INDONESIAKININEWS.COM - Kepala Desa Jenar, Sragen, Samto menjadi buah bibir lantaran nekat membuat baliho besar yang mengkritisi kebijakan ...
INDONESIAKININEWS.COM - Kepala Desa Jenar, Sragen, Samto menjadi buah bibir lantaran nekat membuat baliho besar yang mengkritisi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Dia menilai kebijakan PPKM Darurat menyengsarakan masyarakat.
Kades membuat dan memasang baliho besar itu di depan balai desa.
Isinya cukup provokatif. "Baliho itu bertulisakan ”IKI JAMAN REVORMASI. ISIH PENAK JAMAN PKI. AYO PEJABAT MIKIR NASIBE RAKYAT. PEJABAT SENG SENENG NGUBER UBER RAKYAT KUI BANGSAT. PEGAWAI SENG GOLEKI WONG DUWE GAWE IKU KERE. PEGAWAI SING SIO KARO SENIMAN SENIWATI KUWI BAJINGAN”," bunyi tulisan dalam baliho, seperti dilansir Radar Solo, Rabu (14/7).
Selain tulisan tersebut, dalam baliho kades juga menampilkan foto dirinya berseragam dengan memakai masker di dahi.
Saat dimintai konfirmasi terkait baliho tersebut, Samto mengakui bahwa dialah yang membuatnya.
Dia ingin negara memikirkan nasib rakyat yang sedang sengsara saat ini.
"Apa sih ruginya negara kalau melayani rakyat yang baik. Contohnya seniman apa ndak butuh makan? Apa bukan orang itu?” ujar dia.
Dia heran dengan kebijakan larangan hajatan dan hiburan. Padahal semua masyarakat butuh bekerja dan harus memehuhi kebutuhan hajatnya.
"Sekarang mau dagang dikejar satpol PP, kapan majunya? Jadi biar pemimpin itu tahu,” katanya.
Samto menekankan aksinya ini sebagai bentuk upaya pembelaan bagi rakyat kecil.
Dia hanya memasang baliho di satu titik saja. Samto pun mengaku tidak peduli dengan kontroversi. Menurutnya, yang kontra dengan pendapatnya pasti para pejabat.
”Saya yakin seniman pro. Rakyat yang ada di desa pasti pro, yang kebakaran jenggot cuma pejabat,” katanya.
Samto pun kembali mengungkapkan kekesalannya karena petugas kerapkali membubarkan hajatan warga. Menurutnya, untuk menggelar hajatan, warga di desa itu sudah menyiapkan hari dan tanggal.
"Kenapa harus dibubarkan semena-mena, hajatan dilarang, saya kecewa, apa tidak susah rakyat,” keluhnya.
Disinggung soal agitasinya yang dianggap provokatif, Samto juga menyatakan tak masalah. Dia sudah siap menghadapi risiko.
Saat ini baliho tersebut telah dilepas atas perintah camat dan disita pihak kepolisian.
Namun, Samto mengaku tidak kapok dan akan membuat lagi.
"Insyaallah bikin lagi walau mungkin tulisannya lain. Itu saya biaya sendiri,” ujarnya.
s: jpnn.com