Bom nuklir terbaru yakni rudal RS-28 atau disebut "Setan 2" buatan Rusia. (dailymail) INDONESIAKININEWS.COM - Ketakutan Perang Dun...
INDONESIAKININEWS.COM -Ketakutan Perang Dunia III memang akan meningkat jika Rusia sampai menggunakan senjata nuklirnya ke Ukraina.
Memang saat ini kedua negara sedang dalam negosiasi genjatan senjata, namun tidak menutup kemungkinan Rusia tetap kukuh melanjutkan invasinya.
Militer Vladimir Putin dikenal karena memamerkan kekuatan senjata pemusnah massalnya yang membuat orang Inggris takut akan ancaman bom nuklir. Hal itu ternyata, membuat Inggris ketakutan setengah mati.
Bahkan media Inggris Daily Star sampai menggambarkan situasi di Inggris jika senjata nuklir sampai digunakan.
Pada tahun 2017, mantan ajudan Vladimir Putin, pensiunan kolonel Frants Klintsevich mengeluarkan peringatan mengejutkan.
Bahwa Inggris dapat terhapus dari muka bumi jika terkena senjata nuklir.
Senator Rusia mengklaim bahwa jika Inggris meluncurkan serangan pre-emptive di Rusia maka "tidak memiliki wilayah terbesar, kemungkinan besar akan dihancurkan oleh serangan balasan".
Peringatan itu muncul setelah mantan menteri pertahanan Inggris Sir Michael Fallon mengatakan "dalam keadaan yang paling ekstrem, kami telah memperjelas bahwa Anda tidak dapat mengesampingkan penggunaan senjata nuklir sebagai serangan pertama".
Lalu, Klintsevich mengomentari, "Saya pikir pernyataan yang dibuat oleh menteri pertahanan Inggris Michael Fallon pantas mendapat tanggapan keras dan saya tidak takut untuk berlebihan."
"Dalam kasus terbaik, pernyataan ini harus dianggap sebagai elemen perang psikologis, yang terlihat sangat menjijikkan dalam konteks seperti itu," katanya.
Ancaman kehancuran Inggris jika terjadi perang nuklir semakin ditekankan minggu ini setelah Profesor Andrew Futter dari Universitas Leicester secara eksklusif mengatakan kepada Daily Star.
Bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki sedikit keuntungan dari menggunakan nuklir tetapi memperingatkan warga sipil yang berdarah, perang mungkin membuatnya putus asa.
Pakar politik internasional menambahkan bahwa Rusia menggunakan senjata nuklir masih jauh.
Tetapi Prof Futter dan pakar terkemuka lainnya telah mengungkapkan seperti apa dunia jika Perang Dunia III benar-benar pecah dan seberapa dahsyat efeknya, berdasarkan peta yang dibuat pada puncak Perang Dingin.
Profesor Campbell Craig dari Universitas Cardiff berharap AS akan menghancurkan rudal Rusia tepat waktu.
Dia percaya bahwa nuklir Rusia, bisa memnyebabkan sebagian besar kota-kota Barat tidak akan berdaya.
"Jika perang nuklir pecah antara NATO dan Rusia dan meningkat menjadi perang umum, sebagian besar kota di Rusia, Eropa, dan AS akan menjadi sasaran dan dihancurkan. Inggris pada dasarnya akan tidak ada lagi," katanya dikutip dari Intisari.
"Segalanya bisa salah dan AS mungkin bisa mencegat beberapa rudal atau menghancurkan beberapa persenjataan Rusia sebelum diluncurkan," imbuhnya.
Presiden Putin telah menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan perang nuklir.
Putin tak Berniat Pakai Nuklir, Tapi...
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva angkat bicara terkait keinginan Putin dan juga soal senjata nuklir.
Hal itu terungkap dalam sesi wawancara khusus Lyudmila dengan Tribun Network di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (3/3/2022).
Pada wawancara tersebut, Lyudmila Georgievna Vorobieva menyatakan bahwa Rusia menghormati keputusan sejumlah negara yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Merah itu.
Terkait senjata nuklir yang dilontarkan Presiden Putin, Lyudmila Georgievna Vorobieva menegaskan bahwa senjata nuklir diciptakan bukan untuk menyerang.
Kepada Tribun Network, Lyudmila memastikan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin sama sekali tidak berniat memakai senjata nuklir.
"Saya memberitahu Anda, bahwa senjata nuklir bagi kami hanya untuk bertahan," katanya saat wawancara di kediaman Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Kamis (3/3/2022).
Pihaknya mempersiapkan senjata nuklir karena banyaknya pernyataan agresif dari kelompok Barat.
"Anda tahu, saya cukup yakin jika kita tidak memiliki senjata nuklir, maksud saya Rusia. Kami akan bernasib sama dengan Yugoslavia atau Libya," tutur Lyudmila.
Wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva:
Mengapa Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022?
Baik. Saya bisa memberitahu Anda bahwa kami tidak sedang berperang melawan Ukraina. Saya lahir di Ukraina tetapi saya bukan orang Ukraina, saya warga negara Rusia.
Di sini saya harus memperjelas seberapa dekat saya dengan Ukraina. Kami sedang melakukan operasi militer khusus untuk melindungi orang-orang di Donetsk dan Luhansk. Tujuan kami melakukan demiliterisasi dan denazifikasi.
Kejadian ini tidak dimulai pada 24 Februari tapi sudah sejak lama. Pada tahun 2014, pemerintah yang tidak sah dan kriminal berkuasa di Kiev sebagai akibat dari kudeta, dan pemerintah ini didukung oleh negara barat.
Pemerintah ini mengadopsi sikap anti-Rusia atau Russophobia. Mereka ingin melarang penggunaan bahasa Rusia, bukan hanya di sekolah atau penggunaan bahasa resmi. Tetapi bahasa Rusia dilarang dipakai untuk belanja di toko dalam kegiatan sehari-hari.
Bayangkan kalau ini terjadi di Irlandia yang melarang warganya menggunakan bahasa Inggris, di Belgia yang tidak dibolehkan memakai bahasa Perancis, atau bahkan di Indonesia tidak boleh menggunakan bahasa Jawa.
Ini tidak hanya penindasan budaya. Barat menutup mata mereka tidak ingin melihat atau mendengar apa yang sebenarnya terjadi di Ukraina.
Perspektif Anda mengapa Ukraina menginginkan gabung ke NATO?
Ya karena kita bertetanggaan. Kita memiliki perbatasan cukup luas dengan Ukraina. Dan NATO akan membawa infrastruktur militer mereka ke perbatasan kita.
Bagaimana kita tidak merasa terancam? Karena NATO, apapun yang mereka katakan adalah Aliansi yang sangat agresif.
Apakah Anda tidak ingat NATO melakukan serangan ke negara yang bukan anggota seperti Yugoslavia, Libya, Irak dan Afghanistan.
Ini sama saja mengancam kami warga Rusia. Tidak ada bedanya apabila kami membangun pangkalan militer di perbatasan Amerika seperti di Kanada atau Meksiko.
Sementara media Barat tidak pernah melaporkan kejadian ini. Kita tidak pernah menuntut hal itu.
Pada Desember 2021 kami meminta Amerika Serikat untuk menjamin keamanan jangka panjang di Eropa. Kita menginginkan persoalan ini selesai melalui jalur diplomasi. Tapi AS sebagai pemimpin dari NATO menolak itu.
Jadi ini tidak hanya baru terjadi 24 Februari tapi sudah bertahun-tahun yang lalu. Ketika kelompok Barat meluncurkan informasi perang melawan Rusia.
Apa yang dilakukan Presiden Federasi Rusia adalah ingin menyelesaikan persoalan wilayah separatis di Luhansk dan Donetsk.
Apa syarat yang diajukan pemerintah Rusia agar gencatan senjata berakhir dan perundingan dilakukan secara diplomasi?
Kami sudah melakukan pertemuan putaran pertama.
Saya tidak mengetahui pasti kapan, hanya saja laporan dari kepala delegasi menyebut bahwa ada poin-poin identifikasi mengenai kompromi yang dilakukan antara pemerintah Rusia dengan Ukraina.
Dan yang terpenting mereka memutuskan untuk bertemu kembali. Jadi mungkin hari ini, akan ada pembicaraan putaran kedua dan salah satu topiknya bisa soal gencatan senjata.
Tujuan kami sebetulnya hanya demiliterisasi dan tentunya berharap perundingan bisa dilakukan melalui jalur diplomasi atau dengan cara operasi militer ini.
Menurut perkiraan Anda apakah perang ini akan berlarut-larut sampai menjadi perang dunia ketiga?
Saya tidak mengetahui pasti karena saya bukan militer.
Dan kita semua tentunya berharap konflik ini bisa selesai secepatnya.
Karena kami tidak ingin orang Ukraina atau Rusia menderita. Kami tidak ingin ada lagi warga sipil yang menderita.
Seperti yang Anda ketahui, Kementerian Pertahanan kami menyatakan berkali-kali bahwa kami tidak menargetkan warga sipil.
Jadi kami hanya menargetkan infrastruktur militer di Ukraina. Kami sangat berhati-hati.
Pakar militer juga menyatakan militer Rusia harus berjalan berjinjit untuk sampai ke Ukraina.
Sementara Amerika Serikat melakukan aksi pengeboman ke beberapa negara.
Di Yugoslavia mereka (AS) menghancurkan segalanya fasilitas warga sipil seperti sekolah, rumah sakit, jembatan dan lainnya.
Itu bukan cara pasukan militer kita melakukannya. Mereka sangat hati-hati untuk tidak menyakiti warga sipil.
Jadi dari sudut pandang kami. Konflik ini harus diselesaikan sesegera mungkin tapi tidak sampai target yang ditetapkan.
Apakah mungkin Presiden Putin menggunakan senjata nuklir?
Kita tidak menggunakan nuklir, kita hanya mengatakannya.
Senjata nuklir sebetulnya hanya upaya kami untuk mempertahankan diri.
Senjata nuklir disiapkan bukan untuk menyerang tetapi untuk bertahan. Karena kami menerima banyak sekali pernyataan agresif dari kelompok Barat.
Anda tahu, saya cukup yakin jika kita tidak memiliki senjata nuklir, maksud saya Rusia. Kami akan bernasib sama dengan Yugoslavia atau Libya.
Jadi kami hanya membela diri. Kami tidak mengancam siapapun dengan nuklir atau cara lainnya.
S: kompas.com