INDONESIAKININEWS.COM - Pandemi corona yang melanda dunia masih menyibukkan banyak negara. Siapa sangka, ancaman lain yang menjelma bak mal...
INDONESIAKININEWS.COM - Pandemi corona yang melanda dunia masih menyibukkan banyak negara.
Siapa sangka, ancaman lain yang menjelma bak malapetaka bagi dunia kini menanti di depan mata.
Dikutip Zonajakarta.com dari Science Alert, Tsunami raksasa yang dahsyat di Alaska yang dipicu oleh longsoran batu yang tidak stabil setelah gletser mencair kemungkinan besar akan terjadi dalam dua dekade mendatang.
Dan kini para ilmuwan khawatir hal itu bisa terjadi dalam 12 bulan ke depan.
Foto Film Tsunami Haeundae. Berikut ini cara antisipasi tentang Tsunami dan apa yang harus dilakukan jika ada gelombang Tsunami seperti riset ITB yang mengatakan akan ada gelombang tsunami setinggi 20 meter mengancam pantai selatan pulau Jawa Pikiran-rakyat.com
Sekelompok ilmuwan memperingatkan prospek bencana yang akan datang di Prince William Sound dalam surat terbuka kepada Departemen Sumber Daya Alam Alaska (ADNR) pada bulan Mei.
Meski potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, masih banyak hal yang tidak diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana ini bisa terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah longsor yang bertahap dan bergerak lambat sudah terjadi di atas fjord, tetapi jika permukaan batu tiba-tiba lepas, konsekuensinya bisa mengerikan.
Meski terpencil, kawasan ini adalah kawasan yang sering dikunjungi oleh kapal komersial dan kapal rekreasi, termasuk kapal pesiar.
"Awalnya sulit untuk mempercayai angka-angka itu," ujar salah satu peneliti, yang merupakan ahli geofisika Chunli Dai dari Universitas Negeri Ohio mengatakan kepada NASA Earth Observatory.
"Berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang longsor, dan sudut kemiringan, kami menghitung bahwa keruntuhan akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing dan 11 kali lebih banyak energi daripada longsor Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 dan mega-tsunami", ujarnya.
Jika kalkulasi tim benar, hasil seperti itu tidak mungkin terpikirkan, karena peristiwa longsornya Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 oleh para saksi mata disamakan dengan ledakan bom atom.
Dan jika kalkulasi tim benar, maka hal ini seringkali dianggap sebagai gelombang tsunami tertinggi di zaman modern, mencapai ketinggian maksimum 524 meter.
Peristiwa longsoran lereng yang jauh lebih baru pada tahun 2015 di Taan Fiord di sebelah timur menghasilkan tsunami setinggi 193 meter.
Gempa Susulan Skala 7.5 Guncang Alaska dari Skala 7.8, Picu Peringatan Tsunami. Pexels
Dan para peneliti mengatakan longsoran ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab.
"Lereng seperti ini dapat berubah dari lambat merayap menjadi tanah longsor yang bergerak cepat karena sejumlah pemicu yang mungkin terjadi," jelas laporan yang diterbitkan bulan Mei lalu.
"Seringkali, hujan lebat atau hujan yang berkepanjangan menjadi faktor penyebabnya. Gempa bumi biasanya juga memicu longsoran. Cuaca panas yang mendorong pencairan permafrost, salju, atau es gletser juga bisa menjadi pemicunya".
Sejak laporan ini dirilis awal tahun, analisis longsor berikutnya menunjukkan sedikit atau tidak ada pergerakan massa tanah di lereng, meskipun hal itu sendiri tidak memberi kita cukup informasi, karena penelitian menunjukkan bahwa permukaan batuan telah bergeser setidaknya sejak 50 tahun yang lalu.
Hal ini menyebabkan di beberapa titik mengalami percepatan, sementara di titik lain mengalami perlambatan.
Saat variasi-variasi ini masih diselidiki, pandangan keseluruhan adalah bahwa kecepatan mencairnya gletser meningkatkan kemungkinan longsoran lereng yang lebih dramatis.
"Ketika iklim berubah, alam membutuhkan waktu untuk menyesuaikan," kata penulis surat dan ahli geologi Bretwood Higman dari organisasi nirlaba Ground Truth Alaska kepada The Guardian.
"Jika gletser menyusut dengan sangat cepat, lereng di sekitarnya dapat mengejutkan - mereka mungkin longsor secara serempak alih-alih menyesuaikan secara bertahap".
Pemantauan berkelanjutan oleh banyak organisasi - termasuk ADNR, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, dan Survei Geologi AS - mengawasi perkembangan di Prince William Sound, untuk melacak pergerakan di atas Gletser Barry, dan untuk menyempurnakan prediksi tentang dampak dari mega-tsunami yang diprediksi akan terjadi.
Pemodelan awal dari laporan Mei, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa tsunami yang mencapai ketinggian ratusan meter di sepanjang garis pantai akan diakibatkan oleh longsoran besar yang tiba-tiba, menyebar ke seluruh Prince William Sound, dan ke teluk dan fjord yang jauh dari sumber.
Mungkin kesimpulan yang lebih besar adalah bahwa dampak dari penyusutan gletser yang relatif cepat di era perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman tanah longsor dan tsunami yang serupa di banyak tempat lain di dunia, tidak hanya di Alaska.*(ZJ)
Sc:zona Jakarta