INDONESIAKININEWS.COM - Dokter Sunardi (54), terduga teroris yang ditembak mati di Bangunsari, Gayam, Sukoharjo, Jawa Tengah, merupakan alu...
INDONESIAKININEWS.COM - Dokter Sunardi (54), terduga teroris yang ditembak mati di Bangunsari, Gayam, Sukoharjo, Jawa Tengah, merupakan alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Hal tersebut dibenarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran UNS Reviono saat ditemui wartawan di kantornya Jumat, (11/03) siang.
Awalnya, kebenaran tersebut ia dapat dari informasi yang bereredar di grup WahtsApp alumni mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS.
Dokter Sunardi sebelumnya diketahui adalah seorang dokter umum.
Ia sering memberikan layanan kesehatan pada warga sekitar tempat tinggalnya.
"Menyatakan satu angkatan gitu, kalau dari aktivitas, orangnya baik. Kalau soal gerakan politik tidak ada info itu," katanya.
Reviono menyebut kalau Dokter Sunardi adalah alumni UNS, Program Studi Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran angkatan 1986.
Ketika kuliah di UNS, ia hanya mengambil gelar S1 di Fakultas Kedokteran.
Yang bersangkutan dinyatakan lulus S-1 pada 1990 dan dinyatakan lulus profesi pada 1994.
"Nama dan tahun angkatan memang ada, tetapi saya belum menelisik sampai jauh. Saya baru tahu nama, masuk dan lulus," jelas dia.
Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo dr Arif Budi Satria mengatakan jika Doter Sunardi masih aktif.
"Masih aktif. Kemudian beliau berpraktik untuk sosial. Banyak yang digratiskan oleh beliau," ujar dr. Arif.
Meskipun demikian, Arif mengaku tak mengenal sosok Dokter Sunardi secara personal.
Ia mengatakan jarang bertemu dengan Dokter Sunardi yang juga anggota IDI Sukoharjo.
Arif mengetahui terduga teroris itu dikarenakan sering mengurus surat izin praktik administrasi dan lain-lain ke pengurus IDI Sukoharjo.
"Kami jarang ketemu, tetapi sebagai sesama anggota IDI tentu tahu. Kalau secara personal tidak kenal dekat," jelasnya.
Arif pun turut prihatin karena dalam kasus ini profesi dokter terlalu disorot. Ia menyebut kegiatan seseorang tidak bisa disangkutpautkan atau dipandang dengan fokus kepada profesi.
Dikataknnya, IDI Sukoharjo pun turut berbelasungkawa karena salah satu rekannya harus merenggang nyawa.
"Kami prihatin karena yang di-blow up dokternya. Padahal mengenai kegiatan perilaku masing-masing kan bukan berbasis profesi, tetapi lebih ke pribadi," pungkas Arif.
Sebelumnya diberitakan, Densus 88 menembak mati terduga teroris di Sukoharjo. Tindakan tersebut dikatakan sudah tegas dan terukur.
s; jpnn.com