INDONESIAKININEWS.COM - Pemimpin gerakan separatis Papua Barat Benny Wenda menyambut Partai Komunis China (PKC) untuk melangkah ke dalam ko...
INDONESIAKININEWS.COM - Pemimpin gerakan separatis Papua Barat Benny Wenda menyambut Partai Komunis China (PKC) untuk melangkah ke dalam konflik Papua yang sedang berlangsung, dan membantu mencapai kemerdekaan bagi provinsi tersebut.
“Perjuangan kami telah berlangsung selama hampir 60 tahun,” ujar pemimpin pemberontak itu dari rumahnya di Oxford dekat London, dikutip The Epoch Times.
“Rakyat saya tidak aman di tangan Indonesia. Hampir 500.000 pria, wanita, dan anak-anak telah terbunuh sejak 1960,” ujarnya kepada The Australian. “Pada dasarnya, ada genosida lambat yang dilakukan oleh Indonesia, dan Australia serta Selandia Baru menolak untuk bertindak atas krisis kemanusiaan ini.”
“Jika China ingin mendukung kami, kami akan menyambut mereka dengan tangan terbuka,” ujar Benny Wenda, seraya menambahkan bahwa kelompok itu terbuka untuk menerima bantuan dari negara mana pun, bahkan jika mereka tidak selaras secara ideologis.
Benny Wenda adalah presiden sementara United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), yang didirikan pada 2014 sebagai kelompok payung baru untuk gerakan separatis di wilayah tersebut.
Benny Wenda (tengah) dinobatkan sebagai presiden sementara untuk ‘calon pemerintahan’ Papua Barat. (Foto: Oxford Mail)
Komentar Wenda datang hanya seminggu setelah para pemimpin Provinsi Malaita di Kepulauan Solomon melanjutkan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan, meskipun pemerintah nasional mengalihkan hubungan resmi ke Beijing pada September 2019.
“Apa yang telah kami lihat dalam keterlibatan Republik Rakyat China di negara-negara lain di kawasan ini adalah, semuanya terlihat cukup baik pada awalnya, tetapi pada akhirnya, negara-negara tersebut pada akhirnya merasa sulit untuk menangani masalah yang datang karena berurusan dengan China,” ujar Perdana Menteri Malaita Daniel Suidani, dilansir dari The Epoch Times.
Seruan dari Wenda datang seiring dorongan kekuatan lunak Partai Komunis China ke wilayah Pasifik Selatan berlanjut melalui propaganda, bantuan asing, dan investasi infrastruktur di bawah Belt and Road Initiative (BRI).
BRI adalah skema pendanaan infrastruktur global senilai triliun dolar oleh Beijing, yang telah dikritik karena membuat negara-negara berkembang dibebani utang.
Dalam sebuah wawancara pada Oktober 2020, Wenda mengatakan kepada Lowy Institute bahwa Australia dan Selandia Baru perlu bekerja lebih keras untuk meraih kemerdekaan Papua Barat, mengklaim bahwa negara tersebut akan menjadi benteng melawan pengaruh China dari utara.
“Orang Melanesia adalah pejuang di garis depan dalam Perang Dunia Kedua,” tuturnya. “Kami adalah pertahanan garis depan.”
S:Mata Mata Politik