INDONESIAKININEWS.COM - Panglima Komando Daerah Militer Jaya Jayakarta, Mayor Jenderal Dudung Abdurcahman mendeteksi adanya kelompok-kelomp...
Dalam keterangan resminya usai memimpin apel pasukan di tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta, dilansir VIVA Militer, Senin 12 Oktober, Mayjen Dudung menjelaskan, kelompok orang bayaran itu dikendalikan pihak tertentu yang disebutnya sebagai barisan sakit hati.
"Saya mengingatkan bahwa yang ikut unras nanti kemungkinan ada kelompok-kelompok tertentu yang dikendalikan oleh pihak-pihak yang mementingkan kepentingan pribadi ataupun golongannya. Karena barisan sakit hati, maka memanfaatkan situasi," kata Pangdam Jaya.
Kelompok barisan sakit hati itu kemudian memperdaya masyarakat yang tak mengerti apa-apa, dengan iming-iming uang, agar mau menuruti kemauan melaksanakan aksi-aksi sesuai pesanan kelompok tersebut.
"Mereka memanfaatkan orang-orang yang tak mengerti, kemudian dikendalikan dengan iming-iming uang yang tak seberapa mereka berikan. Tetapi setiap ada momen selalu tampil," kata Mayjen Dudung.
Meski begitu Mayjen Dudung memastikan, barisan sakit hati itu tak akan mudah semaunya membuat situasi Ibukota Jakarta terganggu, apalagi sampai menciptakan ketakutan bagi masyarakat.
"Bahwa TNI dan Polri merupakan garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban serta keutuhan wilayah NKRI," ujar Mayor Dudung.
Pangdam menerangkan, unjukrasa dengan tema penolakan pengesahan UU Cipta Kerja dan Omnibus Law diperkirakan akan berlangsung selama 5 hari beruntun, di mulai hari ini hingga Jumat 16 Oktober 2020.
Massa yang akan berdemonstrasi datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, buruh hingga massa bayaran barisan sakit hati.
S: viva.co.id