INDONESIAKININEWS.COM - Dittipidum Bareskrim Polri telah menetapkan 8 tersangka dalam kasus kebakaran Gedung Utama Kejagung. Penyidik juga ...
INDONESIAKININEWS.COM - Dittipidum Bareskrim Polri telah menetapkan 8 tersangka dalam kasus kebakaran Gedung Utama Kejagung. Penyidik juga menyimpulkan kebakaran disebabkan rokok dari 5 pekerja yang tengah bekerja merenovasi ruang biro kepegawaian.
Namun, masih saja ada pihak yang meragukan bahwa kebakaran yang menghanguskan gedung Kejaksaan Agung hanya berasal dari puntung rokok.
Bareskrim sudah meminta keterangan ahli untuk memastikan penyebab kebakaran itu. Kesimpulan itu juga diambil dari hasil penjelasan ahli dalam kasus ini.
Salah satu ahli yang dimintai pandangannya oleh Bareskrim yakni Prof Yulianto, ahli kebakaran dari Universitas Indonesia (UI). Dalam konferensi pers pengungkapan kasus Jumat (23/10), Yulianto menunjukkan bagaimana rokok bisa menimbulkan api yang sangat besar.
Prof Yulianto mengatakan, kebakaran selalu diawali dengan api kecil seperti halnya pada rokok. Untuk sampai pada kebakaran hebat, api kecil akan melalui proses membara yang ditandai dengan asap berwarna putih.
Proses membara api di aula lantai 6 didukung oleh cairan dari Top Cleaner atau pembersih lantai. Cairan tersebut mengandung senyawa solar dan bensin.
“Jadi peristiwa kebakaran selalu diawali dengan api yang kecil. Bisa karena bara bisa karena nyala. Kalau dia berasal dari rokok maka dia melalui proses membara. Proses membara ini cirinya menghasilkan asap yang banyak sekali berwarna putih,” kata Yulianto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (23/10).
Menurut Yulianto, proses membara api di lantai 6 bertransisi menjadi ke flaming (menyala) yang dibantu senyawa pada top cleaner sisa pembersihan lantai. Dalam proses ini, suhu bisa mencapai 1.000 derajat sehingga api membesar merambat di dinding hingga memecahkan kaca.
“Di dalam peristiwa ini terjadi proses transisi. Sehingga di lantai 6 bagian aula terjadi proses penyalaan membesar mengalami proses firegrowth. Api itu tumbuhnya, kita terlambat merespons api cepat sekali tumbuh bisa sampai 900 derajat celsius. Kita bisa tahu dari warna beton,” ujar Yulianto.
Kondisi bangunan di Kejagung, kata Yulianto, terdapat material alumunium komposit panel. Benda itu mudah meleleh pada suhu tertentu. Cairannya jatuh ke lantai bawah sehingga membuat api cepat merambat ke ruangan lainnya.
“Dalam gedung yang terbakar ada material alumunium komposit panel. Di bagian instalatasinya terdapat bahan mudahan terbakar. Tetesan inilah yang di bawah mengalami temperatur sangat tinggi. Maka kaca pecah api menjilat ke dalam begitulah prosesnya terjadi,” ungkap Yulianto.
Yulianto kemudian menampilkan video hasil eksperimen munculnya api dari sebuah bara puntung rokok menggunakan media bak transparan terbuat dari baja. Di dalamnya, ada 2 puntung rokok kretek, kayu yang dibeli di pinggir jalan, kertas, dan kertas tisu. Dari eksperimen itu, tampak terlihat asap putih perlahan muncul dari wadah itu.
"Ini sesuai dengan keterangan saksi melihat asap putih," tambah dia.
Yulianto lalu mempercepat videonya sampai muncul api yang cukup besar dari wadah itu. Dari video itu terlihat proses transisi dari asap putih sampai muncul api yang cukup besar.
"Dengan ukuran wadah kurang lebih 20 cm tinggi nyala apinya 1 meter. Jadi kalau yang terbakar banyak tinggi apinya bisa lebih besar lagi dan ini berpotensi kena objek lain," tutur dia.
Sc:Kumparan