Ilustrasi KKB Papua INDONESIAKININEWS.COM - Nama Alpius salah satu anggota TNI menjadi perbincangan publik. Setelah kematian Pendeta Yeremi...
INDONESIAKININEWS.COM - Nama Alpius salah satu anggota TNI menjadi perbincangan publik. Setelah kematian Pendeta Yeremia Zanambani. Nama anggota TNI muncul saat Tim Kemanusiaan membeberkan laporan kematian pendeta Yeremia.
Dugaan mengenai keterlibatan aparat memang sudah menjadi sorotan semenjak TGPF membeberkan laporannya.
Tak cuma melibatkan KKB Papua, laporan TGPF tersebut juga menyebutkan adanya dugaan keterlibatan aparat dalam kasus penembakan di Kabupaten Intan Jaya.
Hingga kemudian Tim Kemanusiaan mengungkapkan oknum aparat tersebut diduga bernama Alpius. Sementara itu, pihak TNI telah menindaklanjuti dugaan Tim Kemanusiaan tersebut.
Berikut rangkuman faktanya dilansir dari Tribunnews dan WartaKota (grup SURYA.co.id).
1. Biodata Alpius
Tak banyak informasi mengenai biodata Alpius yang dibeberkan oleh Tim Kemanusiaan.
Alpius diketahui adalah anggota TNI AD yang bertugas di Koramil di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Seperti dilansir dari Warta Kota dalam artikel 'Ini Identitas Oknum TNI yang Diduga Terlibat Pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani di Papua'
2. Dianggap anak sendiri oleh istri korban
Di mata istri korban, Alpius sudah dianggap seperti anak sendiri, karena kerap menumpang mandi, makan bersama, atau meminta air untuk merawat kebun yang dikelola Alpius.
"Jadi Alpius ini cukup dikenal dan bahkan dapat julukan dengan tambahan satu marga lokal."
"Karena dia suka ikut ibadah di satu gereja yang banyak dari marga atau keluarga tertentu," kata Haris dalam konferensi pers virtual, Kamis (29/10/2020).
3. Alasan Tim Kemanusiaan menuduh Alpius
Dugaan Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya Papua mengarah kepada Alpius, bukan tanpa sebab.
Pertama, Alpius pernah menyebut nama Pendeta Yeremia dan lima orang lainnya sebagai musuh.
Haris mengatakan, awalnya ketika itu masyarakat sempat dikumpulkan oleh personel TNI sekira pukul 09.00 WIT, di lapangan depan Kantor Koramil.
Dalam kesempatan itu, kata Haris, Danramil meminta masyarakat mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September 2020 di Sugapa Lama.
Kepada masyarakat, kata Haris, Danramil memberikan waktu dua hari untuk mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September.
Dan jika tidak dikembalikan dalam dua hari tersebut, maka akan dilakukan operasi penumpasan ke warga.
Selain itu, kata Haris, Danramil juga memerintahkan kepada dua pemuda, untuk mencari Kepala Suku Moni Melianus Wandagau, di Sugapa Lama.
Setelah itu Alpius, kata Haris, kembali mengumpulkan warga di depan Gereja Imanuel 1 sekira pukul 12.00 WIT.
Dalam kesempatan itu, kata Haris, Alpius mengungkapkan pendeta tidak pernah mengajarkan ke jemaat atau masyarakat untuk membunuh orang, tapi mereka membunuh orang.
"Alpius juga mengatakan bahwa 'orang-orang atau masyarakat Hitadipa yang menjadi musuh, lawan dan perang dengan saya (TNI/Polri) adalah antara lain, Jimi Sani, Pendeta Yeremia Zanambani."
"Pendeta Yakobus Maiseni, Ibu Ev Naomi Kobogau/Maiseni, Roni Majau, dan Amoli Wandagau'," papar Haris.
Kedua, kata Haris, ada saksi yang menyatakan Alpius dan seorang anggota TNI mendatangi kandang babi.
Saksi tersebut menyatakan sempat ada proses dialog antara Alpius dengan Pendeta Yeremia, sebelum Pendeta Yeremia ditemukan istrinya tersungkur mengeluarkan banyak darah di kandang babi.
Darah tersebut diduga berasal dari luka tikam di punggung atas, dan dari luka tembak di tangan kiri atas Yeremia.
Saat itu Pendeta Yeremia yang masih bisa berkomunikasi, dan sempat mengungkapkan kalimat yang mengarahkan kepada dugaan bahwa pelaku adalah Alpius.
"Pendeta Yeremia masih berkomunikasi dan dalam komunikasi itu kesaksian dari Pak Pendeta kepada Mama Meriam (istri Yeremia), bahwa ini akibat dari orang yang kita kasih makan, artinya Si Alpius," beber Haris.
4. Pendeta Yeremia tanyakan dua warga yang ditahan
Tidak hanya itu, Haris mengatakan sebelum kejadian, Yeremia yang dikenal sebagai sosok yang tegas, sempat menanyakan nasib dua warganya yang sempat ditahan oleh aparat dalam semacam razia Covid-19 pada 21 April 2020.
Sebab, kata Haris, dua warga yang ditahan tersebut belum kembali hingga saat ini.
Hingga sekali waktu, kata Haris, pernah ada pertemuan dari semua stakeholder pemerintah di kabupaten, yang dihadiri bupati, wakil bupati, pimpinan militer, dan pimpinan polisi di Kabupaten Intan Jaya.
"Pendeta Yeremia pernah mengatakan bahwa secara tegas, karena dia dikenal juga orang yang tegas di masyarakat."
"Dia mengatakan bahwa kalau memang kedua orang tersebut sudah meninggal, tolong beri tahu kepada kami di mana kuburannya, biar kami bisa melakukan ibadah duka."
"Jika memang masih hidup, tolong tunjukkan kepada kami ada di mana, supaya mereka bisa kembali ke keluarganya," papar Haris.
5. Tindakan TNI
TNI pun saat ini masih melakukan penyelidikan terkait dugaan tersebut.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel CZI IGN Suriastawa mengatakan Kodam XVII Cenderawasih masih menyelidiki terkait hal tersebut sampai saat ini.
"Terkait permasalahan tersebut, sampai dengan saat ini pihak Kodam XVII Cenderawasih masih melaksanakan penyelidikan lebih lanjut," kata Suriastawa ketika dihubungi Tribunnews.com pada Kamis (29/10/2020).
Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'TNI Selidiki Dugaan Oknum Terlibat dalam Peristiwa Tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani'
Nyoman mengatakan apabila dalam penyelidikan tersebut terbukti ada oknum anggota TNI yang terlibat maka akan diproses sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku.
"Bila memang terbukti terdapat anggota TNI yang terlibat, maka akan diproses sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku," kata Nyoman.
Ia mengatakan sah-sah saja jika muncul pendapat terkait dengan peristiwa tersebut.
Namun demikian Nyoman menyayangkan banyaknya versi cerita terkait peristiwa tersebut.
"Sah-sah saja kalau orang berpendapat, kesimpulan apa lagi yang mau dibuat.
Hanya Tuhan yang tahu kebenarannya, disayangkan setiap saat cerita selalu beda satu sama lainnya, ada yang bilang pendeta dibunuh di depan jemaahnya, ada yang bilang istrinya saat ketemu pendeta dimana pendetanya sudah meninggal, sekarang bilang pendeta ditemukan belum meninggal," kata Nyoman.
6. Tanggapan Kapuspen TNI
Sementara itu Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Achmad Riad mengatakan pernyataan yang disampaikan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta Intan Jaya yang dibentuk Kemenko Polhukam sudah jelas.
Sebagaimana diketahui pada Rabu (21/10/2020) lalu TGPF Intan Jaya mengungkapkan adanya dugaan keterlibatan oknum aparat dalam persitiwa tersebut berdasarkan pada informasi dan fakta yang ditemui tim di lapangan.
Informasi dan fakta yang mengarah ke dugaan tersebut telah termuat di dalam laporan TGPF Intan Jaya.
Informasi dan fakta tersebut di antaranya nama terduga pelaku, jumlah terduga pelaku, serta informasi detil lainnya.
Namun demikian TGPF Intan Jaya tetap membuka kemungkinan adanya dugaan keterlibatan pihak ketiga dalam kasus tersebut berdasarkan kemungkinan pembunuhan dilakukan oleh KKB Papua, sehingga KKB Papua bisa menuding aparat yang melakukan hal tersebut.
Dalam rekomendasi TGPF Intan Jaya sejauh menyangkut tindak pidana berupa kekerasan dan atau pembunuhan, pemerintah meminta Polri dan Kejaksaan untuk menyelesaikannya sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa pandang bulu.
Untuk itu pemerintah meminta Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk mengawal prosesnya lebih lanjut.
Adapun yang menyangkut hukum administrasi negara diserahkan kepada institusi terkait untuk diselesaikan dan agar mengambil tindakan seuai hukum yang berlaku pula.
"Release Menko Polhukam sudah cukup jelas," kata Riad ketika dihubungi.
s: tribunnews.com