INDONESIAKININEWS.COM - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) resmi mendeklarasikan diri di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, ...
Dalam deklrasi teresbut, ada 8 maklumat KAMI yang menyoroti sejumlah masalah bangsa.
Mulai dari masalah ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan ham, hingga sumber daya alam.
Dalam deklarasi gerakan yang dimotori DIn Syamsuddin itu, juga hadir sejumah tokoh.
Selain Din, juga Rocky Gerung, Achmad Yadni, Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, Meutia Farida Hatta dan MS Kaban.
Terlihat pula M Said Didu, Refly Harun, Ichsanuddin Noorsy, Lieus Sungkharisma, Jumhur Hidayat, Abdullah Hehamahua, sampai Amien Rais.
Menanggapi hal itu, Teddy Gusnaidi pun angkat bicara melalui akun Twitter pribadinya, @TeddyGusnaidi, Selasa (18/8) malam.
Dalam cuitan itu, Dewan Pakar PKPI itu kembali mengingatkan analisanya terkait gerakan yang dimotori Din Syamsuddin cs itu.
Cuitan itu diawali menjawab balasan akun @dasaralter yang menyebut bahwa analisa Teddy soal KAMI ternyata benar.
“Wkwkwkw bener sih dugaaan lu. Tapi sayang dari semua tokoh ga pernah ada debat dan diskusi hebat antara lu dan mereka. So, lu baru tau kulitnya,” cuit @dasaralter
Teddy lantas menjawab cuitan itu dengan membandingkan dengan zaman Orde Baru.
“Zaman soeharto mana punya nyali orang-orang di kelompok KAMI?” tulisnya.
Teddy lantas menyinggung 8 tuntutan KAMI yang disebutnya jauh dari koar-koar sebelum deklarasi.
Bahkan, aktivis 98 ini menyebut tuntutan KAMI itu sebagai tuntutan banci.
“Sudah lihat tuntutan kelompok KAMI? isinya tuntutan “banci”, gak selaras dengan koar-koar mereka sebelum deklarasi,” ujarnya.
Dalam cuitan sebelumnya, Teddy menyatakan bahwa prediksinya tidak pernah meleset.
“Analisa gue gak pernah meleset, deklarasi KAMI mirip launching kedai ayam bakar kan?” kata dia.
Teddy menyebut tuntutan KAMI sebagai tuntutan banci lantarasn semuanya bersifat normatif dan tak ada hal yang baru.
“Gak segahar koar-koar yang mereka buat, seolah-olah ada hal yang besar,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa tuntutan dalam deklarasi KAMI itu hal normatif yang dilaksanakan pemerintah dan DPR.
“Tidak ada satupun yang menonjol. Kelompok “ejakulasi dini”, nafsu besar kemampuan minus,” kata dia.
“Ingin terlihat besar tapi nyali dibawah rata-rata. Keinginan tidak selaras dengan nyali,” sindirnya.
Teddy lantas mengungkap bahwa deretan orang-orang yang melahirkan KAMI itu hanya bisa diam saat banyak penyimpangan terjadi di rezim Soeharto berkuasa.
“Di rezim soeharto banyak penyimpangan terjadi, tapi orang-orang ini tidak punya nyali melawan soeharto,” ujarnya.
Tapi berbeda di era Jokowi saat ini yang menurutnya sangat toleran sehingga membuat orang-orang KAMI berani berteriak.
“Eh, ternyata mereka masih tidak bernyali juga,” lanjut Teddy.
Teddy juga menyebut bahwa KAMI adalah sekumpulan orang tak bernyali tapi bernafsu besar dan hanya saling menunggu satu sama lainnya untuk memiliki keberanian.
“Makanya tuntutannya pun tuntutan “banci”. Gue yakin banyak pembenci Jokowi yg kecewa dengan kelompok KAMI,” kata dia.
Teddy lantas mengulang pernyataannya yang mengibaratkan KAMI sebagai remahan biskuit yang jatuh dan tersapu.
“Tentu mereka gak bisa berada di meja makan bersanding bersama kopi dan teh,”
“Remahan hanya bisa menonton sebentar di balik pengki, sebelum masuk ke dalam tong sampah,” tandasnya.
S. Pojoksatu