INDONESIAKININEWS.COM - Pengusaha muslim Tionghoa, Mohammad Jusuf Hamka berujar ia hanya anak kampung yang merasakan rejeki anak kota. Ayah...
INDONESIAKININEWS.COM - Pengusaha muslim Tionghoa, Mohammad Jusuf Hamka berujar ia hanya anak kampung yang merasakan rejeki anak kota. Ayahnya keturunan Kutai, dan ibu keturunan China-Jepang.
Sewaktu kecil, selain tinggal di pedalaman Samarinda, Kalimantan Timur, Jusuf Hamka juga pernah tinggal di Jakarta.
Ia pernah berdagang asongan dan es mambo di kawasan Masjid Istiqlal. Ia juga kerap kali berenang di kali depan Toko Es Krim Ragusa.
Sejak kecil, Jusuf hanya ingin sukses. Ia memiliki ambisi dan memiliki tekad untuk sukses. Saat ke toko buku, bukan buku Al Jabar yang dibaca Jusuf, tetapi buku "Cara Menjadi Orang Sukses". Jusuf tak pernah membeli buku-buku tersebut karena ia tak mampu.
Tetapi Jusuf berujar intisari dari buku tersebut adalah kerja keras, jujur, berdoa dan sayang kepada orang tua serta meminta ridho dan barokah orang tua.
Jusuf Hamka saat itu sangat pesimis untuk menjadi orang sukses. Saat berusia 24 tahun, Jusuf Hamka menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam. Ia pun telah dianggap anak oleh Buya Hamka karena keteguhannya dalam berdakwah dan mengharumkan agama Islam.
Sesaat setelah menjadi Muslim di bawah bimbingan Buya Hamka, Buya berpesan agar Jusuf berdakwah di kalangan Tionghoa. Buya berujar ajaklah masyarakat Tionghoa kembali pada agama leluhurnya. Inilah cikal bakal Jusuf Hamka ingin membangun 1.000 masjid.
Faktanya, perbandingan antara jumlah penduduk di Indonesia dengan bahan bacaan belum seimbang. Dari 90 orang, akses bacaan yang tersedia hanya satu buku. Berantas hoaks dengan #BacaSampaiTuntas
S:Wartaekonomi