INDONESIAKININEWS.COM - Rencana lahirnya Kementerian Investasi dalam reshuffle kabinet jilid II memunculkan sejumlah nama calon menteri yan...
INDONESIAKININEWS.COM - Rencana lahirnya Kementerian Investasi dalam reshuffle kabinet jilid II memunculkan sejumlah nama calon menteri yang akan menduduki kementerian tersebut.
Dua nama yang santer disebut bakal menyandang jabatan Menteri Investasi adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia.
Sedangkan nama kedua, tidak lain adalah Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baik Bahlil maupun Ahok dinilai pengamat politik Dedi Kurnia Syah sejatinya sama-sama memiliki kapasitas untuk menduduki jabatan dimaksud.
Hanya saja, Dedi menilai, Ahok memiliki risiko tersendiri bagi posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jika Ahok yang dipilih jadi Menteri Investasi, maka citra Jokowi yang menjadi taruhannya.
Karena itu, ia menilai masuknya Ahok dalam Kabinet Indonesia Maju jelas cukup mengkhawatirkan.
“Pertama, Ahok memiliki catatan hukum yang seharusnya presiden melihat itu sebagai pertimbangan etis,” kata Dedi kepada JPNN.com (jaringan PojokSatu.id), Jumat (16/4/2021).
Atas pertimbangan itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion menyarankan Jokowi memilih menteri berdasarkan latar belakangnya.
Catatan Kriminal
Ia mengingatkan, jangan sampai menteri yang dipilih Jokowi itu memiliki rekam jejak kriminal.
“Termasuk yang pernah diputus bersalah oleh pengadilan,” ingatnya.
Namun, hal itu berbeda dengan Bahlil yang disebut Dedi sedikit lebih baik jika dibanding Ahok.
Alasannya, kata Dedi, eks Ketum HIPMI itu tidak memiliki kendala selama memimpin BKPM.
Jika pilihannya antara Bahlil dan Ahok, maka sebaiknya orang nomor satu di Indonesia itu lebih baik memilih Bahlil Lahadalia.
“Jika tidak ada tokoh yang lebih menarik bagi presiden dan tentu tidak kontroversial, maka mempertahankan Bahlil adalah keputusan yang baik,” tandasnya.
S:(jpnn/ruh/pojoksatu)