INDONESIAKININEWS.COM - Ilustrasi. Utang luar negeri (ULN) pemerintah pada Januari 2022 tercatat sebesar US$ 199,3 miliar atau Rp 2.868 tri...
INDONESIAKININEWS.COM - Ilustrasi. Utang luar negeri (ULN) pemerintah pada Januari 2022 tercatat sebesar US$ 199,3 miliar atau Rp 2.868 triliun, turun US$ 900 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
Bank Indonesia melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada awal tahun menyusut berkat adanya pembayaran utang oleh pemerintah dan swasta. Posisi ULN Januari 2022 tercatat US$ 413,6 miliar atau setara Rp 5.952 triliun (kurs jisdor akhir Januari Rp 14.392/US$), turun US$ 1,7 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Posisi ULN Januari 2022 juga terkontraksi 1,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 0,4%. Penurunan terjadi pada ULN sektor publik yang dipegang pemerintah dan bank sentral, maupun utang sektor swasta.
ULN milik pemerintah pada awal tahun ini melanjutkan tren penurunan sejak September tahun lalu. Posisi ULN Pemerintah pada Januari 2022 tercatat sebesar US$ 199,3 miliar atau Rp 2.868 triliun, turun US$ 900 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penurunan terjadi seiring beberapa seri SBN yang jatuh tempo pada Januari 2022, termasuk SBN dalam denominasi dolar AS," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan pers, Selasa (15/3).
Advertisement
Dari sisi pinjaman, penurunan secara neto terjadi pada pinjaman bilateral, seiring adanya pelunasan pinjaman untuk pembiayaan beberapa proyek infrastruktur.
Penarikan ULN yang dilakukan di bulan Januari 2022 tetap diarahkan pada pembiayaan sektor produktif serta mendanai penanganan Covid-19 dan PEN. Utang yang dipakai untuk membiayai sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 24,5% dari total ULN pemerintah, sektor jasa pendidikan 16,5%, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 15,1%, sektor konstruksi 14,2%, dan sektor jasa keuangan dan asuransi 11,8%.
ULN yang dipegang bank sentral juga turun dari US$ 9,03 miliar pada Desember 2021 menjadi US$ 8,96 miliar atau Rp 128 triliun.
ULN swasta juga kembali turun US$ 206,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 205,3 miliar atau Rp 2.954 triliun pada Januari 2022.ULN swasta juga terkontraksi 1% (yoy), lebih dalam dalam kontraksi pada Desember 2021 0,8%.
"Perkembangan tersebut bersumber dari adanya pelunasan pinjaman luar negeri swasta yang jatuh tempo selama periode Januari 2022 sehingga menyebabkan ULN lembaga keuangan terkontraksi sebesar 4,3% yoy," kata Erwin.
Penurunan juga dipengaruhi ULN korporasi bukan lembaga keuangan yang terkontraksi sebesar 0,1% YOY, setelah bulan sebelumnya masih tumbuh positif 0,1%.
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara dingin, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian. Keempat sektor usaha tersebut menyumbang 76,6% dari total ULN swasta.
Dengan terus turunnya ULN Indonesia, Erwin memastikan bahwa posisi utang hingga awal tahun ini masih tetap sehat. ULN juga tetap terkendali yang tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 34,1% , turun dibandingkan pada bulan sebelumnya sebesar 35%.
"Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,2% dari total ULN," kata Erwin.
Hampir seluruh ULN milik pemerintah merupakan tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9%. Sementara itu, 76,3% dari ULN swasta merupakan utang jangka panjang.
S:Katadata