INDONESIAKININEWS.COM - Abu Janda alias Permadi Arya mengaku jadi influencer Jokowi selama kampanye Pilpres 2019. Abu Janda digaji bulanan...
INDONESIAKININEWS.COM - Abu Janda alias Permadi Arya mengaku jadi influencer Jokowi selama kampanye Pilpres 2019. Abu Janda digaji bulanan dengan nominal besar.
Pengakuan ini disampaikan Abu Janda dalam acara Blak-blakan seperti dilihat Pojoksatu.id di detikcom, Senin (1/2/2021).
Video Blak-blakan ini berjudul Blak-blakan Abu Janda soal Rasis dan Islam Arogan.
Dalam video itu, Permadi Arya mengaku mulai giat di media sosial sejak 2015.
Lewat nama fiksi Abu Janda, dia membuat beragam parodi untuk melawan terorisme ISIS dan radikalisme yang berkembang, khususnya di media sosial.
Tak cuma itu, belakangan dia juga aktif menyerang balik pihak-pihak yang dianggapnya kerap menyerang Presiden Jokowi.
Simpati itu tumbuh karena dia melihat Jokowi sebagai figur yang paling banyak difitnah, sejak Pilpres 2014.
“Pak Jokowi itu calon presiden yang paling banyak difitnah dalam sejarah politik Indonesia,” kata dia dalam video itu.
Dan pada tahun 2018 lalu, Tim Sukses Jokowi mengajaknya bergabung.
Dia menjadi influencer atau buzzer selama kampanye Pilpres 2019.
Permadi Arya mengaku dibayar bulanan dengan nominal besar.
Tapi dia tak menyebut berapa besaran rupiah yang diterimanya itu.
“Pokoknya yang bener-bener jackpot itu istilahnya ya di situlah. Sebelum-sebelumnya, bisa makan syukur,” kata Permadi Arya berseloroh.
Selain gaji bulanan, selama kampanye dia ikut keliling ke berbagai kota di Tanah Air, bahkan hingga ke luar negeri.
“Iya, saya pernah diminta jadi pembicara dalam kampanye di Hong Kong dan Jepang,” ujarnya.
Tapi begitu pilpres selesai, Permadi menegaskan kontrak dia dengan tim sukses Jokowi pun berakhir.
“Tapi terus dipelintir ke mana-mana seolah masih tetap jadi buzzer. Itu nggak bener, kita dah dibubarin,”kata lulusan University of Wolverhampton, Inggris, itu.
Karena telah menerima honor bulanan yang besar, Permadi Arya mafhum bila dirinya kemudian tak pernah ditawari untuk menjadi komisaris di BUMN, seperti anggota tim sukses yang lain.
(ral/int/pojoksatu)