INDONESIAKININEWS.COM - Akhir Kasus Viral Wanita Pedagang Buah vs Preman di Labuhan Deli, Minta Maaf dan Surat Bermaterai Kasus viral wanit...
INDONESIAKININEWS.COM - Akhir Kasus Viral Wanita Pedagang Buah vs Preman di Labuhan Deli, Minta Maaf dan Surat Bermaterai
Kasus viral wanita pedagang buah vs preman di Jalan Veteran Pasar VI Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli, berakhir dengan perdamaian.
Selain itu, korban Yanti Limbong (36) tahun meminta maaf terhadap salah satu ormas yang disebutkan dalam video berdurasi 2.20 detik tersebut.
Dalam surat pernyataan permohonanan maaf kepada ormas yang viral di linimasa tersebut tertulis bahwa Yanti menyatakan, "Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya terhadap pihak (Ormas) karena telah menyebarkan dan menyebut membawa-bawa nama ormas di media sosial," tulisnya.
Selain surat tersebut, Yanti dengan pelaku Aban Abi, warga Pasar IV Helvetia Rahayu, Kecamatan Labuhan Deli, juga sudah membuat surat perdamaian yang ditandatangani keduanya.
Dalam surat yang dibubuhi materai itu tertulis, "Dengan ini menerangkan dan menyatakan bahwasanya permasalahan yang terjadi pada tanggal 1 November 2020 yang telah viral di media sosial telah kami selesaikan secara kekeluargaan dan masalah ini kami anggap selesai".
Yanti menuturkan bahwa dirinya tidak melaporkan pelaku Aban Abi karena tak ingin memperpanjang masalah tersebut.
"Kalo aku sih ibaratnya gini ya, aku enggak memperpanjang masalah ini.
Cuma yang paling penting aku di sini untuk keamananku, untuk selanjutnya tidak boleh lagi orang itu mengganggu.
Utamanya untuk keamanan aja aku.
Aku minta perlindungan untuk keamananku tinggal di sini, itu aja," sebutnya saat diwawancarai tribun-medan.com/tribunmedan.id
Yanti bahkan menyebutkan dirinya telah didatangi oleh pihak ormas yang disebut-sebut pelaku dan meminta agar pelaku meminta maaf atas kelakuannya terhadap korban.
Diketahui, Yanti boru Limbong ternyata sudah sering mendapat intimidasi dari para preman.
Yanti menceritakan dirinya sudah tinggal 10 tahun di rumah tersebut.
Selama itu pula, ia bolak-balik mendapatkan intimidasi dari para preman.
"Udah sering tapi berganti-ganti orangnya. Pada saat itu enggak saya viralkan, mungkin ini karena dia sudah nahas. Sudah 10 tahun bolak-balik (diperas) dan bosan," tuturnya saat diwawancara Tribunmedan.com, Senin (2/11/2020).
Ia menyebutkan bahkan suaminya pernah mendapatkan intimidasi fisik dari para preman tersebut.
"Sampai lakiku ditarik bajunya. Kalau kita kasih, besok diminta lagi, besok diminta lagi," tuturnya.
Yanti membenarkan bahwa di daerah tersebut memang sangat rawan, sehingga ia meminta kepada kepolisian untuk menjaga keselamatan keluarganya.
"Tempat ini memang rawan preman, untuk itu aku mau cari makan dengan aman dan keselamatan keluargaku. Aku hanya minta untuk keamanan perlindungan. Jadi kepada bapak kapolsek, aku minta utama keamananku di sini, aku minta perlindungan, mana tahu dia mau mencelakakan awak kan gitu," jelasnya.
Polisi sudah melakukan penyelidikan terhadap pelaku preman yang melakukan pemalakan terhadap pedagang buah di Jalan Veteran Pasar VI Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli.
Informasi yang dihimpun Tribunmedan.id, pelaku bernama Aban Abi warga Pasar IV Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli.
Saat dikonfirmasi, Kapolsek Medan Labuhan Kompol Edy Safari menegaskan sudah melakukan penyelidikan.
"Untuk tersangka sudah kita lakukan lidik," tutur Edy kepada Tribunmedan.com, Senin (2/11/2020).
Ia menyebutkan pihaknya belum melakukan penangkapan karena korban Yanti Limbong belum membuat Laporan Polisi (LP) kepada pihaknya.
"Belum buat pengaduan atau LP korbannya," ungkapnya.
Yanti menuturkan bahwa dirinya telah didatangi oleh pihak kepolisian Polsek Medan Labuhan.
Ia mengatakan tidak melaporkan pelaku karena tidak ingin memperpanjang masalah tersebut.
"Kalo aku sih ibaratnya gini ya, aku enggak memperpanjang masalah ini, cuma yang paling penting aku di sini untuk keamananku, untuk selanjutnya tidak boleh lagi orang itu mengganggu.
Utamanya untuk keamanan aja aku.
Aku minta perlindungan untuk keamananku tinggal di sini, itu aja," sebutnya.
Yanti bahkan menyebutkan dirinya telah didatangi oleh pihak ormas yang disebut-sebut pelaku.
Pelaku juga telah menulis surat perjanjian hitam di atas putih dengan korban, berisi permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Diberitakan sebelumnya, aksi heroik pedagang buah Yanti boru Limbong yang melawan preman, mendapat apresiasi dari masyarakat.
"Pesannya sama masyarakat, gini ya kita sebagai pedagang kecil, rakyat kecil, jangan takut kalo ada orang yang sok preman, mau memeras kita, jangan takut," tegasnya dengan suara lantang, Senin (2/11/2020).
Ia menyebutkan bahwa masa pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat kecil semakin berat untuk hidup. Artinya, jangan mau untuk ditindas.
"Apalagi untuk saat ini, musim corona, cari makan susah.
Jadi tidak saatnya untuk rakyat miskin, rakyat kecil ditindas, kan gitu.
Kalau memang berani ya sama pengusaha besar sanalah minta, jangan sama rakyat kecil.
Ayo yang pedagang pedagang kecil jangan takut, berani," tuturnya.
Yanti menerangkan bahwa dirinya hanya ingin berdagang dengan aman, tanpa ancaman dan intimidasi.
"Cuma saya tidak senangkan karena dia melakukan pengancaman.
Saya hanya ingin kenyamanan, keamanan kami di sini, itu aja," sebutnya.
Yanti menyebutkan bahwa pelaku sudah datang sebanyak 3 kali ke kedainya tersebut.
Awalnya pelaku membawa seorang anak kecil dan selanjutnya pulang dan membawa kawan-kawannya.
"Dalam video itu sebenarnya itu kawannya tidak ada hubungannya.
Pertama dia sendiri bawa anak kecil, iya kan.
Terus dia ngamuk-ngamuk, pulang lagi bawa kawannya.
Sekarang kawannya pun kenalnya sama awak. Kawannya enggak ada ikut campur," tutur Yanti.
Ia menyebutkan bahwa maksud pelaku tersebut adalah untuk memancing pertikaian agar dapat merusak kedai jualannya.
"Dia pulang lagi, datang lagi, bolak balik, adalah dua tiga kali. Kek mana orang cari masalah, cari gara gara ya kan. Tapi aku enggak terpancing, dia buat gitu biar aku marah," tuturnya
Yanti menuturkan bahwa dirinya tak meladeni pelaku karena memikirkan kehidupannya dan nasib jualannya.
"Jadi dia berusaha untuk ribut dengan membentak dan cakap kotor, tapi saya pun tidak mau terpancing, saya pun tidak mau memancing, itu aja. Sebenarnya karena aku malas aja, enggak mau cari gara gara, pembeli awak banyak," jelasnya.
Yanti menceritakan peristiwa itu terjadi pada Minggu (1/11/2020) kemarin sekitar pukul 12.00 WIB.
Yanti menyebutkan bahwa awalnya pelaku pemerasan tersebut meminta buah naga kepada adiknya yang berjaga dengan uang Rp 7 ribu, dan tak diberikan.
"Ceritanya itu semalam pas jam 12 siang, yang jaga kiosnya adek saya, saya pas lagi mandi. Jadi pelaku datang kondisi kepala sudah berdarah, mungkin habis berkelahi sama orang. Dia pertama beli buah naga, tapi uangnya cuma 7 ribu terus si adek bilang enggak dapat. Terus dia ngamuk-ngamuk, kau enggak tahu siapa saya," tuturnya.
Setelah mendengar keributan tersebut, Yanti langsung keluar dari rumah dan menanyakan yang terjadi namun langsung mendapat perlakuan tidak baik.
"Terus dia ribut-ribut, jadi saya keluar, langsung dia cakap jorok sama saya," ungkapnya.
Ia menyebutkan pelaku juga menyangkutpautkan diri dengan organisasi kepemudaan (OKP) untuk meminta uang.
"Dia sebenarnya mau kutip bulanan, banyak caralah dia biar minta, dia bawa-bawa nama organisasi rupanya dia tidak ada ikatan organisasi. Jadi dia bawa nama-nama organisasi untuk keperluan pribadinya. Dia orang yang malas kerja," beber Yanti.
Lebih lanjut, ia menuturkan alasan tidak mau memberikan buah tersebut kepada pelaku, meski uangnya cuma Rp 7 ribu.
"Jadi banyak orang yang nanya kenapa ga dikasih saja, saya bukan permasalahkan itu. Kalau dia minta baik-baik enggak mungkin enggak saya kasih. Tapi dia tiba-tiba langsung ngebentak saya dengan cakap kotor," tegasnya.
s: tribunnews.com