INDONESIAKININEWS.COM - Hari-hari ini, kisah tentang kedemawanan keluarga Akidi Tio masih menjadi perbincangan public. Semua orang tercenga...
INDONESIAKININEWS.COM - Hari-hari ini, kisah tentang kedemawanan keluarga Akidi Tio masih menjadi perbincangan public. Semua orang tercengang atas bantuan Rp 2 triliun kepada masyarakat.
Namun sesungguhnya, ada hal lain yang tersimpan dibalik begitu fantastisnya bantuan yang diberikan tersebut.
Hal lain yang dimaksud, adalah kedekatan hubungan antara keluarga Akidi Tio dengan seorang pejabat yang kini memimpin Polda Sumsel (Sumatera Selatan).
Kedekatan hubungan tersebut sesunggunya terjalin semenjak puluhan tahun lalu, ketika Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri masih sebagai perwira dan bertugas di Aceh.
Kisah yang tersimpan rapi selama ini, diungkapkan oleh Gubernur Sumsel, Herman Deru kepada Tribunsumsel.com.
Gubernur Herman Deru juga mengungkapkan, bahwa kisah kedepatan itu sesungguhnya berawal dari figur yang satu ini, yakni Ahok.
Bahwa Ahok merupakan sosok kunci di balik sumbangan fantastis yang diberikan oleh Keluarga Akidi Tio untuk membantu penanganan covid-19 di Sumatera Selatan.
Sebelumnya diberitakan bahwa keluarga Akidi Tio menggelontorkan uang sebesar Rp 2 triliun kepada masyarakat di Sumatera Selatan.
Uang yang diberikan itu untuk membantu penanganan covid-19 di provinsi tersebut. Uang itu diamanahkan melalui Kapolda Sumsel, Irjen Pol Eko Indra Heri.
Gubernur Herman Deru mengatakan, bantuan uang sebesar Rp 2 triliun tersebut diserahkan secara simbolis oleh Heriyanti, putri bungsu Akidi Tio.
Heriyanti mewakili ayahnya, Akidi Tio yang sudah meninggal dunia tahun 2009 silam. Akidi Tio dimakamkan di Palembang, Sumatera Selatan.
Saat menyerahkan bantuan tersebut, Heriyanti didampingi Direktur Utama RS RK Charitas Palembang, Prof dr Hardi Darmawan, Senin 26 Juli 2021.
Hadir dalam acara penyerahan bantuan tersebut, Gubernur Sumsel, Herman Deru dan sejumlah pejabat lainnya.
Almarhum disebut-sebut sebagai pengusaha asal Aceh, tepatnya di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur.
Gubernur Herman Deru menyebutkan, bantuan fantastis Rp 2 triliun itu sebenarnya diberikan kepada Irjen Eko Indra Heri sebagai pribadi. Bukan dalam kapasitas sebagai Kapolda Sumsel.
Ceritanya, sewaktu Eko Indra masih perwira pertama bertugas di Langsa, Aceh, pada 1990-an, ia bertemu dengan seorang penjual es bernama Johan alias Ahok.
Sosok Ahok ini merupakan putranya Akidi Tio.
Pertemanan antara Eko dan Ahok berlanjut. Hubungan keduanya terjalin seperti saudara.
Meskipun Irjen Eko harus menjalankan tugas secara berpindah-pindah, namun persahabatan itu terus terjalin.
Bukan hanya dengan Ahok, tapi juga anggota keluarga Akidi Tio lainnya.
Sekitar 12 tahun lalu Akidi Tio meninggal. Kemudian Ahok juga meninggal dunia.
Hubungan keluarga Akidi Tio dengan Eko sempat putus. Seiring berjalannya waktu hubungan akrab keluarga Akidi Tio dan Eko terajut kembali.
Di sisi lain, keluarga Akidi Tio menjadi orang kaya. Namun, keluarga itu tetap mempercayakan Hardi Darmawan sebagai dokter keluarga.
Setelah melihat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Sumsel, yang semakin parah, keluarga Akidi Tio tak mau berpangku tangan.
Kepada Hardi, keluarga Akidi Tio mengungkapkan keinginan untuk memberi bantuan, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.
Digelarlah rapat keluarga. Akhirnya diputuskan bahwa bantuan akan diberikan kepada orang yang dipercayai.
Orang itu adalah Irjen Pol Eko Indra Heri, yang sekarang menjabat Kapolda Sumsel sahabat karib Johan alias Ahok, putra Akidi Tio.
Penyerahan bantuan dana Rp 2 Triliun dari keluarga alm Akidi Tio, pengusaha asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur untuk penanganan covid-19 di Sumsel, Senin 26 Juli 2021.
Penyerahan bantuan dana Rp 2 Triliun dari keluarga alm Akidi Tio, pengusaha asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur untuk penanganan covid-19 di Sumsel, Senin 26 Juli 2021. (Tribunnews.com)
Kapolda Terkejut Lihat Nominal Sumbangan
Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri mengaku terkejut saat dirinya mendapatkan amanah untuk menyampaikan bantuan Rp 2 triliun kepada warga yang terdampak PPKM covid-19.
Jenderal bintang dua ini mengakui kenal dengan keluarga besar almarhum saat sedang bertugas di Aceh.
“Dana (bantuan 2 triliun) itu diberikan oleh seorang keluarga yang saya kenal sewaktu masih tugas di Aceh, dan sekarang dia ingin membantu warga Sumsel yang terdampak Covid-19,” kata Irjen Eko Indra.
Kapolda menuturkan, beberapa waktu lalu, perwakilan keluarga Akidi Tio menyampaikan akan menyalurkan bantuan dana untuk diberikan kepada masyarakat Sumsel terdampak covid-19. Namun, ia tak menyangka nominal dari bantuan yang diberikan mencapai Rp 2 triliun.
"Menurut saya ini adalah amanah yang sangat luar biasa dan berat sekali karena uang yang diamanahkan ini besar dan pastinya harus dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Sementara itu, Prof dr Hardi Darmawan yang membeberkan tentang kehidupan Akidi Tio dan keluarganya di masa lalu dan kini.
Prof Hardi merupakan dokter keluarga Akidi Tio sejak 40 tahun lalu.
Sosok Akidi Tio telah meninggal dunia pada 2009 silam dan dimakamkan di Palembang, Sumsel. Almarhum disebut-sebut sebagai pengusaha asal Aceh, tepatnya di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur.
Kata Hardi Hardi Darmawan, Akidi Tio memiliki 7 orang anak, satu di antaranya Heriyanti yang tinggal di Palembang dan mewakili keluarga saat acara pemberian sumbangan secara simbolias, Senin 26 Juli 2021 kemarin.
Lima anak Akidi Tio lainnya kini berdomisili di Jakarta dan berkecimpung di dunia usaha.
"Semuanya sukses di Jakarta," cerita Hardi dalam Sumsel Virtual Fest 'Ungkap Fakta Sumbangan Rp 2 Triliun Keluarga Akidi Tio', Selasa 27 Juli 2021. Adapun satu lagi anak Akidi Tio sudah meninggal.
Hardi menceritakan sosok keluarga mendiang Akidi Tio serta anaknya-anaknya yang hidup sederhana.
"Karena setahu saya mereka sering membantu orang sehari-hari dan mereka sangat low profile, kehidupannya sederhana dan tak bermewah-mewah," jelas Prof Hardi.
Hardi menceritakan kembali kronologi dirinya dihubungi keluarga untuk memberikan bantuan.
Awalnya ia ditelepon oleh anak bungsu Akidi Tio bernama Heriyanti yang tinggal di Palembang.
"Beliau (Heriyanti) menelepon dua hari sebelum tanggal 26 Juli bahwa akan memberikan bantuan. Saya juga terkejut mereka sebutkan angka itu (Rp 2 triliun)," ungkapnya.
Alasan mereka membantu karena melihat banyaknya warga yang meninggal karena Covid-19, kekurangan oksigen, kekurangan obat dan lain sebagainya.
"Disebut Rp 2 triliun, saya terkejut, saya belum pernah mendengar uang sebanyak itu. Saya tanya lagi, untuk siapa ? Ya, untuk masyarakat Palembang, Sumsel umumnya," jelas Hardi.
Kepada Hardi, Heriyanti juga memberitahukan jika keluarganya mengenal Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri.
"Sebenarnya 5 anak Pak Akidi di Jakarta juga mau datang kemarin, tapi karena sedang pandemi, makanya hanya diwakilkan dengan anaknya yang ada di Palembang," kata Hardi.
Dikutip dari Serambinews.com, jejak keluarga Akidi Tio memang terlacak dari Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur.
Ayong, salah satu keluarga Toko Mas Kontak di Jalan T Umar, Pusat Pasar Kota Langsa, masih mengingat keluarga Akidi Tio.
Keluarga Ayong sendiri sudah ada di Kota Langsa selama 100 tahun terakhir secara turun temurun. Adapun Ayong saat ini sudah berumur 76 tahun.
Kata Ayong, ayah Akidi Tio seumuran dengan almarhum Otman, pemilik pertama Toko Mas Kontak yang merupakan ayah dari Ayong.
Menurut Ayong, antara tahun 1940-1950 silam, keluarga Akidi Tio yang awalnya sudah lama tinggal di Kota Langsa, kabarnya pindah ke Singapura.
Lalu, pada tahun 1969, Akidi Tio kabarnya akan kembali ke Kota Langsa. Ia rencananya akan membangun pusat perbelanjaan atau mall besar di Pusat Pasar Kota Langsa.
Akan tetapi, rencana Akidi Tio batal sebab tidak memperoleh tanah sebagai lokasi akan dibangunnya mal tersebut.
“Jika tidak salah, tanah yang Akidi Tio kehendaki untuk dibangun mal yaitu di kawasan Jalan T Umar (toko depan) dan Jalan Iskandar Muda (toko belakang), namun tidak bisa diperolehnya."
"Apakah tanah ini tidak diberikan oleh Pemkab Aceh Timur sebagai pemilik aset sebagian besar tanah di Pusat Pasar Kota Langsa ini, atau ada hal lain, saya tidak tahu,” ceritanya.
Setelah batal membangun mal di wilayah Kota Langsa saat itu, timpal Ayong, nama Akidi Tio tidak pernah didengarnya lagi.
S: Tribunnews