INDONESIAKININEWS.COM - Dalam sebuah tragedi bencana alam erupsi Gunung Semeru yang cukup dahsyat menyisakan sebuah kisah Rumini, seorang p...
INDONESIAKININEWS.COM - Dalam sebuah tragedi bencana alam erupsi Gunung Semeru yang cukup dahsyat menyisakan sebuah kisah Rumini, seorang perempuan yang rela mati demi menemani ibunya sampai akhir hayat.
Ini adalah kisah nyata bagaimana seorang anak berbakti kepada ibunya. Rumini tidak rela meninggalkan ibunya yang sudah tidak bisa melarikan diri saat letusan Gunung Semeru pada Sabtu 4 Desember 2021 lalu.
Meskipun sebenarnya Rumini bisa lari menyelamatkan diri menghindar dari letusan, ia justru memilih memeluk erat ibunya yang sedang terbaring sampai jenazah keduanya ditemukan berada di rumah yang telah roboh.
Tentang berbakti kepada orangtua ini, kyai muda kharismatik KH Bahauddin Nursalim juga pernah membahasnya dalam sebuah ceramah.
Seperti dilansir Malang Terkini dari kanal YouTube Sekolah Akhirat dalam sebuah video yang diunggah pada 21 Mei 2021, Gus Baha menjelaskan tentang berbakti kepada orangtua.
Menurut Gus Baha, berbakti kepada orangtua adalah perkara yang wajib dilakukan oleh anak dalam bentuk apa pun termasuk harta.
Gus Baha menceritakan tentang kisahnya merawat sang ibu yang kerap sakit-sakitan semenjak ditinggal oleh bapaknya Gus Baha, KH Nursalim.
"Awalan saya jadi kyai itu kan tahun 2005, ibu saya sering sakit," cerita Gus Baha.
"Sering sakit, karena memang ditinggal bapak mungkin wajar," sambung Gus Baha mengisahkan.
Cerita ini adalah kisah nyata yang dilakukan oleh Gus Baha saat merawat ibunya yang sedang sakit, uangnya habis untuk biaya pengobatan.
"Saya pernah hanya punya uang Rp5 juta lebih sedikit gitu, kemudian untuk bayar rumah sakit Rp4 juta berapa pokoknya pas kembali Rp100 ribu," rinci Gus Baha.
Kemudian tidak berpikir panjang, Gus Baha lalu mengatakan kepada santri yang disuruh untuk membayar biaya rumah sakit itu.
"Kang, uang ini habiskan untuk bayar pengobatan ibu di rumah sakit," kata Gus Baha kepada santrinya.
Gus Baha pun mengaku senang jika uangnya habis digunakan untuk berbakti kepada orangtuanya lewat membiayai pengobatan di rumah sakit itu.
"Seperti apa hinanya saya kalau uang saya habis karena untuk ke bar dan untuk yang tidak jelas," kata Gus Baha.
Gus Baha juga bercerita sebuah kisah nyata di Narukan, tempat pesantren Gus Baha peninggalan ayahnya.
"Ada seorang ibu-ibu meninggal, anaknya itu mengeluh karena hartanya habis untuk merawat ibunya," Gus Baha menceritakan.
Kemudian orang itu diberitahu oleh Gus Baha tentang cara berpikir yang benar tentang harta yang digunakan untuk merawat orangtua.
"Caramu berpikir jangan gitu, kamu harus bangga, hartamu habis untuk merawat ibu, berarti habis fil ibadah," jelas Gus Baha.
Jika kamu adalah orang dalam posisi ini, maka kamu adalah orang yang beruntung. Sementara Gus Baha membandingkan jika harta seseorang malah habis untuk hal yang tidak benar.
"Seperti apa jadinya kalau hartamu malah habis untuk ikut orang nakal, ikut judi, dan lain sebagainya," kata Gus Baha.
Maka beruntunglah buat kamu, menurut Gus Baha yang diberi kesempatan oleh Allah untuk menghabiskan hartanya untuk merawat ibu, maka dicatat sebagai nilai ibadah.
s: pikiran-rakyat.com