INDONESIAKININEWS.COM - Musibah yang menimpa kapal selam KRI Nanggala 402 membuat banyak orang berduka. Ditambah dengan penemuan serpihan...
INDONESIAKININEWS.COM - Musibah yang menimpa kapal selam KRI Nanggala 402 membuat banyak orang berduka.
Ditambah dengan penemuan serpihan yang mengindikasikan bahwa kapal tersebut terbelah di kedalaman laut lebih dari 500 meter.
Tubuh awak kapal hingga saat ini belum ditemukan. Namun, pada kedalaman laut sedalam itu, banyak hal bisa terjadi.
Para ahli sebelumnya telah menguji apa yang akan terjadi jika tubuh hewan atau manusia yang telah meninggal berada di dasar laut dengan kedalaman di bawah 300 meter.
Untuk menemukannya jawabannya, tim peneliti Kanada menenggelamkan dua bangkai babi di Selat Georgia untuk melihat bagaimana mayat hewan itu akan terurai di air dalam.
Baca Juga: Apa Itu ROV yang Temukan KRI Nanggala-402?
Bangkai babi hampir sama dengan tubuh manusia yang meninggal, di mana hal ini umum digunakan dalam bidang penelitian ataupun kedokteran untuk pembedahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangkai babi dan mungkin tubuh manusia juga dapat terurai jauh lebih cepat di air dalam daripada yang diharapkan.
Temuan ini sangat penting bagi penyelam penyelamat untuk menemukan seseorang yang hilang di dalam laut dan mencari tubuh utuh atau tumpukan tulang.
Para ahli melakukan percobaan dua kali, sekali selama musim semi di belahan Bumi utara dan musim gugur, di mana tubuh babi dipantau terus-menerus menggunakan kamera dan instrumen lainnya sekitar 150 hari.
Penelitian sebelumnya yang menggunakan paus dan hewan laut besar lainnya menunjukkan bahwa beberapa bangkai besar melalui empat tahap pembusukan dan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk benar-benar terkikir. Tetapi, berbeda untuk babi dan manusia.
Baca Juga: Hiu Kencana: Makna Lambang, Motto, dan Sejarah Korps
"Studi sebelumnya di Saanich Inlet (100 meter) dan Howe Sound (7-15 meter) menunjukkan bahwa bangkai kemungkinan besar akan bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tergantung pada tingkat oksigen, musim, kedalaman, dan apakah tetap bersentuhan dengan dasar laut," kata Gail Anderson, kriminolog dari Simon Fraser University.
Namun, Anderson menambahkan jika tubuh berada pada air lebih dalam yang sangat beroksigen, tubuh akan cepat terkikis dalam waktu kurang dari empat hari.
Seberapa cepat tubuh membusuk juga tergantung pada waktu dalam setahun.
Saat tim menyelesaikan percobaan di musim semi, bangkai itu tinggal tulang hanya dalam empat hari, tetapi di musim gugur, itu hanya butuh waktu tiga hari.
"Jadi, mengapa bangkai babi atau manusia di perairan dalam membusuk jauh lebih cepat daripada mamalia laut? Itu karena manusia atau babi adalah makanan lezat untuk amphipoda lyssianassid, yang merupakan makhluk kecil seperti udang yang terlihat di seluruh bangkai," jelas Anderson, dikutip dari Live Science, Selasa (27/4/2021).
Hewan-hewan kecil itu tidak hanya kejam karena dapat melahap bangkai seukuran manusia dalam tiga hari, tetapi juga memilih untuk memakan organ dan jaringan dalam terlebih dahulu, alih-alih kulit luarnya.
Baca Juga: Apa Itu ROV yang Temukan KRI Nanggala-402?
Setelah hewan kecil itu pergi, udang yang lebih besar (Pandalus platyceros) akan menyelesaikannya.
Setiap tulang rawan yang tersisa akan dihancurkan oleh predator ini pada hari ke-10. Setelah itu, bangkai akan benar-benar tinggal tulang.
Penelitian ini sebelumnya telah dipublikasikan di jurnal PLOS One.
S: Suara