Kolase foto Fadli Zon dan cover film G30S PKI INDONESIAKININEWS.COM - Pembahasan di Acara Indonesia Lawyer Club TV One soal G30S PKI. Serun...
INDONESIAKININEWS.COM - Pembahasan di Acara Indonesia Lawyer Club TV One soal G30S PKI.
Serunya pembahasan tersebut dimana Fadli Zon membongkar kebohongan soal sejarah kelam tersebut.
Salah satu pembahasannya soal Kolonel Latief, yang menarik perhatian.
Edisi kali ini cukup Panas karena Karni Ilyas dkk mengangkat tema seputar G30S PKI / G 30 S PKI yakni ' Ideologi PKI Masih Hidup?'
Benarkah Latief berbohong? Cek selengkapnya di sini:
Awalnya Fadli Zon memastikan tidak perlu lagi memperdebatkan siapa sosok yang terkait dalam pembantaian jenderal dan sejumlah tokoh Islam.
Terutama jika masyarakat berspekulasi jika pemerintah lah yang mengendarai PKI itu.
"Tidak ada yang bertanggungjawab atas aksi kudeta tersebut. Ya semuanya tanggungjawab PKI itu sendiri," katanya.
Anak buah Prabowo itu juga mengungkapkan hasil pemelitiannya yang dituangkan dalam bukunya, bahwa sebenarnya PKI ditunggangi oleh pasukan Belanda saat itu.
Makanya saat akan ditangkap, pelaku pembantaian, dilindungi pasukan Belanda.
Dia juga menjelaskan soal sejarah yang menuliskan, tragedi ini bisa saja dicegah jika laporan dari Kolonel Latief didengar.
Yap, dituliskan bahwa Latief sempat melapor ke Soeharto di malam pembantaian, namun diabaikan.
Hal itu dibantah oleh Soeharto saat Fadli Zon berkunjung ke rumah sakit tempatnya dirawat pada tahun 2007.
Awalnya Fadli Zon dengan gamblang menanyakan kebenaran soal Kolonel Latief datang melapor kepadanya.
"Pak Harto (Soeharto) waktu itu dalam kondisi sakit, terbata-bata, mengatakan sambil tertawa 'tidak ada itu'," kata Fadli Zon.
"Yang ketemu dengan Latief itu adalah Bob Hasan. Jadi tidak pernah bertemu dengan pak Harto,"
"Jadi waktu itu dikabarkan putranya pak Harto, pak Tommy sedang sakit,"
"Jadi tidak ada itu. Ini penelitian," katanya.
Kolonel Latief yang kala itu menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya.
Kolonel Latief yang mendapat bocoran tentang rencana itu, kemudian bertemu Panglima Kostrad atau Pangkostrad yang saat itu dijabat oleh Soeharto.
Soehato dalam buku "Siapa Sebenarnya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G30S/PKI" karya Eros Djarot, mengungkapkan kesaksiannya soal peristiwa ini.
Dikutip dari berbagai sumber termasuk arsip berita Tribunnews.com, Kolenel A Latief dikenal sebagai anak buah dan sejawat Soeharto kala itu.
Ketika diwawancarai Der Spiegel pada 19 Juni 1970, Soeharto menyatakan ia memang ditemui Latief di RSPAD, beberapa jam sebelum kejadian G30S PKI terjadi.
Meski bertemu, Soeharto menegaskan bahwa Latief tak memberikan informasi apapun.
Lalu, kesaksian yang diceritakan Soehato kepada Der Spiegel tersebut berubah.
Pada bukunya yang berjudul "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya", Soeharto mengutarakan jika ia hanya melihat Latief dari kejauhan dan tak ada interaksi yang terjadi malam itu.
Meski demikian, Kolonel Latief mengungkapkan kisahnya sebelum terjadinya peristiwa G30S PKI.
Latief mengungkapkan, dua hari jelang peristiwa itu, ia menemui Soeharto di kediamannya, Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat.
Dalam pertemuan itu keduanya membicarakan keadaan keluarga masing-masing.
Hingga kemudian, Latief memberi tahu Soeharto jika akan ada suatu gerakan yang akan membunuh para jenderal TNI AD.
Latief pun mengaku masih ingat kejadian tersebut.
"Saya masih ingat kejadian itu, karena saat itu putra bungsu Soeharto, yang masih berusia tiga tahun, menderita luka cukup serius akibat tersiram sop panas," tutur Kolonel Latief.
Lalu, Soeharto, kata Letief, tak melakukan tindakan apa-apa terkait informasi yang ia sampaikan itu.
Karena laporan itu tak digubris Soeharto, Latief pun kembali menemui Soeharto yang berada di RSPAD Gatot Subroto.
Kala itu, Soeharto sedang menunggui Hutomo Mandala Putra yang menjalani pengobatan karena tersiram sop panas.
Menurt Latief, laporannya terkait peristiwa itu tak digubris lagi oleh Soeharto.
Hingga kemudian peristiwa tersebut benar-benar terjadi.
Latief yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya datang melapor kepada Soeharto, mengapa Soeharto selaku Panglima Kostrad tidak menggagalkan peristiwa yang berbuntut pada penggulingan Sukarno selaku presiden setelah mendapat laporannya.
"Siapa sebenarnya yang melakukan coup d'etat pada 1 Oktober 1965: G30S ataukah Jenderal Soeharto", ungkap Latief di pengantar bukunya Pledoi Kol. A. Latief: Soeharto Terlibat G 30 S.
Kemudian, Latief menjadi tahanan politik karena tuduhan terlibat G30S, sejak tanggal 11 Oktober 1965.
Ia kemudian diadili tahun 1978 dan dibebaskan dari tahanan tanggal 6 Desember 1998 oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden BJ Habibie.
Kolonel Abdul Latief pun Meninggal Dunia dunia pada pukul 06.30 WIB pada Rabu (6/4/2005) akibat sakit paru-paru.
s: tribunnews.com