$type=slider$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=5$show=home

Dulu 'Dihabisi' Ahok Gegara Banjir, Lalu Jadi Orang Dekat Anies Baswedan, Kini Sering WA Ahok, Lho?

INDONESIAKININEWS.COM - Sosok yang satu ini pernah menghentakkan publik Jakarta, ketika secara tiba-tiba nekat melawan Basuki Tjahaja Purnam...


INDONESIAKININEWS.COM -
Sosok yang satu ini pernah menghentakkan publik Jakarta, ketika secara tiba-tiba nekat melawan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok.

Saat itu, tahun 2016, Ahok masih mengemban tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang dilantik jadi Presiden Indonesia.

Tatkala Ahok menjadi Gubernur DKI, sosok ini sebagai Wali Kota Jakarta Utara. Namanya adalah Rustam Effendi.

Ketika mengemban jabatan itu, Rustam Effendi tiba-tiba 'dihabisi' Ahok dengan cara yang dinilai sangat keterlaluan.

Masalah itu mencuat setelah Rustam Effendi dinilai tak mampu mengatasi persoalan banjir di wilayah Jakarta Utara.

Saat itu, Rustam Effendi memang jadi buah bibir publik, karena bersikap tegas terhadap Ahok yang adalah 'pemimpin besar' DKI Jakarta.

Rustam Effendi berani nyatakan sikap mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara, hanya karena dicap Ahok sebagai pemimpin yang gagal.

Ahok menilai Rustam Effendi gagal mengatasi banjir dan itu disampaikan secara terbuka kepada masyarakat.


Lantaran merasa tersinggung, Rustam Effendi lantas memilih mundur dari jabatan yang sedang diemban.

Rustam Effendi mengajukan surat permohonan mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara kepada Ahok.


Pasca pengunduran diri tersebut, konflik politik antara Rustam Effendi dengan Ahok pun dimulai.

Setelah tak lagi berada di bawah ketiak Ahok, Rustam Effendi lantas merapat ke Anies Baswedan.

Bahkan sejak suksesi Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 silam, Rustam Effendi pun memilih bergabung dengan Anies Baswedan.

Sejak itu, Rustam Effendi bak hilang ditelan bumi. Tak ada secuil berita pun tentang Rustam, padahal ia dinilai sebagai sosok potensial.

Belakangan mencuat kabar, bahwa semenjak Ahok terdepak dari gelanggang politik DKI Jakarta, Rustam Effendi menjadi salah satu sosok yang dekat dengan Gubernur Anies Baswedan.

Bahkan kedekatan kedua sosok tersebut terus terjalin sampai dengan Rustam Effendi memasuki masa persiapan pensiun (MPP).

Untuk diketahui, Rustam Effendi mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara di era rezim Ahok, pada tahun 2016 lalu.

Saat itu ada perbedaan prinsip antara Rustam dan Ahok dan sempat menggejolak sehingga jadi perhatian publik.

Bahkan, berkembang isu bahwa Rustam dan Ahok terlibat debat panas sehingga Rustam memilih mundur sebagai Wali Kota Jakarta Utara atau Jaktara.

Namun, selepas mundur, Rustam kembali masuk pemerintahan DKI Jakarta di bawah rezim Anies Baswedan.

Pada satu kesempatan, Rustam Effendi mengungkapkan penyebab dirinya mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara pada tahun 2016 silam.

Rustam Effendi memilih mundur dari jabatan karena perbedaan sikap antara dirinya dan Ahok yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Setelah lima tahun berlalu, Rustam Effendi akhirnya membuka aib di balik perbedaan sikap dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Seperti diketahui, Rustam Effendi tahun 2016 mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara setelah sempat dikritik secara terbuka oleh Gubernur DKI Jakarta yang saat itu dijabat Ahok.

Ahok, saat itu, secara terbuka menyebut Rustam Effendi tidak mendukung programnya mengatasi banjir di Jakarta.

Sementara mantan Wali Kota Jakarta Barat itu mengaku telah bekerja secara maksimal untuk memastikan program penanganan banjir di Jakarta Utara berjalan dengan baik.

Karena dianggap tak becus kerja dan Dikritik secara terbuka, Rustam Effendi saat itu milih mundur dan menjadi salah satu pejabat Pemprov DKI Jakarta yang mundur pada era kepemimpinan Ahok.

Dalam perbicangan khusus dengan Warkotalive.com di Kembangan, Jakarta Barat, Rustam Effendi yang kini menjadi Ketua PMI DKI Jakarta itu membongkar rahasia di balik kemundurannya tersebut.

Saat itu Rustam mengaku berbeda pandangan dengan Ahok soal rencana penertiban di salah satu wilayahnya saat itu.

"Ya saat saya mundur dari Wali Kota Jakarta Utara itu ada beda pemahaman dengan Pak Gubernur. Polanya sama tapi hanya memang strateginya yang berbeda," kata Rustam Effendi ditemui beberapa waktu lalu.

Rustam mengisahkan, saat itu Jakarta Utara tengah terjadi proses penertiban, terutama penertiban kawasan prostitusi Kalijodo, Jakarta Utara.

Ia menghendaki proses penertiban itu dilakukan dengan pola tertentu, yaitu didahului dengan pendekatan secara persuasif.

Hanya saja, Ahok saat ini meminta untuk segera dilakukan upaya penertiban.

Atas dasar beda pandangan ini, Rustam pada akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara.

"Saat itu pimpinan meminta secepatnya, soal urusan diselesaikan belakangan. Saya bilang itu tidak bisa Pak, nah hal ini yang jadi pangkal perbedaan pandangan," katanya.

Meski sempat mengundurkan diri sebagai Wali Kota Jakarta Utara saat kepemimpinan Ahok, hubungan Rustam dengan Ahok tetap terjalin baik.

Bahkan Rustam mengaku masih menjaga silahturami dan berkomunikasi dengan mantan Gubernur DKI itu.

"Sampai sekarang saya malah masih kontak-kontakan dengan mantan Pak Gubernur. Saya waktu beliau ulang tahun juga saya masih WA, masih komunikasi. Dia jawab juga. Waktu mundur juga saya lakukan baik-baik," ujarnya.

Prinsip Rustam, ia akan melakukan hal yang memang dianggap baik.

Namun jika hal itu dianggapnya tidak baik bagi dirinya, maka ia tidak akan melakukan hal itu.

Meskipun hal itu bertentangan dengan pimpinan.

"Prinsip saya, kalo itu baik, ya saya lakukan. Tapi kalo tidak baik, ya tidak akan saya lakukan," tuturnya.

Perdebatan Panas

Menurut catatan Warta Kota, pada April 2016, Rustam Effendi pernah terlibat perdebatan panas dengan Ahok, meski tidak secara langsung.

Hal itu terjadi karena Ahok menuding Rustam Effendi bersekutu dengan calon gubernur Yusril Ihza Mahendra.

Tudingan itu disampaikan Ahok terkait dengan genangan di Jakarta Utara yang tak kunjung habis serta penggusuran kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Tapi, Ahok kemudian meralatnya dengan mengatakan hal itu hanya bercanda.

Tidak terima dengan tudingan yang disebutnya sebagai fitnah itu, Rustam Effendi menulis curahan hati (curhat) melalui akun facebook dirinya.

Sebagai anak buah, dia sebenarnya berharap ada evaluasi dan ucapan terima kasih dari atasan (gubernur) bila berhasil menjalankan tugas.

Akan tetapi yang diterima Rustam Efendi justru fitnah yang menyakitkan.

Berikut curhatan Rustam Effendi saat itu:

BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi :

Apa yg sy kerjakan selama ini adalah bentuk pengabdian dan tanggung jawab dari jabatan yg saya emban. Saya sadar se-sadarnya bhw apa yg saya lakukan di Jakarta Utara mulai 2 Januari 2015 s.d saat ini belum apa2 dan belum banyak membawa kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Kedudukan Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta yg tidak otonom (otonomi berada di Tk Provinsi) menjadi kendala tersendiri bagi Para Walikota di Provinsi DKI Jakarta untuk berkreasi dan secara cepat menyelesaikan permasalahan yg ada di wilayahnya.

Harapan utk secara cepat dapat mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat juga menjadi persoalan tersendiri. Tetapi dg segala keterbatasan kewenangan tsb saya berupaya bekerja semaksimal mungkin utk mewujudkan kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Saya sadar se-sadar2nya bhw dalam masa jabatan saya yg relatif baru belum banyak yg saya perbuat bagi Jakarta Utara. Tetapi selama ini saya dg sepenuh hati, pikiran dan tenaga saya curahkan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara.

Berpikir, berbicara dan berbuat yg terbaik bagi wikayah dan masyarakat Jakarta Utara adalah obsesi saya. Jika ada sedikit perbaikan yg dirasakan di Jakarta Utara seperti agak berkurangnya daerah genangan di Jakarta Utara, atau Jakarta Utara sedikit lebih bersih, atau juga yg masih segar dlm ingatan kita yaitu lenyapnya kawasan lokalisasi prostitusi Kalijodo, saya selalu mengatakan bhw itu adalah hasil kerja team dan atas dukungan masyarakat, saya tidak pernah mengklaim bhw pekerjaan itu prestasi kerja saya sendiri.

Bekerja dan memberikan yg terbaik menjadi tekad saya. Sudah sering saya ungkapkan bhw apa yg saya lakukan dlm pelaksanaan tugas saya lakukan secara maksimal dan secara ikhlas, tanpa berharap saya mendapat apa dan saya tidak berharap mendapatkan jabatan atau peningkatan karier yg lebih tinggi lagi.

Jabatan Walikota saja bagi saya sdh merupakan sesuatu anugerah yg sangat luar biasa dan saya menganggap inilah puncak perjalanan karier saya yg dimulai dari tenaga magang (sekarang disebut PHL) di Kantor Kelurahan Rawabuaya Cengkareng Jakarta Barat. Hanya satu keinginan saya yaitu dapat menyelesaikan tugas dan karier saya secara baik. Diujung karier saya ini, saya ingin berbuat sesuatu yg bermanfaat bagi orang banyak sebagai bekal hidup saya di akherat kelak.

Saya juga sangat menyadari bahwa banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasn saya, walau saya berupaya pada setiap waktu memperbaiki kelemahan dan kekurangan tsb. Tatapi kelemahan, kekurangan atau juga kealpaan adalah sifat manusia yg sulit dielakkan.

Dengan kesadaran tersebut maka dalam pikiran saya dikoreksi dari berbagai pihak atas pelaksanaan pekerjaan saya adalah suatu keharusan. Apalagi koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Oleh karena itu marahnya pimpinan saya anggap cambuk utk perbaikan ke depan. Saya tidak pernah sakit hati atas marahnya pimpinan kepada saya, karena saya selalu berpikir bhw pimpinan pasti lebih baik, lebih tahu dan lebih bijak dari bawahan.

Khusus utk penertiban/pembongkaran, saya tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Sebagaimana yg saya tunjukan pada saat penertiban di beberapa bagian wilayah di Jakarta Utara termasuk di Jl. Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, Anak Kali Ciliwung Ancol, Lokalisasi Kalijodo, Pasar Ikan dan dibeberapa tempat lainnya.

Cuma memang dalam penertiban/pembongkaran yg menyangkut orang banyak saya bertindak ekstra hati2, dg perhitungan matang dan hrs terkoordinasi dg unit2 terkait dan melalui pengkondisian secara baik. Ini mungkin terkesan atau dilihat oleh orang lain saya terlalu lamban. Satu hal yg menjadi kunci dalam penertiban/pembongkaran pemukiman adalah "ketersediaan dan kelayakan Rumah Susun sebagai tempat relokasi penghuni/penduduk yg akan ditertibkan" Ini suatu keharusan yg tidak boleh ditawar.

Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dg orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda/mahasiswa), tapi dg kesadaran penuh bhw dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS/Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dg kepentingan politik orang/golongan tertentu. Jadi jika ada yg menilai bhw saya bersekutu dg tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017 saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.

Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dg Pak Yusril adalah tidak benar.

Secara jujur saya katakan bhw kadang2 selaku bawahan saya juga mengharapkan mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yg telah dikakukan, hal ini penting sebagai bekal semangat pelaksanaan tugaa selanjutnya. Tetapi jika itu tidak ada tidaklah mengapa dan saya akan terus melaksanakan tugas berikutnya dengan semangat. Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yg SANGAT MENYAKITKAN

Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yg sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya
Apakah ini yg disebut BEKERJA DENGAN HATI ?

Wallahu Khairul Makiriin

Kabar Rustam Effendi pensiun dari ranah pemerintahan DKI Jakarta

Rustam Effendi pensiun dari pemerintahan DKI Jakarta di rezim Anies Baswedan.

Rustam Effendi menjalankan Masa Persiapan Pensiun (MPP) sejak Selasa 1 September 2020.

Hal itu diketahui dari rapat anggota DPRD DKI Jakarta terkait pengganti Rustam sebagai Wali Kota Jakarta Barat.

Nama Wakil Wali Kota Jakarta Timur Uus Kuswanto diusulkan menjadi pengganti Rustam dalam rapat tersebut.

Rustam Effendi membenarkan bahwa dirinya akan segera pensiun dari Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

"1 September 2020 saya Masa Persiapan Pensiun (MPP)," kata Rustam dikonfirmasi Senin 31 Agustus 2020.

Rustam menitip pesan bagi calon Wali Kota Jakarta Barat yang baru.

Ia berharap Wali Kota Jakarta Barat yang baru akan dapat tangani Covid-19 lebih baik lagi.

"Saya harap Wali Kota baru dapat tangani Covid-19 lebih baik lagi dengan mengikutsertakan masyarakat melalui RW/RT dan komponen masyarakat lainnya," harapnya.

Birokrat Pertama Terpilih Jabat Ketua PMI DKI Jakarta

Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi terpilih menjadi Ketua PMI Provinsi DKI Jakarta.

Rustam menjadi birokrat pertama di DKI Jakarta yang menjabat sebagai pimpinan PMI.

Kabar terpilihnya Rustam sebagai Ketua PMI DKI Jakarta diungkapkan Ketua PMI cabang Jakarta Barat Baharudin.

Rustam terpilih sebagai Ketua PMI DKI Jakarta lewat hasil Musyawarah Provinsi PMI DKI Jakarta ke-12 Tahun 2020.

"Pak Rustam Effendi selaku Wali Kota Jakarta Barat terhitung Rabu 15 Juli 2020 kemarin terpilih secara aklamasi menjadi ketua PMI DKI Jakarta," kata Baharudin ditemui di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu 19 Juli 2020.

Rustam akan menjabat sebagai Ketua PMI DKI Jakarta selama lima tahun yakni periode 2020 hingga 2025.

Mantan Wali Kota Jakarta Utara itu juga akan memegang lima kota dan satu kabupaten di DKI Jakarta.

Baharudin mengatakan dalam sejarah PMI khususnya PMI DKI Jakarta, pertama kalinya birokrat dipilih menjadi Ketua PMI.

"Dalam dunia PMI khususnya di DKI Jakarta ini, pertama kalinya PMI akan dikendalikan oleh seorang birokrat," jelas Baharudin.

Oleh karena itu, Baharudin berharap Rustam dapat membawa PMI DKI Jakarta lebih maju lagi dalam mewujudkan visi dan misi PMI.

"Semoga dapat membuat PMI DKI Jakarta lebih maju lagi dibanding kondisi sebelumnya," tandas Baharudin. (*)

S: Tribunnews


Name

Baerita,2,Berita,23964,Cek Fakta,3,H,151,HUMOR,7,Internasional,1000,Kesehatan,29,Nasional,23000,News,1361,OPINI,81,Politik,6,Seleb,3,Tekno,1,Viral,3,
ltr
item
IndonesiaKiniNews.com: Dulu 'Dihabisi' Ahok Gegara Banjir, Lalu Jadi Orang Dekat Anies Baswedan, Kini Sering WA Ahok, Lho?
Dulu 'Dihabisi' Ahok Gegara Banjir, Lalu Jadi Orang Dekat Anies Baswedan, Kini Sering WA Ahok, Lho?
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjij7oX67nqWfzLD_bmPCBzcu_S-nk7LkiZjYeV14RpYr1J6MYEQ9dZjitIgrlmjinfw4zu6Qabqou28lNXlzY43nbIjiOQxn0ONCePZKREmJPa9foqI4IC2hdj1fBW1AMWHPEo7kHghSqeRfkLX6yVVsd_PWb1aWEbsbuE3H8PkirSyY5q6hjEqjEUWQ=w640-h360
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjij7oX67nqWfzLD_bmPCBzcu_S-nk7LkiZjYeV14RpYr1J6MYEQ9dZjitIgrlmjinfw4zu6Qabqou28lNXlzY43nbIjiOQxn0ONCePZKREmJPa9foqI4IC2hdj1fBW1AMWHPEo7kHghSqeRfkLX6yVVsd_PWb1aWEbsbuE3H8PkirSyY5q6hjEqjEUWQ=s72-w640-c-h360
IndonesiaKiniNews.com
https://www.indonesiakininews.com/2022/02/dulu-dihabisi-ahok-gegara-banjir-lalu.html
https://www.indonesiakininews.com/
https://www.indonesiakininews.com/
https://www.indonesiakininews.com/2022/02/dulu-dihabisi-ahok-gegara-banjir-lalu.html
true
1493314966655697463
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy