INDONESIAKININEWS.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar menyentil dua putra anak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono...
INDONESIAKININEWS.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar menyentil dua putra anak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ibas yang membawa nama rakyat dalam pernyataannya.
Denny Siregar mengatakan sejak kecil AHY dan Ibas hidupnya sudah senang.
Keduanya, kata Denny Siregar, belum pernah merasakan lapar karena kesulitan ekonomi atau tidak bisa bayar listrik.
Dia pun menyebut hidup AHY dan Ibas penuh fasilitas dan tidak pernah berjuang dari bawah.
Denny Siregar pun mempertanyakan rakyat yang mana yang dimaksud AHY dan Ibas.
"Emang Agus ma Ibas tahu apa tentang rakyat kecil ?
Mereka sejak kecil hidupnya sudah senang. Belum pernah rasakan lapar krn kesulitan ekonomi.
Atau gak bs bayar listrik. Hidup mrk penuh fasilitas, gak pernah berjuang dr bawah.
Trus bicara atas nama rakyat ??
Rakyat elit kali..," tulis Denny Siregar lewat akun Twitter @Dennysiregar7, Minggu (11/7/2021) pukul 12.46 siang.
Diketahui, beberapa waktu lalu Ibas dan AHY trending di Twitter karena membaha soal Negara.
Ibas atau Edhie Baskoryo Yudhoyono yang menjabat Ketua Fraksi Demokrat DPR RI melempar istilah failed nation atau 'negara gagal'.
Sementara AHY mengulas tentang ekonomi RI yang sedang turun kelas dari Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas menjadi Negara Berpenghasilan menengah ke bawah.
Dalam pembahasan itu, keduanya menyebut-nyebut nama rakyat.
Ibas dan Negara Gagal
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas mencuitkan kekhawatiran pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19, dengan menyinggung soal "failed nation" atau "negara gagal".
"Covid-19 makin mengganas. Keluarga, sahabat & di lingkungan kita banyak yg terpapar bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita terus begini?" tulis Ibas dalam foto yang diunggah Wasekjen DPP Partai Demokrat Imelda Sari melalui akun Twitter pribadi miliknya @isari68, Rabu (7/7/2021).
Ia juga mengingatkan agar pemerintah untuk fokus menangani pandemi ini agar Indonesia tak dicap sebagai bangsa yang gagal, karena tidak mampu menyelamatkan nyawa rakyatnya.
"Jangan sampai negara kita disebut “failed nation” akibat ketidakmampuan negara selamatkan rakyatnya,” sambungnya.
Istilah "failed nation" sering digaungkan oleh para politisi untuk menyoroti kondisi pemerintahan.
Di Indonesia, istilah itu makin ramai karena beberapa pejabat pernah membaca bukunya yang berjudul "Why Nations Fail". Buku yang diterbitkan pada 2012 ditulis oleh dua profesor ilmu ekonomi, Daron Acemoglu dan James A Robinson.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat debat calon presiden 2019 silam, pernah membawa buku ini di forum debat.
Buku tersebut dibawa Prabowo ke atas panggung debat dan ditaruh di meja sehingga menarik perhatian penonton.
Menurut Prabowo, buku itu sedang ia pelajari karena menceritakan tentang negara yang gagal akibat korupsi.
"Ini menarik sekali, jadi rupanya negara-negara gagal itu lembaga-lembaganya rusak, korupsinya terlalu banyak. Kita harus waspada. Bukan saya pesimis. Waspada," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri juga pernah membaca buku ini. Dia mengaku sudah membaca buku ini sejak 2012 ketika jadi ajudan wakil presiden Budiono.
Firli menjelaskan, buku tersebut berisi pemberantasan korupsi yang menjadi perhatian khusus seluruh negara di dunia. Menurutnya, banyak negara yang gagal karena maraknya tindak pidana korupsi yang terjadi.
"Seluruh dunia memberikan perhatian terhadap korupsi karena kejahatan ini adalah kejahatan yang luar biasa makanya penanganan secara luar biasa. Banyak negara bisa gagal mewujudkan tujuan negara karena banyaknya korupsi," kata Firli.
Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul "Mengapa Negara Gagal : Awal Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan", diterbitkan Elex Media Komputindo. Buku ini menyodorkan tesis, tentang negara disebut gagal atau mengalami keterpurukan ekonomi meskipun dilimpahi sumber daya alam yang melimpah.
Letak kegagalan karena pemerintah negara bersangkutan tidak membuka ruang ekonomi dan politik yang inklusif. Hal ini sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaan mengenai asal mula kesenjangan kemakmuran antar bangsa yang selama ini diyakini disebabkan oleh kondisi geografi, kebudayaan dan kebodohan.
AHY dan Negara Turun Kelas
Jika Ibas membahas Negara Gagal, kakaknya AHY yang juga Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat mengomentari pemberitaan bahwa Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.
“Idealnya, kita selalu naik kelas. Jangan tinggal kelas, apalagi turun kelas. Masalah gentingnya, bukan di mana status kelas kita saat ini, tapi mampukah negara ini menyelamatkan rakyatnya dari Covid?,” cuit AHY dalam akun pribadinya @AgusYudhoyono, Rabu (7/7/2021) malam.
“Hampir sekian menit sekali terdengar sirine kencang ambulans. Hampir sekian jam sekali terima berita duka dari yang kita kenal. Ini mengonfirmasi, setiap hari ada rekor baru, baik jumlah yang positif terpapar, maupun yang meninggal dunia. Sampai kapan Indonesia?,” tulis AHY.
Tulisan di atas juga mengenai sikap pemerintah menangani Pandemi Covid-19 apakah berhasil atau tidak.
Pernyataan dua anak SBY ini pun jadi pembahasan.
Pihak yang pro dan kontra menanggapi termasuk reaksi dari PDIP parpol utama pendukung pemerintahan Jokowi saat ini.
s: tribunnews.com