Foto Ananda Sukarlan oleh Nonna Resmito, di Hotel Intercontinental, Pondok Indah INDONESIAKININEWS.COM - Di tengah ramainya pasar NFT, Indo...
Foto Ananda Sukarlan oleh Nonna Resmito, di Hotel Intercontinental, Pondok Indah |
Pianis dan komponis Ananda Sukarlan adalah salah satu pemegang saham NFT Metaroid.
Penerima anugerah gelar kesatriaan "Cavaliere Ordine della Stella d'Italia" dari Presiden Italia Sergio Mattarella ini berharap dengan adanya marketplace Metaroid yang mendukung seniman, kreator game dan para musisi di Indonesia untuk bisa ikut berkontribusi agar karyanya tidak hilang dan tenggelam.
Marketplace Metaroid juga membuka kesempatan lebih luas untuk para seniman untuk berkolaborasi dengan kesepakatan royalti yang sama-sama telah disetujui sebelum dijual ke pasar.
Tentunya, NFT yang dijual adalah karya yang memiliki fundamental dan nilai yang sangat layak dihargai dan dengan seiringnya waktu, nilainya akan naik berdasarkan permintaan serta kualitas artistik.
Masyarakat, musisi dan seniman bisa menikmati, membeli atau menjual karya seninya seperti musik, lukisan, abstract art atau game dan bisa saling berinteraksi di marketplace Metaroid tersebut.
Saat ini Ananda dan Metaroid sedang membuat sejarah yaitu kompetisi NFT piano pertama di dunia.
Syarat dan ketentuan bagi para pianis seluruh dunia di bawah 27 tahun untuk mengikutinya dapat dibaca di https://t.co/tZXbji6iXB .
Selain mendapat hadiah, karya pemenang juga akan dijadikan NFT bersama Ananda Sukarlan dan mendapat royalti yang fair.
Karya tersebut akan dijual dengan harga 2 ETH atau senilai kurang lebih US$6000 dengan harga satuan Ethereum saat berita ini tayang, yaitu $3000.
“Saya ingin menjelaskan apa itu NFT dengan sederhana. NFT itu token unik yang tidak bisa ditukar, dicopy dan hanya satu-satunya. Saya menganggap itu lisensi. Seperti uang kertas yang memiliki satu nomor seri. Tidak ada uang dengan dua nomor seri yang sama,” jelas Ananda Sukarlan saat ditemui di Hotel Intercontinental.
Mengenai hak cipta dan royalti di NFT, Ananda Sukarlan mencontohkan paket karya NFT yang ia jual di marketplace Metaroid terdiri dari pianis dan graphic designer atau visual artist.
Pianis dan visual artist akan selalu mendapat royalti dengan kesepakatan yang tidak saling merugikan dan transaksi pendapatan yang transparan.
“Satu hal yang sangat menguntungkan seniman dan para musisi khususnya musisi klasik soal NFT adalah satu karya bisa berpindah tangan. Orang yang sebelumnya membeli kemudian menjualnya lagi kepada orang lain, itu tetap bisa terdeteksi. Jadi, kita selalu tahu siapa pembeli berikutnya dan pencipta tetap mendapat royalti. Di NFT marketplace ini semuanya transparan dan kita tetap bisa tahu keberadaan karya itu.NFT terasa lebih adil daripada sebelumnya. Selain itu, format 1155 dari Metaroid membuatnya lebih cocok untuk musik” jelas Ananda Sukarlan.
“Dengan adanya NFT marketplace Metaroid ini, untuk ekonomi kreatif dan masalah hak cipta tentu saja sudah menjadi solusi.” lanjut komponis yang juga presiden dewan juri Queen Sofia Prize, kompetisi untuk karya musik baru paling bergengsi di dunia yang langsung diketuai oleh mantan Ratu Spanyol ini.
Ananda adalah musisi klasik Asia pertama yang karyanya didaftarkan dalam NFT, dan ia ingin mengembangkan pasar ini untuk para musikus klasik muda lainnya.
"Saya malah ingin mengundang para seniman dari bidang lain seperti film dan videografi untuk bekerjasama. Kita hanya bisa besar dengan kolaborasi. Nobody's successful until everybody's successful", lanjut musikus yang visioner ini.
Melihat dari perkembangan pasar NFT yang semakin ramai, Metaroid berpeluang besar akan menjadi seperti Opensea. Sangat memungkinkan teknologi NFT di masa depan bisa menjangkau sertifikasi.
S: Tim Indonesiakininews.com