INDONESIAKININEWS.COM - Bripda Randy, oknum polisi mantan kekasih Novia Widyasari, mahasiswi yang bunuh diri di atas makam ayahnya menjadi...
INDONESIAKININEWS.COM - Bripda Randy, oknum polisi mantan kekasih Novia Widyasari, mahasiswi yang bunuh diri di atas makam ayahnya menjadi perbincangan publik. Soal pemberitaan Bripda Randy Bagus yang tersangkut kasus meninggalnya banyak penggunaan kata oknum. Pembawa acara, Najwa Shihab mengkritisi penggunaan diksi oknum yang meresahkan masyarakat saat ini.
Ibu anak satu ini membagikan foto berisi cuitan netizen dengan akun Twitter @zenrs soal oknum. Cuitan itu berbunyi, 'untuk setiap aib memalukan yang tak mungkin diakui, bahasa Indonesia menyediakan jalan ke luar yang menyebalkan: Oknum,"
Mengetahui hal itu, Najwa Shihab akhirnya buka suara. Ia mengaku tak nyaman dengan diksi penggunaan kata oknum yang saat ini tengah jadi perbincangan publik. Kritik dan sindiran penggunaan kata 'oknum' itu berkaitan dengan kasus yang menjadi aib institusi.
Demi #NamaBaikKampus, atau nama-nama institusi lainnya (you name it), sangat mudah oknum dikambinghitamkan untuk hal-ihwal yang sebenarnya bersifat struktural. Jika situasinya sudah sistemik, niscaya akan muncul pengulangan-pengulangan, sehingga lama-lama peng-oknum-an pasti tak memadai lagi untuk menjaga nama baik institusi mana pun
," tulisnya, dikutip dari Instagram pribadinya.
Lebih lanjut, perempuan berusia 44 tahun ini mengatakan pemakaian kata 'oknum' harus diakui sebagai praktis pengakuan, namun menyangkal. Menurutnya, itu tidak memberikan gambaran orang tersebut.
Kata 'oknum', misalnya, ini sebenarnya praktik mengakui tapi sekaligus juga menyangkal. Jika dibahasakan dalam sebuah kalimat, kira-kira hasilnya begini: "Memang ada yang salah [mengakui], tapi itu cuma secuil saja [penyangkalan], itu tidak menggambarkan kami yang sebetulnya,
" katanya.
Najwa Shihab tidak secara spesifik mengaitkan kata oknum dengan citra institusi universitas tertentu atau kepolisian negara. Ia hanya berbagi perpesktif untuk memperbaiki sistem dalam masyarakat. Semakin banyak ditutupi, justru semakin jauh untuk lebih baik.
Untuk memperbaiki keadaan dibutuhkan kesadaran, juga pengakuan, bahwa kondisinya memang tidak baik-baik saja. Musykil terjadi perbaikan serius jika kondisi yang tidak baik-baik saja malah ditutup-tutupi. Semakin gigih usaha menutup-nutupi, kita akan makin jauh dari jalan terang perbaikan. #catatannajwa
," lanjutnya
S:era