INDONESIAKININEWS.COM - Diam-diam Arab Saudi ternyata mulai ikut merayakan Hari Valentine dengan cara yang terselubung. Hari Valentine dira...
INDONESIAKININEWS.COM - Diam-diam Arab Saudi ternyata mulai ikut merayakan Hari Valentine dengan cara yang terselubung.
Hari Valentine dirayakan di seluruh dunia setiap tanggal 14 Februari. Hari ini diperingati sebagai perayaan untuk kekasih.
Namun, karena diyakini terkait dengan pejuang Kristen bernama Valentine dari zaman Romawi, Arab Saudi sangat melarang perayaan ini.
Tapi, kini zaman telah berubah, Arab Saudi yang ultrakonservatif sekarang juga telah mengalami banyak perubahan sosial.
Tanpa menyebut perayaan Hari Valentine, namun orang-orang di kerajaan Arab Saudi kini telah ikut merayakan hari kasih sayang itu.
Kata "Valentine" memang tidak terlihat di mana pun, namun sejumlah etalase toko-toko di Arab Saudi berubah menjadi "lautan merah", dilansir France 24.
Beragam produk fashion didominasi warna merah dipajang di pusat perbelanjaan Arab Saudi jelang perayaan Hari Valentine, Sabtu 13 Februari 2022.
Pajangan tersebut mewakili perubahan di Arab Saudi dengan menawarkan promosi Hari Valentine, meski kata-kata perayaan itu tidak akan ditemukan.
Dulu polisi agama akan menindak penjualan perlengkapan Hari Valentine, dan bahkan pada orang-orang yang mengenakan pakaian merah selama 14 Februari.
Tapi, kini promosi Hari Valentine di Arab Saudi semakin populer dengan cara terselubung itu di berbagai pusat perbelanjaan, termasuk Panorama Mall.
"Kami sekarang dapat menampilkan pakaian merah dengan nyaman dan bahkan menempatkannya di etalase," kata seorang pramuniaga di Grenada Mall.
Bahkan, pakaian dalam berwarna merah, termasuk lingerie tampak sudah semakin biasa dipromosikan di setiap etalase toko fashion di negara Teluk itu.
"Manajemen telah meminta kami untuk mendekorasi etalase dengan pakaian dalam berwarna merah," ucap seorang penjual di mal Riyadh.
"Tetapi tanpa menyebutkan di mana pun Hari Valentine," kata penjual yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.
Sejumlah pramuniaga mengatakan pakaian dalam berwarna merah paling banyak diminati selama periode Hari Valentine di Arab Saudi.
"Ada permintaan besar pada pakaian selama ini, dan pelanggan sering meminta warna merah dan keuntungannya juga besar," kata Khuloud, seorang pramuniaga.
"Ada banyak pelanggan yang meminta lingerie merah saat Hari Valentine," kata pramuniaga di Grenada Mall yang juga berbicara sebagai anonim.
"Kami memiliki diskon selama waktu ini, tetapi kami tidak menyebutnya sebagai penawaran Hari Valentine," ujarnya menambahkan.
Hingga kini, memang masih tidak semua orang merasa nyaman dengan pakaian dalam yang dipamerkan seperti itu di kawasan Timur Tengah.
Makanya dianggap sebagai pemandangan luar biasa setelah beberapa dekade barang-barang seperti itu disimpan secara ketat di balik pintu tertutup.
"Saya tidak ingin melihat hal-hal ini," kata seorang wanita bercadar hitam, yang tidak mau menyebutkan namanya.
"Mereka mengganggu saya, tetapi ada orang yang menyukainya dan ini adalah kebebasan memilih mereka," ucapnya lagi.
Namun, Arab Saudi yang lebih dari separuh penduduknya berusia di bawah 35 tahun itu kini telah ikut merayakan Hari Valentine, meski tidak menyebutnya.
"Orang-orang tidak merayakan Hari Valentine, tapi sekarang banyak orang Arab Saudi melakukannya," kata Khuloud menambahkan.
Lonjakan penjualan dan hadiah Valentine juga telah menjadi lebih umum di kalangan penduduk muda Arab Saudi dewasa ini.
Toko-toko menawarkan diskon untuk parfum dan makeup, sementara toko suvenir memasang hati merah di jendela mereka, juga tanpa menyebutkan Valentine.
Salah satu pembeli, Reem al-Qahtani mengatakan masyarakat Arab Saudi "secara bertahap" mulai menerima Hari Valentine, bahkan meski tanpa menyebutnya.
"Saat ini, kami merayakannya dengan tenang di kafe dan restoran, tetapi kami berharap ini akan mendapatkan daya tarik di tahun-tahun mendatang," katanya.
Arab Saudi telah mengalami perubahan sosial karena berusaha menghadirkan citra yang lebih menarik dan mendiversifikasi ekonominya.
Ini sesuai Visi 2030 yang digerakkan secara masif oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman agar negaranya tak hanya bergantung pada minyak.
Sejak diangkat sebagai Putra Mahkota, sang pangeran yang kini berkuasa secara de facto telah melakukan banyak perubahan besar.
Salah satunya, pemerintahan di bawah Mohammed bin Salman telah memberikan wanita lebih banyak kebebasan.
Di antaranya, mereka kini memiliki hak untuk mengemudi, dan bisa menambahkan warna pada pakaian mereka di luar jubah abaya hitam polos tradisional.
Namun, perubahan ini datang bersamaan dengan sikap keras terhadap perbedaan pendapat yang telah menahan ulama dan aktivis hak-hak perempuan.***
S:Zonabanten