INDONESIAKININEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan memerintahkan penahanan pejabat senior badan intelijen Rusia, FSB, yang d...
INDONESIAKININEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan memerintahkan penahanan pejabat senior badan intelijen Rusia, FSB, yang dianggap bertanggung jawab kegagalan Invasi Rusia ke Ukraina.
Hingga hari ke-17 Invasi Rusia ke Ukraina, 12 Maret 2022, Rusia belum berhasil menduduki ibu kota Kyiv dan kota terbesar kedua Kharkiv.
Bahkan pasukan Ukraina sudah menewaskan tiga dari 20 jenderal Putin yang diterjunkan dalam Invasi Rusia.
Ketiga jenderal Putin yang tewas adalah Mayor Jenderal Andrei Kolesnikov ( Komandan tentara ke-29 distrik timur Rusia ), Mayor Jenderal Rusia Vitaly Gerasimov( Kepala Staf dan Wakil Komandan Pertama Angkatan Darat ke-41 Distrik Militer Pusat Rusia ) dan Mayor Jenderal Andrei Sukhovetsky ( Komandan jenderal Divisi Lintas Udara ke-7 Rusia ).
Sedangkan jumlah tentara Rusia yang tewas dalam Invasi Rusia ke Ukraina diperkirakan pejabat Barat antara 5.000 dan 6.000 orang.
Pejabat Barat menduga Rusia menempatkan 20 jenderal dari divisi komando berpangkat sama dan unit lain di Ukraina.
Kehilangan 15 persen dari komandan paling seniornya dalam dua minggu dalam invasi sangat tidak biasa dan kemungkinan akan berdampak pada moral dan juga koordinasi operasional.
Informasi terbaru, Putin dikabarkan sudah menahan pejabat senior FSB (penerus KBG yang juga pernah dipimpin Putin) Kolonel Jenderal Sergei Beseda, Kepala Cabang Intelijen Asing FSB, Dinas Kelima FSB, bersama wakilnya, Anatoly Bolyukh.
Sekadar diketahui pangkat Kolonel Jenderal setara dengan Letnan Jenderal atau bintang tiga.
"Tampaknya setelah dua minggu perang (Invasi Rusia), Putin akhirnya menyadari bahwa dia disesatkan: Dinas Ke-5 FSB, takut membuat marah pemimpin, hanya memberi dia apa yang dia sendiri ingin dengar," kata Andrei Soldatov dan Irina Borogan, pengamat intelijen Rusia, yang pertama kali melaporkan penangkapan tersebut.
Kolonel Jenderal Sergei Beseda dan wakilnya Anatoly Bolyukh lah yang memberikan informasi kunci reaksi warga Ukraina terhadap Invasi Rusia dan menyebutkan invasi berjalan mulus dan cepat.
"Keduanya telah memainkan peran utama dalam operasi intelijen melawan Ukraina selama beberapa tahun dan kemungkinan besar memainkan peran utama dalam perencanaan invasi ke Ukraina," kata seorang pejabat barat dalam jumpa pers.
Disebutkan Kolonel Jenderal Sergei Beseda dan wakilnya Anatoly Bolyukh juga yang merancang pembentukan pemerintah boneka pro-Moskow di Ukraina.
“Jika klaim penangkapan itu benar, ini akan menunjukkan bahwa Putin sangat prihatin dengan FSB, perannya dalam kampanye militer dan mungkin ada perubahan signifikan di tingkat senior di FSB.”
Selain memberikan informasi intelijen yang cacat, Kolonel Jenderal Sergei Beseda dan wakilnya Anatoly Bolyukh juga dituduh menyalahgunakan dana untuk operasi subversif di Ukraina.
Namun bisa juga penangkapan pejabat senior FSB ini untuk menutupi rasa malu Rusia atas kegagalan Invasi Rusia.
Informasi penangkapan pejabat senior FSB juga dikaitkan dengan kejadian Putin secara terbuka mempermalukan Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia ( SVR ), Sergei Naryshkin.
Saat itu, Putin membentak Naryshkin yang gagap dan tidak nyaman, agar "berbicara terus terang".
Pada satu titik Naryshkin berkata: "Kita perlu mengambil keputusan tentang apa yang sedang dibahas hari ini."
Putin pun memotong: “Apa artinya? Dalam kasus terburuk? Apakah Anda menyarankan agar kita memulai negosiasi? ”
"Atau untuk mengakui kedaulatan?" lanjut Putin.
Putin mengulangi: "Bicaralah, bicaralah, bicaralah dengan jelas."
Putin kemudian menanyainya lagi ketika Sergei Naryshkin mengatakan dia “akan mendukung usulan untuk mengakui negara bagian.”
Presiden Rusia berkata: “Akan mendukung atau mendukung? Bicaralah dengan jelas, Sergei.”
Naryshkin mengklarifikasi: “Saya mendukung keputusan itu. Saya mendukung proposal untuk memasukkan republik rakyat Donetsk dan Luhansk di Federasi Rusia.”
Putin mengatakan bahwa pasukan Rusia akan pergi ke Ukraina timur untuk menjaga perdamaian dan dia telah mengklaim bahwa dia ingin melihat daerah-daerah separatis itu merdeka.
Jadi dia memarahi Naryshkin dengan mengatakan: "Kami tidak berbicara tentang itu, kami tidak membahas itu. Kami berbicara tentang apakah akan mengakui kemerdekaan mereka atau tidak."
Kepala mata-mata itu pun membeo.
Sebelumnya Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Danilov, TV Ukraina Rabu, 9 Maret 2022, mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin marah dan menangis akibat banyaknya korban jiwa di pihaknya.
Oleksiy Danilov mengklaim Putin memecat delapan jenderalnya karena kegagalan Invasi Rusia ke Ukraina.
“(Musuh) memecat sekitar 8 jenderal dari pos mereka karena mereka tidak menyelesaikan tugas. Yang baru telah ditunjuk,” kata Danilov.
“Kami jelas memahami apa yang terjadi di Federasi Rusia,” tambahnya.
"Terlebih lagi, saya tahu mereka putus asa."
Klaim Danilov muncul di tengah indikasi lain bahwa semuanya tidak baik-baik saja di Moskow.
Sebuah laporan 1 Maret dari jurnalis independen Rusia Farida Rustamova mengklaim bahwa orang dalam Moskow secara pribadi menyatakan invasi itu “a clusterf–k.”
Laporan itu mengutip satu sumber tingkat tinggi yang meragukan keadaan pikiran Putin.
"Dia dalam keadaan tersinggung dan terhina," kata sumber itu, yang digambarkan sebagai "kenalan baik" pemimpin Rusia itu.
"Paranoianya telah mencapai titik absurditas." ( bbc )
S:Tribun Medan