INDONESIAKININEWS.COM - Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono mengatakan, butuh...
INDONESIAKININEWS.COM - Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono mengatakan, butuh proses cepat untuk memulangkan M Nazaruddin dari Kolombia.
Nazaruddin merupakan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus suap terkait pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang tahun 2011.
Ketika itu, Giri menjabat sebagai Kepala Internasional KPK dan salah satu anggota tim yang menangkap serta memulangkan Nazaruddin ke Indonesia.
Giri menyebut, Nazaruddin telah menggunakan jasa pengacara untuk mendapatkan suaka di Kolombia.
"Nazaruddin itu sudah dipersiapkan untuk dapat suaka, dia sudah membayar pengacara yang sangat mahal di sana," ucap Giri, dikutip dari wawancara di Youtube Harian Kompas, Minggu (6/6/2021).
Tim yang menjemput Nazaruddin bergerak cepat untuk menyewa jet pribadi. Namun, tim harus menghubungi pemerintah di Jakarta untuk menyiapkan anggaran penyewaan jet pribadi.
Padahal, waktu untuk tim berada di sana tinggal satu malam dan harus mendapatkan Rp 48 miliar untuk anggaran pemulangan Nazaruddin.
"Kita mendapatkan informasi Nazaruddin bisa lepas saat menggunakan pesawat komersil, maka kita menggunakan pesawat private jet," ucap Giri.
"Dirjen Anggaran Kemenkeu (Kementerian Keuangan) kooperatif, disiapkan anggaran secara cepat, bayangkan dalam satu malam, nyari anggaran Rp 4,8 miliar," kata dia.
Selain persoalan anggaran, tim juga harus mencari penyewaan pesawat di Amerika Serikat atau sekitar 3,5 Jam dari Kolombia.
Saat perjalanan menuju penjemputan Nazaruddin, pemilik jet pribadi menghubungi tim untuk menginformasikan bahwa ketika sampai, pesawat tidak bisa langsung melanjutkan penerbangan ke Indonesia.
"Karena pilot itu harus tidur 8 jam sebelum dia terbang. Tapi saya jelaskan, buron ini kalau enggak terbang cepat, sebentar lagi bakal bebas karena otoritas sudah menyiapkan suaka, karena sudah membayar pengacara mahal," ucap Giri.
"Maka dalam waktu yang singkat saya membujuk mereka, tolong dibantu, enggak ada jawaban," sambung dia.
Giri yang saat itu bersama Fadil Imran (Kapolda Metro Jaya saat ini) mengaku khawatir menunggu jawaban dari pemilik jet pribadi perihal permintaan untuk melanjutkan perjalanan tersebut ke Indonesia.
Setelah 3,5 jam menunggu, jet pribadi itu pun mendarat. Pemilik jet yang ternyata ikut, mengizinkan tim untuk melanjutkan perjalanan ke Indonesia.
"Saya masih ingat itu, bareng pak Fadil tunggu di ruangan itu tiba-tiba pesawat mendarat, pemilik perusahaan itu bilang kita terbang saat ini juga," ujar Giri.
Lebih lanjut, persoalan perjemputan Nazaruddin juga terjadi saat perjalanan menuju Indonesia. Ketika melintasi Kongo, jet yang mereka tumpangi dipaksa untuk turun.
"Akan ditembak pesawatnya (kalau tidak turun) karena ini butuh upeti nih kayaknya. Pilotnya kemudian mendaratkan itu di Kongo, di luar orang sudah bersenjata semua karena tidak mengizinkan terbang waktu itu," ucap Giri.
Singkat cerita, tim pun berhasil melanjutkan perjalanan dari Kongo ke Indonesia.
Pesawat yang diperkirakan sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta pada siang hari itu mendarat pada pukul 19.00 malam.
Meski sempat diprotes oleh Nazaruddin yang mengira akan dibawa dengan pesawat komersil, tim tetap menggunakan jet pribadi untuk menuju Indonesia selama 42 jam perjalanan.
"Senangnya, kasus itu bergulir, akhirnya besar kan, setidaknya membuka kan ada Menteri terlibat, Anggota DPR terlibat, pengembalian aset juga besar," ucap Giri.
Lebih jauh, Giri menyebut, saat menjadi buron eks politisi partai Demokrat itu kerap berpindah-pindah negara.
Mulai dari Singapura, Malaysia, Kamboja hingga ke Vanezuela. Bahkan, untuk menuju Vanezuela, Nazaruddin menggunakan privat jet dari Kamboja.
"Di Venezuela masih sempat bisnis, baru masuk kemudian ke Kolombia, kita kirim red notice, ditangkap di sana," ucap Giri.
Giri yang kini dinonaktifkan KPK akibat tidak lolos dalam tes wawasan kebangsaan (TWK), berhasil menelusuri keberadaan Nazaruddin hingga menyadap ponsel genggamnya.
"Ketika Blackberry tidak bisa ditembus, saya bisa ditembus. Kita sadap, ketemu lokasinya, red notice," ungkap dia.
"Saya meluncur ke sana bersama teman-teman, bareng Novel Baswedan, untuk memulangkan Nazaruddin, setidaknya harus izin 18 negara," ucap Giri.
Sebagai informasi, 75 orang yang dikenal bekerja baik di KPK dinyatakan tidak lolos TWK, Selain Giri ada nama Direktur Pembinaan Jaringan Antarkomisi KPK Sujanarko dan Kepala Satuan Tugas Pembelajaran Internal KPK Hotman Tambunan.
Penyidik Senior Novel Baswedan dan Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo Harahap juga dinyatakan tidak lolos tes.
s: kompas.com