INDONESIAKININEWS.COM - Sejumlah buzzer yang sebelumnya mendukung Perpres terkait investasi miras, menggaungkan pendapat bahwa mabuk agama ...
INDONESIAKININEWS.COM - Sejumlah buzzer yang sebelumnya mendukung Perpres terkait investasi miras, menggaungkan pendapat bahwa mabuk agama lebih baik dari mabuk miras.
Pandangan yang didengungkan berbagai buzzer seperti Ferdinand Hutahaean hingga Denny Siregar itu banyak diprotes netizen.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu, menyoroti pandangan tersebut. Dia merasa aneh karena orang yang menjalankan ajaran agamanya dengan baik, malah diberi gelar mabuk agama.
“Dan yang lebih merusak adalah orang yang memberi gelar mabuk agama bagi orang yg ingin menjalankan ajaran agamanya secara baik dan benar – termasuk mengharamkan miras,” ungkap Said Didu.
Mungkin Anda menyukai ini:
Ungkapan mabuk agama ini awalnya banyak jadi istilah para buzzer saat Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) AM Hendropriyono berbicara terkait tumbuh sumburnya radikalisme di Indonesia.
AM Hendropriyono, radikalisme tumbuh pesar karena masyarakat yang mabuk agama. Hal itu disampaikan Hendropriyono pada Desember 2020 lalu.
Dalam tayangan ILC, awalnya Hendropriyono menyebut bahwa Muhammad Rizieq Shihab dan pengikutnya sudah mengingkari Pancasila karena ingin mengganti dengan Syariah.
Dia pun berbicara terkait radikalisme. “Jadi kalau HRS masih saja berkobar-kobar mengibarkan radikalisme, radikal di sini konotasinya yang menyukai kekerasan, anarkisme, dan ini juga akan subur kalau tanahnya subur. Tanah yang subur untuk akar radikalisme adalah masyarakat yang mabuk agama,” katanya.
“Kita harus beragama sesuai Pancasila, kita harus beriman, tapi jangan mabuk. Karena kalau mabuk, akibatnya tidak disiplin,” pungkasnya.
Terkait mabuk agama dan mabuk miras ini juga, penggiat media sosial, Ferdinand Ferdinand gencar mengunggah foto-foto bukti dampak kerusuhan yang bukan terjadi karena mabuk miras.
Foto tersebut di antaranya foto pelaku teroris bom Bali (Amrozi, Imam Samudera, dan Ali Ghufron), capture berita DPO Mujahidin Indonesia Timur di Poso yang ditembak polisi hingga dampak perang di Suriah.
“Mereka membunuh bukan karena mabok miras..!! Semut bahkan kecoak dan cicak saya yakin tau apa yang membuat mereka membunuh, meledakkan bomb,” tulis Ferdinand lagi.
“DPO MIT Poso dari 11 orang berkurang jadi 9 setelah 2 orang tewas ditangan hukum.
Kalian pikir miras yang membuat mereka jd DPO dan menjadi teroris? Bukan..!!” tulisnya lagi.
S:Makassar Terkini