangka ritual tolak hujan ini dilakukan di kolam mata air keramat peninggalan Empu Supo Tuban, Jawa Timur.
Diwartakan sebelumnya, aksi Rara yang meredakan hujan sebelum gelaran MotoGP Mandalika sempat viral di media sosial.
Sambil memukul mangkuk yang dipegangnya di tangan kiri, Rara berjalan lalu memegang dupa di tangan kanannya.
Mulutnya tampak membaca mantra agar hujan segere berhenti dan balapan di Sirkuit Mandalika bisa digelar.
Entah kebetulan atau tidak, tak berapa lama kemudian hujan pun mereda dan balapan bisa digelar meski sempat tertunda.
Aksi Rara itu pun dipuji oleh pihak MotoGP dan memosting videonya di laman Twitter.
"The Master, IndonesianGP. Keeping the rain away (menjaga agar hujan segera menjauh)," tulis akun MotoGP.
"It worked (mantranya bekerja)," tambahnya.
Tak hanya itu, media asing pun berbondong-bondong ikut memuji aksi Rara si pawang hujan.
"Minggu ini mereka (panitia MotoGP Mandalika) menugaskan pawang hujan melakukan tarian penangkal hujan.
Jasa ini biasa digunakan di acara besar seperti pernikahan atau konser musik," tulis Mundo Deportivo, media asing Spanyol, pada Minggu (20/3/2022).
Ditiru Ibu dan Anak di Tuban
Rupanya, aksi Rara si pawang hujan ini pun menjadi inspirasi bagi ibu dan anak asal Tuban bernama Marsih dan Matiyanto.
Saat itu, Marsih ingin agar panen padinya itu berjalan lancar tak terhalang hujan.
Mendengar desas-desus kalau kolam mata air Empu Supo 'sakti', ibu dan anak itu pun menggelar ritual tolak hujan di sana.
Pada Selasa (22/3/2022) pukul 07.00 WIB, Mariyem, tetangga korban, mengatakan awalnya dia mendengar teriakan minta tolong.
Ternyata suara itu dari kolam di pemandian Empu Supo, Tuban.
Mariyem lantas meminta saksi lainnya, Sumari yang merupakan tukang bersih-bersih untuk mengecek.
Sesampainya di lokasi, keduanya dikejutkan dengan adanya dua orang meninggal dunia dalam posisi terlentang menghadap barat.
"Yang anak posisinya di bawah, kedua tangannya memegang tangan ibunya. Korban bernama Marsih juga diketahui masih sering menjalani ritual di situ," ujarnya.
Kapolsek Grabagan, AKP Darwanto menjelaskan kronologi bermula saat Marsih, terlebih dulu menggelar ritual tolak hujan dnegan cara bakar sesajen.
Sementara, sang anak, Mariyanto menunggu di dekat gerbang.
"Ritual ibarat nyekar dulu lah, terus membakar sesajen. Disitu kan ada pemandian yang mengandung belerang" ucap Kapolsek Grabagan, AKP Darwanto, dikutip dari Youtube iNews Official.
Ketika sang ibu tak kunjung muncul, anak pun sempat mencari ke lokasi kolam ritual.
Namun, sang ibu rupanya sudah terkapar.
Berniat bantu, nahasnya anak korban menghirup gas belerang di kolam tersebut.
Sehingga, anak korban pun ikutan tewas di samping ibunya.
"Ditunggu anaknya gak dateng-dateng. Akhirnya anak nyusul. Tahu ibunya begitu, anaknya menolong.
Karena menghirup gas belerang yang menyengat akhirnya korban dua-duanya meninggal," papar Darwanto.
Keduanya meninggal pada Selasa (9/3/2022) sekitar pukul 07.00 WIB.
Darwanto menjelaskan, polisi yang mendapat laporan tersebut langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan pertolongan.
Selain itu, sejumlah saksi juga turut diperiksa untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Di lokasi juga terdapat barang bukti kemenyan, manggar jagung, korek api dan bongkahan belerang.
Untuk memastikan penyebab kematiannya, kedua korban sempat dilakukan visum luar.
"Hasil visum tidak ada tanda-tanda kekerasan, kedua korban sudah diserahkan kepada pihak keluarga," pungkasnya.
Setelah visum, jenazah ibu dan anak itu langsung dimakamkan oleh keluarga pada Selasa sore, beberapa jam setelah ditemukan meninggal dunia.
Untk mengantisipasi terjadi korban susulan, polisi mengimbau kepada warga agar tdak melakukan ritual di kolam peninggalan Empu Supo Tuban lagi.
Lokasi kejadian pun sudah ditutup oleh garis polisi. (*)
S: tribunnews