INDONESIAKININEWS.COM - Analis politik dan ekonomi Rustam Ibrahim meminta agar masyarakat jangan mau ditakut-takuti oleh narasi bahwa reses...
"KITA jangan mau ditakut-takuti apalagi sampai dibodohi kaum genderuwo bahwa resesi ekonomi sama dengan krisis ekonomi. resesi hanya sekedar istilah teknis bahwa aktivitas ekonomi menurun/lesu yang diindikasikan oleh pertumbuhan PDB suatu negara mengalami minus 2 kuartal berturut-turut," tulisnya melalui akun Twitternya @RustamIbrahim seperti dikutip Akurat.co, Kamis (3/9/2020).
KITA jangan mau dibodohi dengan retorika bhw utang negara akan membebani anak cucu. Soeharto sejak 1967 membuat utang & mewariskan utang banyak 1998. Tapi anak2 sy tidak merasa ikut bayar utang negara, paling PPH/PPN. Dan org miskin tidak bayar pajak & hidup lebih sejahtera skrg.
Masyarakat Diminta Mulai Lakukan Substitusi Produk Impor Ke Lokal
— Voter Education (@RustamIbrahim) September 3, 2020
Lebih lanjut, kata Rustam Ibrahim, krisis ekonomi bukan hanya ditunjukkan dengan pertumbuhan PDB yang minus, tetapi juga diikuti inflasi yang tinggi serta terganggunya sektor keuangan.
"Sedangkan krisis ekonomi bukan hanya ditunjukkan pertumbuhan PDB minus. Selain minusnya besar (2 digit), juga dibarengi dengan inflasi yang tinggi serta terganggunya sektor keuangan. Nilai tukar jeblok, bunga bank meroket menyebabkan krisis likuiditas dan beban utang LN melonjak," cuitnya Rustam Ibrahim lagi.
Rustam Ibrahim juga mengatakan, apabila pada ekonomi di kuartal III 2020 kembali negatif dan mengalami resesi ekonomi, maka harus dilihat angka negatifnya. Jika dibawah minus 5,3 persen, semisal minus 1,3 persen artinya ekonomi Indonesia justru sedang mengalami recovery.
"Kalaupun seandainya bulan depan (Oktober) ekonomi Indonesia memasuki resesi, KITA harus melihat minus atau negatifnya pertumbuhan PDB Jika berada di bawah - 5.3%, misalnya hanya - 1-3%, itu artinya ekonomi Indonesia justru sedang menuju pemulihan (recovery)," tambah Rustam Ibrahim.
S. Akurat