INDONESIAKININEWS.COM - Ketua Gerakan Nasional Mengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak mengaku, pihaknya tidak pernah mendukung Prabowo Su...
INDONESIAKININEWS.COM - Ketua Gerakan Nasional Mengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak mengaku, pihaknya tidak pernah mendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.
Menurut Yusuf Martak, dukungan tersebut dilakukan semata-mata karena pihaknya ingin adanya pergantian kepemimpinan. Pasalnya, pihaknya merasakan banyak kekurangan di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tidak ada perubahannya.
Meski begitu, Yusuf Martak mengaku GNPF Ulama belum menentukan arah dukungannya pada Pilpres 2024 mendatang. Ia mengatakan, pihaknya akan melihat kualitas dan komitmen kandidat terlebih dahulu.
Lebih lanjut, Yusuf Martak menyinggung Prabowo Subianto yang pernah menandatangani pakta integritas, di mana di dalamnya berisi 17 poin dan semuanya diperuntukkan untuk agama, negara, dan bangsa.
"Tidak ada satupun untuk Habib Rizieq dan untuk kita. Hanya poin ke-17 memulangkan Habib Rizieq, itu saja," kata Yusuf Martak, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun pada Selasa, 8 Februari 2022.
Yusuf menilai, Persaudaraan Alumni (PA) merupakan salah satu motor penggerak Prabowo Subianto selain Front Pembela Islam (FPI) dan GNPF Ulama.
Mantan kuasa hukum Ustadz Yahya Waloni itu menegaskan, PA 212 tidak dibayar dan tidak dikontrak dalam mendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu.
Karenanya, ia merasa wajar apabila PA 212 menyatakan tidak akan mendukung Prabowo Subianto lagi pada Pilpres yang akan datang
Ia juga mengungkapkan, Prabowo dan pasangannya kala itu, Sandiaga Uno sampai membawa uang karungan yang terdiri dari beberapa pecahan, yang berasal dari sumbangan umat.
"Mana ada capres dan cawapres pulang bawa duit karungan?" ujarnya.
Ia bahkan mempertanyakan cara Ketua Umum Partai Gerindra itu meminta maaf dan mengembalikan dana umat setelah memilih bergabung ke pemerintahan Jokowi.
"Bagaimana meminta maaf dan mengembalikannya?" ucapnya.
s: pikiran-rakyat.com