INDONESIAKININEWS.COM - Niat hati ingin gantikan senior untuk cuti lebaran, dokter Stafanus Taofik malah tewas mengenaskan. Cek penyebab d...
INDONESIAKININEWS.COM - Niat hati ingin gantikan senior untuk cuti lebaran, dokter Stafanus Taofik malah tewas mengenaskan.
Cek penyebab dan Kronologi kejadiannya di sini.
Libur Lebaran memang selalu menjadi hal paling membahagikan.
Bertemu sanak saudara sembari merayakan hari besar dan rehat dari aktivitas kantor.
Pada umumnya pekerjanya bisa meminta izin untuk libur atau cuti sejenak.
Namun hal itu cukup sulit untuk tenaga kesehatan.
Pasalnya tenaga kesehatan harus tetap berjaga demi menyelamatkan banyak nyawa.
Hal tragis dialami tenaga dokter yang satu ini gegara gantikan seniornya yang libur.
Dilansir dari tribuntimur.com tribunnews.com, dr Stefanus Taofik meninggal karena kelelahan jaga selama libur Lebaran.
Informasi dihimpun dirinyaa harus berjaga selama 5 hari non-stop.
Menurut Grid.id, dokter spesialis anastesi itu berasal dari Cakranegara, Lombok, Nusa Tenggara Timur
Dokter itu berumur 35 tahun saat wafat.
Dokter Taofik ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di kamar jaga, salah satu Rumah Sakit Swasta.
Kabar meninggalnya dokter saat bertugas, pertama diunggah oleh akun twitter @blogdokter pada tahun 2017 lalu.
Kematian dokter Taofik diduga terkena serangan jantung setelah berjaga 5 hari berturut-turut di 3 rumah sakit, saat senior lain sedang cuti lebaran.
Stefanus Taopik meninggalkan seorang istri dan seorang anak berusia 1 tahun.
Dokter Taofik ini merupakan alumnus fakultas kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya (FKUAJ), angkatan 2000.
Sementara itu, diwartakan Tribunnews.com, abar itu langsung ditepis oleh Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib, SpOT yang mengatakan dr. Stefanus tidak jaga selama lima hari, melainkan 2x24 jam.
"Beliau itu bukan jaga 5 hari, tapi 2x24 jam," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (29/6/2017).
dr Adib pun mengatakan bahwa saat jaga, dr Stefanus hanya mengatasi pasien terkait anastesi dan urgensi.
"Hanya terkait anastesi dan urgensi, maka dia harus cepat datang. Bukan seperti dokter UGD yang stand by betul di ruang emergensi," sambungnya.
Selanjutnya, jika tidak ada pasien yang membutuhkan penangannya yang bersifat genting, dr Stefanus dipersilakan beristirahat di ruang jaga yang sudah disediakan pihak rumah sakit untuk dokter yang stand by saat itu.
"Kalau tidak ada operasi, emergensi, ICU, pasien gawat di UGD terkait anastesi, dia bisa istirahat saja di kamar jaga," katanya.
Lalu, apa yang menyebabkan dr. Stefanus meregang nyawa di ruang jaga?
Memang benar serangan jantung bisa disebabkan oleh kelelahan. Tapi dalam kasus dr Stefanus, sampai saat berita ini ditulis belum ada konfirmasi lebih lanjut.
"Lelah memang bisa memicu serangan jantung, tapi dokter jaga yang on call apakah memang kelelahan betul atau bukan? Adakah riwayat penyakit sebelumnya? Banyak faktor juga. Jangan spekulasi dulu sebelum ada konfirmasi," tutupnya. (*)
S: tribunnews