INDONESIAKININEWS.COM - Pedas, Ade Armando Bilang Anies Baswedan Sudah Lecehkan Kebijakan Ahok BTP, Kenapa? Ini Alasannya Kebijakan Gubernu...
INDONESIAKININEWS.COM - Pedas, Ade Armando Bilang Anies Baswedan Sudah Lecehkan Kebijakan Ahok BTP, Kenapa? Ini Alasannya
Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menangani banjir ibu kota, dikritik Pakar komunikasi politik Ade Armando.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan di kanal YouTube Cokro TV, Sabtu (20/2/2021).
Diketahui sejumlah titik di ibu kota tergenang banjir pada Sabtu dini hari.
Ade lalu mengkritik Anies yang dianggap tidak memanfaatkan anggaran dengan bijak.
"Anies terus sibuk dengan pencitraan remeh, sementara yang justru dia tidak lakukan adalah mengendalikan banjir," komentar Ade Armando.
Ade Armando. 1 (via https://hukum.rmol.id/)Ia membandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta terdahulu, Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) yang dianggap mampu mencegah banjir.
"Anies sudah menjabat selama empat tahun dan daerah-daerah yang semula sudah aman dari banjir di masa Ahok kini kembali korban," singgung Ade.
Ia lalu mengungkit ironi kunjungan Anies ke perkampungan warga yang diunggahnya di Instagram pada 9 Februari 2021 lalu.
Anies mengklaim daerah yang dikunjunginya itu sudah bebas banjir.
"Ilustrasi paling menggelikan adalah peristiwa kunjungan Anies ke Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur," kata Ade.
"Dia menampilkan foto dia bersama seorang ibu yang pada 2017 menderita karena banjir. Gaya-gaya foto dulu dan sekarang," lanjut dia.
Dalam unggahannya, Anies menggambarkan ibu yang dulu bersedih karena menjadi korban banjir, kini gembira karena tidak lagi kebanjiran.
Ahok BTP tertawa masuk survei Gubernur DKI Jakarta untuk Pilgub. (Istimewa)Anies mengklaim hal itu adalah keberhasilan program Gerebek Lumpur di Kali Sunter.
Dua pekan setelah foto itu diunggah, kini Kampung Cipinang Melayu dilanda banjir setinggi 1,5 meter.
Ade kemudian membandingkan dengan kebijakan Ahok semasa menjabat sebagai gubernur.
Ahok memindahkan pemukim liar di bantaran sungai ke rumah susun dengan sistem sewa untuk memperluas aliran sungai.
"Ahok menerapkan normalisasi sungai. Yang dilakukan adalah melebarkan daerah aliran sungai (DAS) sehingga air bisa dengan cepat mengalir ke laut," papar pengamat politik ini.
Menurut Ade, kebijakan Anies jauh bertentangan.
Anies mengklaim hal yang harus dilakukan adalah naturalisasi sungai yang berbeda dengan kebijakan Ahok.
Ia menyebut air hujan harusnya segera dapat diserap ke tanah, dengan demikian tidak perlu lagi menggusur warga bantaran sungai.
Walaupun begitu, Ade menilai, ucapan Anies ini hanya berhenti di kata-kata.
"Ini yang dilecehkan Anies. Kata Anies program itu melawan sunatullah.
Di seluruh dunia, kata Anies, air dari langit seharusnya diserap ke bumi, bukan dialirkan ke laut," jelas Ade.
Anies Minta Jangan Dibandingkan Banjir Tahun-tahun Lalu
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meminta masyarakat untuk tidak membandingkan dampak banjir tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Primetime News di Metro TV, Minggu (21/2/2021).
Menurut Anies, hanya tersisa 12 RW yang masih tergenang air di berbagai wilayah ibu kota.
Ia mengklaim hampir seluruh wilayah DKI Jakarta yang terendam banjir sudah dapat ditanggulangi.
"Sesegera mungkin kita tuntaskan, ini lebih dari 95 persen tertangani," klaim Anies Baswedan.
Anies menjelaskan pihaknya hanya dapat bekerja setelah hujan turun untuk menanggulangi dampaknya, bukan sebelum hujan turun.
Ia lalu membandingkan banjir yang dialami dengan bencana alam gempa.
Menurut Anies, parameter dampak gempa selalu diukur dengan skala kekuatan yang sama, yakni skala richter.
"Ada satu hal yang selalu terlewatkan dari pembicaraan.
Kalau ada berita tentang gempa, hampir selalu kita tanya, berapa skala richter? Lalu dari situ kita lihat dampaknya," terang Anies.
Ia menolak jika banjir tahunan yang terjadi di Jakarta selalu dibandingkan.
Menurut Anies, curah hujan yang turun setiap tahunnya berbeda.
"Tapi kalau hujan, selalu ditanya tahun. Seakan-akan tiap tahun hujannya sama," ungkit mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
"Padahal pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah berapa curah hujannya? Dari situ ditakar dampaknya," terangnya.
"Bukan hujan tahun berapa dampaknya bagaimana, tapi curah hujannya," tambah Anies.
Selanjutnya, Anies membandingkan dengan skala richter yang mengukur kekuatan gempa.
Menurut dia, semakin besar kekuatan gempa maka dampak kerusakan yang terjadi semakin dapat dimaklumi.
Ia menambahkan, curah hujan yang turun setiap tahunnya tidak dapat diprediksi.
S:Pos Kupang