INDONESIAKININEWS.COM - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa tidak mengakui Ukraina dan Georgia sebagai negara anggota NATO adalah ...
INDONESIAKININEWS.COM - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa tidak mengakui Ukraina dan Georgia sebagai negara anggota NATO adalah keputusan yang tepat. Hal itu ia sampaikan kepada saluran TV ZDF pada Kamis (3/3).
Scholz tampaknya mengacu pada KTT Juni 2021 di Brussels, ketika NATO mendukung hak dua bekas republik Soviet untuk bergabung secara prinsip, tetapi tidak memberikan deadline waktu untuk aksesi dan hanya akan menerima jika kedua negara tersebut sudah melakukan “reformasi”.
“Itu adalah keputusan yang benar, setelah negosiasi yang sangat panjang di dalam NATO tentang masalah itu,” kata Scholz.
Ia menambahkan bahwa keanggotaan Ukraina tidak ada dalam agenda NATO saat ini.
NATO pertama kali menganut “kebijakan pintu terbuka” untuk negara-negara bekas republik Soviet pada KTT Bukares, April 2008 atau sekitar empat bulan sebelum Georgia menyerang wilayah Ossetia Selatan yang memisahkan diri. Konflik tersebut juga memicu intervensi dari Rusia.
Pada Februari 2014, aksi kudeta yang didukung oleh AS berhasil menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Ukraina. Pada bulan Desember tahun itu, pemerintahan baru Ukraina mengabaikan komitmennya terhadap netralitas dan mengubah konstitusi untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa (UE).
Rencana tersebut tentu saja ditentang oleh Rusia karena hal itu dianggap mengancam keamanan nasionalnya. Rusia juga telah mengajukan proposal untuk membangun arsitektur keamanan Eropa bersama kepada NATO dan Amerika Serikat pada Desember 2021 kemarin. Namun, tawaran tersebut tidak mendapat tanggapan positif.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina untuk melakukan demiliterisasi dan “denazifikasi” pemerintah di Kiev. Putin mengklaim bahwa pemerintahan Volodymyr Zelensky terlibat dalam tindakan “genosida” terhadap warga sipil di Donbass yang memisahkan diri.
Sementara itu, Ukraina menuduh Rusia telah melakukan invasi tanpa alasan. NATO sendiri mendukung posisi Ukraina dan memberlakukan kebijakan sanksi perekonomian besar-besaran terhadap Rusia. Hanya saja, aliansi pertahanan Trans-Atlantik tersebut tidak berencana mengirim pasukan untuk membantu Ukraina menghadapi agresi militer Rusia.
S:Jitunews