INDONESIAKININEWS.COM - Kerena latar belakan masa lalu taliban yang kelam dan pernah kejam terhadap perempuan, Eko Kuntadhi menilai kaum pe...
INDONESIAKININEWS.COM - Kerena latar belakan masa lalu taliban yang kelam dan pernah kejam terhadap perempuan, Eko Kuntadhi menilai kaum perempuan yang bela Taliban maka perlu dibawa ke psikiater.
“Jika ada lelaki Indonesia punya ibu, punya istri, punya anak perempuan, atau punya kekasih mendukung Taliban. Mereka golongan aneh,” kata Eko Kuntadhi, Sabtu 21 Agustus 2021.
“Jika ada perempuan Indonesia mendukung Taliban, mereka perlu ke psikiater...,” imbuhnya.
Sementara sebelumnya diberitakan, sebelum digempur Amerika Serikat (AS) pada 2001, rezim Taliban disorot punya perlakuan buruk terhadap hak-hak kaum perempuan. Kini, Taliban balik lagi menguasai Afghanistan. Mereka menaburkan janji-janjir manis untuk para perempuan.
Dulu, di bawah pemerintahan Taliban dari tahun 1996-2001, kaum perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa didampingi muhrimnya, serta diharuskan mengenakan burqa yang menutup wajah hingga ujung kaki.
Perempuan tidak diperbolehkan bekerja dan anak perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan setelah melewati usia 10 tahun.
Harapan hidup perempuan naik dari 57 menjadi 66 tahun. Angka-angkanya masih relatif buruk, tetapi sudah ada perbaikan. Namun sekarang hanya ada ketakutan bahwa angka-angka itu akan kembali turun.
15 Agustus 2021 waktu setempat, Taliban masuk Ibu Kota Kabul dan menduduki Istan Kepresidenan. Presiden Ashraf Ghani kabur ke Tajikistan dan mengakui Taliban sudah menang.
Dilansir detik.com dari AFP, Rabu (18/8), Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan rezim baru akan 'berbeda secara positif' dari masa kepemimpinan mereka pada 1996-2001, yang terkenal dengan kematian rajam dan melarang perempuan bekerja dengan laki-laki.
"Kalau soal ideologi, keyakinan, tidak ada bedanya, tapi kalau kita hitung berdasarkan pengalaman, kedewasaan, dan wawasan, pasti banyak perbedaannya," kata Mujahid.
Dia juga mengatakan Taliban berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Tapi dia tidak menjelaskan aturan spesifik.
Seorang juru bicara kelompok itu di Doha, Suhail Shaheen, mengatakan kepada Sky News Inggris bahwa wanita tidak diharuskan mengenakan burqa yang menutupi semua. Tapi, dia juga tidak mengatakan pakaian apa yang dapat diterima.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pihaknya bakal menagih janji Taliban.
"Jika Taliban mengatakan mereka akan menghormati hak-hak warganya, kami akan mencari mereka untuk menegakkan pernyataan itu dan membuat pernyataan itu baik," ucapnya.
Perempuan-perempuan Afghanistan benar-benar khawatir dengan kembalinya Thaliban di kursi kekuasaan negara tanpa laut itu. Wali Kota perempuan pertama di Afghanistan, yakni Wali Kota Maidan Shahr bernama Zarifa Ghafari merasa hidupnya tinggal menghitung hari.
"Saya duduk di sini menunggu mereka untuk datang. Tidak ada seorang pun yang datang membantu saya atau keluarga saya. Saya hanya duduk bersama keluarga saya dan suami saya. Dan mereka akan datang ke orang-orang seperti saya dan membunuh saya," tutur Zarifa Ghafari dilansir The Sun, Rabu (18/8)
S:Netralnews