INDONESIAKININEWS.COM - Sebuah video yang memperlihatkan seorang santri menceramahi Mantan Wasekjen MUI Tengku Zul terkait kafir, beredar d...
INDONESIAKININEWS.COM - Sebuah video yang memperlihatkan seorang santri menceramahi Mantan Wasekjen MUI Tengku Zul terkait kafir, beredar di media sosial.
Video santri menceramahi Tengku Zul itu viral usai diunggah pengguna Twitter SintaElvhee2_ dan ikut dibagikan Mantan Politisi Demokrat Ferdinand Hutahaean, seperti dilihat pada Kamis 8 April 2021.
“Dengkul zul lagi diceramahin ama santri muda Ceramah kok gabener? Mending ternak ayam aduan aja deh zul,” cuit SintaElvhee2_.
Dalam video tersebut, awalnya tampak Tengku Zul tengah ceramah di hadapan jemaah dan membahas soal asal kata kafir.
“Kafir itu asal kata Kafaroh Yukaffiru Kufron. Menutup hati dari Allah dan rasulnya,” ujar Tengku Zul dalam video tersebut.
Selanjutnya, terlihat seorang santri muda mengomentari isi ceramah Tengku Zul itu dengan menyebut lafaz yang diucapkan pendakwah tersebut terkait kafir salah.
“Dalam video tersebut Pak Zul menyebutkan asal (kata) kafir itu Kafaroh Yukaffiru Kufron, yah jelas salahlah. Karena lafaz kafir merupakan (tidak terdengar jelas) dari kafaroh,” ungkap santri muda itu.
Santri itupun menilai, Tengku Zul dalam video ceramahnya tersebut hendak mengomentari hasil Munas Nahdlatul Ulama (NU).
Akan tetapi, kata sang santri, penceramah bernama lengkap Tengku Zulkarnain itu ternyata tidak memahami ilmu tafsir.
“Padahal, maksud Pak Zul untuk mengomentari hasil Munas NU soal kafir tapi ternyata Pak Zul sendiri ilmu tafsir saja tidak bisa,” tuturnya.
Menurutnya, hanya ulama-ulama berilmu tinggi yang bisa memahami diskusi hasil Munas NU terkait kafir tersebut.
Sementara keilmuan Tengku Zul, menurut sang santri, masih jauh dan tidak sebanding dengan ulama-ulama NU.
“Hanya ulama-ulama yang berilmu tinggi yang berani mengikuti diskusi ilmiah (kajian NU) ini. Jika tafsir saja tidak bisa menjauh. Keilmuannya (Tengku Zul) masih jauh, tidak sebanding,” tegasnya.
Maka dari itu, sang santri menyarankan kepada Tengku Zul agar tidak memaksakan untuk melebihi ulama-ulama NU.
“Tidak usah memaksakan melebihi ulama-ulama NU. Karena pelajaran tafsir itu untuk anak-anak pemula di pesantren-pesantren NU seperti saya ini Pak Zul,” ujarnya.
S:Makassar Terkini