INDONESIAKININEWS.COM - Fakta baru terungkap soal sifat asli pria dalam video viral pengendaramotor bawa jenazah sang ibu sejauh 10 km. Pri...
INDONESIAKININEWS.COM - Fakta baru terungkap soal sifat asli pria dalam video viral pengendaramotor bawa jenazah sang ibu sejauh 10 km.
Pria itu bernama Sutejo (50), warga Boyolali.
Ia membawa jenazah sang ibu, Ginem Suharni.
Kejadian yang menggegerkan jagad maya itu berlangsung di Dukuh Selorejo,
Dukuh Selorejo, Desa Kedunglengkong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Kamis (29/10/2020).
Sutejo membawa jenazah ibunya dari Dukuh Bantulan RT 3 RW 4 Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono.
Sebelum membawa jenazah ibunya, Sutejo sendiri sempat merawat ibunya di kediaman di Dukuh Bantulan.
Berikit fakta-fakta terbaru:
1. Hidup sangat sederhana
Wartawan Tribun Solo (grup Tribunmanado.co.id) sempat mengunjungi rumah Sutejo di Dukuh Bantulan.
Rumah Sutejo bergaya limasan.
Di pekarangan rumahnya, ada beberapa potong baju yang masih dikeringkan.
Selain itu, nasi karak pun diletakkan di atas kursi.
Sebuah sumur tua yang saat ini ditutup keberadaannya juga menghiasi pekarangan rumahnya.
Pepohonan, mulai dari pepaya, pisang hingga jambu tampak rindang mendiami rumah Sutejo.
2. Orang tertutup
Seorang warga bernama Eko (36) menyebut jika Sutejo merupakan orang yang tertutup.
"Orangnya tidak ada di rumah, mungkin lagi di sawah atau di mana," aku dia kepada TribunSolo.com, Jumat (30/10/2020).
"Sejak awal tinggal di sini Pak Tejo tertutup dan jarang bersosialisasi," imbuhnya.
Ditambahkan oleh Eko, jika Sutejo bukan penduduk Dukuh Bantulan.
Diungkapkan olehnya, jika Sutejo membeli rumah tersebut belasan tahun lalu saat sudah berkeluarga.
"Tahun pastinya saya tidak ingat," jelasnya.
Sehari hari, sambung Eko, Sutejo bekerja sebagai penjual tas anyaman bambu.
Bersama istri dan kedua anaknya, mereka kerap menjalankan aktivitas keluar rumah tanpa diketahui keberadaanya oleh para tetangga.
"Kadang di sawah, kadang di pasar, tidak ada yang tahu," aku dia.
Termasuk saat kejadian membawa jenazah ibunya, warga sendiri malah tak mengetahui langsung peristiwa yang menggegerkan jagad maya itu.
"Yang tahu malah anak kecil, katanya Pak Tejo membawa ikatan jarik di atas beronjong," pungkasnya.
3. Takut bertemu orang
Fakta lain diungkapkan Kapolsek Banyudono, AKP Marjoko.
"Tidak pernah bergaul dengan warga sekitar bahwa merasa takut jika bertemu orang," kata Marjoko kepada TribunSolo.com, Kamis (29/10/2020).
Ketertutupan Sutejo membuat warga sekitar kediamannya tidak mengetahui kabar meninggal ibunya Ginem.
Info lokasi pemakaman mendiang pun tak terdengar warga sekitar.
"Tidak ada informasi akan dimakamkan di Bantulan," tutur Marjoko.
Selain itu, perangkat desa setempat juga tidak mengetahui mendiang tinggal di rumah Sutejo.
Mendiang juga bukan penduduk desa di mana Sutejo tinggal.
"Mendiang bukan penduduk Desa Jembungan dan masih penduduk Desa Sucen, Kecamatan Simo,
Kabupaten Boyolali," ucap Marjoko.
Ditambahkan Marjoko, tidak ada penolakan dari warga setempat terkait pemakaman mendiang.
"Info di medsos adanya penolakan dari warga sekitar terkait pemakaman adalah tidak benar," tandasnya.
4. Videonya viral
Sosok Sutejo viral setelah videonya saat membawa jenazah ibunya diunggah di sejumlah
media sosial, Kamis (29/10/2020).
Dalam video berdurasi 47 detik itu terdengar jelas perempuan yang merekam sambil mempertanyakan,
apakah yang dibawa pengendara motor tersebut jenazah, karena terlihat bagian tangan.
"Iki gowo opo coba, kok medeni banget loh (Ini membawa apa coba, kok menakutkan
banget)," tutur perempuan tersebut dalam video.
"Daerah Simo (Kecamatan), iki gowo opo sih (ini bawa apa sih)," sambungnya masih panasaran.
"Iki wong opo udu sih, astaga (Ini orang apa bukan sih). Iki uwong deh mas kayae,
wong mati deh (Ini orang deh mas sepertinya, orang meninggal deh)," kata dia lagi semakin penasaran.
Pria di sampingnya pun ikut mempertanyakan, "Mosok?," timpalnya.
"Tapi kok dinganu jarik, kui kan kaya anak tangane to kui (Tapi kok dibungkus kain jarik, itu kan seperti ada tangannya to itu)," jelas dia di depan pengendara motor itu.
Dari keterangan Sutejo, ia awalnya berencana memakamkan ibunya itu di pekarangan rumah.
Lalu, ia merasa jengkel karena dilarang warga memakamkan ibunya di pekarangan rumah.
Menurut Sutejo, warga beralasan ibunya bukan berasal dari desa tersebut.
Sutejo jengkel, kemudian membawa jenazah Ginem menggunakan sepeda motor dengan memakai bronjong.
Tujuannya, untuk dimakamkan pekarangan rumah keluarga yang berada di Desa Kedung Lengkong, Simo, Boyolali tempat kelahiran ibu Ginem.
Padahal, jarak rumah Sutejo dengan desa ibunya itu cukuo jauh, sekitar 10 kilometer.
Sutejo kemudian membawa jenazah ibunya itu.
Jenazah dibawa naik motor layaknya barang dan diletakkan di bronjong motor GL 100-nya.
Sumber : tribunnews