INDONESIAKININEWS.COM - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengapresiasi gerak cepat Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo ...
INDONESIAKININEWS.COM - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengapresiasi gerak cepat Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyikat preman Tanjung Priok.
Itu setelah Presiden Jokowi menelepon Kapolri usai mendapat keluhan sopir kontainer yang dipalak di kawasan Tanjung Priok.
Jokowi pun langsung menelepon Listyo untuk menyampaikan keluhan para sopir itu.
“Ini Bagus. Angkat topi kita atas kesigapan Kapolri,” kata Reza kepada JPNN.com (jaringan PojokSatu.id), Jumat (11/6/2021).
Akan tetapi, atensi dari pejabat selevel presiden ini semestinya tidak hanya diarahkan di satu wilayah saja.
Apalagi, sudah menjadi rahasia umum bahwa premanisme dan pemalakan juga berlangsung di mana-mana dengan skala yang berbeda.
Bang Reza pun teringat sosok Jenderal Polisi Sutanto yang langsung menyapu bersih premanisme beberapa bulan usai dilantik sebagai Kapolri.
“Sutanto yang dikenal sebagai polisi antijudi dan antipreman langsung melakukan pembersihan terhadap kantong-kantong preman,” tuturnya.
langkah Sutanto itu tidak hanya dilakukan di Jakarta, tapi juga di seluruh Indonesia.
“Tidak hanya di satu dua daerah tingkat dua, tetapi di banyak tempat se-Indonesia,” sambungnya.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel. Foto JawaPos.com
Terorganisir dan Backing
Bang Reza juga teringat Wakapolri Syafruddin yang kini telah pensiun pernah mengatakan bahwa membersihkan street crime itu gampang.
Namun faktanya, sambung dia, tidak mudah menyapu bersih premanisme dan palakisme sebagai street crime.
Salah satu kesulitannya adalah, karena premanisme tidak lagi merupakan aksi jahat yang dilakukan secara individu.
“Tetapi, boleh jadi sudah menyerupai atau bahkan menjelma sebagai kejahatan terorganisasi,” ungkap alumnus psikologi UGM Yogyakarta ini.
Maka, sangat penting untuk menelusuri seluruh jaringan di balik premanisme.
Mulai dari para eksukuktor, para bos-bosnya atau sampai para pelindungnya yang bisa saja bekerja sebagai oknum aparat.
“Konsekuensinya, tidak cukup reskrim yang bekerja di lapangan. Unit intel juga perlu memperluas endusannya,” papar Reza.
Karena itu, peraih gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) Universitas of Melbourne, Australia ini menilai, perlu juga dilibatkan unit internal Polri untuk ikut bekerja.
“Patut mengecek ada tidaknya personel yang nakal di balik premanisme itu,” tandas Reza. (jpnn/ruh/pojoksatu)