INDONESIAKININEWS.COM - Politikus senior pendiri Partai Ummat Amien Blak-blakan mengakui dirinya merasa jadi politisi berhasil, tapi terkad...
INDONESIAKININEWS.COM - Politikus senior pendiri Partai Ummat Amien Blak-blakan mengakui dirinya merasa jadi politisi berhasil, tapi terkadang juga merasa gagal.
Dalam sebuah wawancara program "Satu Jam Lebih Dekat" pada Jumat, 19 Maret 2021 yang dipandu Indi Rahmawati, Amien Rais banyak menjawab dinamika politik tanah air di mulai dari era reformasi.
Indi dan Amien juga flashback bagaimana kiprah Amein Rais sebagai tokoh reformasi pada 1998 silam.
Dimana, dirinya memiliki peluang besar untuk menjadi seorang presiden pascalengsernya Soeharto yang digantikan oleh BJ Habibie.
Mulanya, Indi Rahmawati selaku host bertanya pada Amien Rais, apakah dia politisi yang berhasil atau politisi gagal.
"Anda merupakan politisi yang berhasil atau politisi gagal?," tanya Indi Rahmawati," yang dikutip dari tayangan kanal YouTube Talk Show tvOne, Jumat, 19 Maret 2021.
Amien Rais pun menjawab bahwa dia merasa menjadi politisi yang berhasil saat menjabat sebagai Ketua MPR RI.
Halaman:
Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi
"Saya kira kadang-kadang berhasil, kadang-kadang tidak. Ada yang berhasil alhamdulillah, misalnya waktu saya jadi Ketua MPR, saya bisa melakukan beberapa pembaharuan," kata Amien Rais.
"Misalnya sekarang kita menikmati otonomi daerah, lantas tidak ada lagi dwifungsi ABRI, kemudian juga sekarang pemilihan umum langsung memilih gubernur, wali kota, bupati, presiden. Itu langsung, tidak dimonopoli oleh anggota MPR," sambungnya.
Entah serius atau hanya bercanda, Amien Rais lantas mengungkapkan bahwa dia merasa menjadi politisi gagal, karena gagal menjadi Presiden RI.
"Yang gagal, saya gagal jadi presiden," ujar Amien Rais sambil tertawa, yang disambut tepuk tangan penonton.
Amien Rais lantas menyebut bahwa selama ini orang-orang lebih mengenalnya sebagai 'King Maker', tapi tidak pernah menjadi 'King'.
"Ya memang, saya kira betul bahwa saya cuma menjadi 'King Maker', tidak pernah menjadi king sendiri. Tapi mudah-mudahan king yang dibuat bersama-sama itu menjadi king yang bagus," kata Amien Rais.
Bahkan menurutnya, sejumlah artikel dari luar negeri pun menyebutnya sebagai 'King Maker'. Meski demikian, Amien Rais mengatakan bahwa dia selalu berusaha untuk merasa puas dengan kedudukannya.
"Jadi ketika saya membaca artikel di berbagai jurnal dari luar negeri, mereka itu menjuluki saya 'King Maker'. Jadi 'King Maker' itu menjadikan seseorang presiden atau wakil presiden, tapi dia sendiri ya harus puas dengan kedudukannya itu," kata Amien Rais.
"Sudah terbukti bahwa tahun 99, saya tidak maju karena perolehan PAN yang cuma 7 persen. Kemudian tahun 2004 jadi 'King Maker' lagi. Sekarang saya tidak tahu, mungkin masih jadi 'King Maker' lagi," sambungnya.
Lebih lanjut, Amien Rais pun mengungkapkan bahwa dia pun terkadang menyesali beberapa keputusannya sebagai seorang politisi.
"Secara manusiawi, saya kadang-kadang 'wah harusnya tidak seperti itu'," ujar Amien Rais.
Saat diminta menceritakan keputusan apa yang paling disesalinya, Amien Rais mengatakan bahwa itu adalah masalah besar, yang terkadang membuat istrinya marah saat dia menceritakannya kembali.
"Aduh, ini menyangkut masalah yang sangat besar. Kalau saya ceritakan, biasanya istri saya suka marah 'ngapain diulang-ulang lagi'," ujar Amien Rais.
Amien Rais lantas menceritakan bahwa dulu dia pernah diminta untuk maju menjadi calon presiden oleh BJ Habibie, tapi dia menolak.
"Ini peristiwa yang sangat besar. Pada waktu itu, pidato pertanggungjawaban Pak Habibie ditolak oleh MPR. Malam hari itu rapat di Kuningan, semua partai ada di sana, kecuali PDIP dan PKB. Kemudian ada urusan dari TNI, ABRI, Polri, utusan daerah dan golongan," kata Amien Rais.
"Di situlah saya diminta Pak Habibie, 'Mas Amien, Anda besok siang maju sebagai capres karena kami-kami sudah setuju Anda akan menjadi wakil kami'," sambungnya.
Menurutnya, seandainya saat itu dia menerima tawaran tersebut, tentu dia akan langsung terpilih menjadi Presiden RI, mengingat banyaknya dukungan padanya waktu itu.
"Waktu itu komputer otak saya berpikir kalau saya didukung oleh TNI, ABRI, Polri, utusan daerah dan golongan, Golkar, Partai Keadilan, PPP, PAN, dan lain-lain, tentu jadi," kata Amien Rais.
Namun, Amien Rais memutuskan untuk menolak tawaran tersebut, karena saat itu MPR sudah memproyeksikan pengangkatan Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden dan wakil peresiden. Sehingga dia tidak mau dianggap mencuri jabatan tersebut.
"Tapi akhirnya nurani saya mengatakan 'jangan', karena waktu itu saya sudah proyeksikan Gus Dur jadi presiden. Jadi saya tidak mau mencuri dalam tikungan itu," ujarnya.
Lebih lanjut, Amien Rais pun mengungkapkan bahwa dia pun terkadang menyesali beberapa keputusannya sebagai seorang politisi.
"Secara manusiawi, saya kadang-kadang 'wah harusnya tidak seperti itu'," ujar Amien Rais.
Saat diminta menceritakan keputusan apa yang paling disesalinya, Amien Rais mengatakan bahwa itu adalah masalah besar, yang terkadang membuat istrinya marah saat dia menceritakannya kembali.
"Aduh, ini menyangkut masalah yang sangat besar. Kalau saya ceritakan, biasanya istri saya suka marah 'ngapain diulang-ulang lagi'," ujar Amien Rais.
Amien Rais lantas menceritakan bahwa dulu dia pernah diminta untuk maju menjadi calon presiden oleh BJ Habibie, tapi dia menolak.
"Ini peristiwa yang sangat besar. Pada waktu itu, pidato pertanggungjawaban Pak Habibie ditolak oleh MPR. Malam hari itu rapat di Kuningan, semua partai ada di sana, kecuali PDIP dan PKB. Kemudian ada urusan dari TNI, ABRI, Polri, utusan daerah dan golongan," kata Amien Rais.
"Di situlah saya diminta Pak Habibie, 'Mas Amien, Anda besok siang maju sebagai capres karena kami-kami sudah setuju Anda akan menjadi wakil kami'," sambungnya.
Menurutnya, seandainya saat itu dia menerima tawaran tersebut, tentu dia akan langsung terpilih menjadi Presiden RI, mengingat banyaknya dukungan padanya waktu itu.
"Waktu itu komputer otak saya berpikir kalau saya didukung oleh TNI, ABRI, Polri, utusan daerah dan golongan, Golkar, Partai Keadilan, PPP, PAN, dan lain-lain, tentu jadi," kata Amien Rais.
Namun, Amien Rais memutuskan untuk menolak tawaran tersebut, karena saat itu MPR sudah memproyeksikan pengangkatan Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden dan wakil peresiden. Sehingga dia tidak mau dianggap mencuri jabatan tersebut.
"Tapi akhirnya nurani saya mengatakan 'jangan', karena waktu itu saya sudah proyeksikan Gus Dur jadi presiden. Jadi saya tidak mau mencuri dalam tikungan itu," ujarnya.
"Sudahlah itu bukan kaveling saya, kavelingnya Gus Dur. Akhirnya saya mengetok palu menjadikan Gus Dur presiden dan Mbak Megawati wakil presiden. Itulah yang masih saya ingat sampai sekarang," tutur Amien Rais.***
S:Bagikanberita