INDONESIAKININEWS.COM - Debat panas terjadi antara Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin dan Politisi Demokrat...
dan Politisi Demokrat, Ferdinand Hutahaean ketika membahas terkait penghargaan yang diberikan kepada Fahri Hamzah dan Fadli Zon.
Keduanya beradu argumen dalam acara talkshow tv One 'Dua Sisi', Kamis (13/08/20) tadi malam.
Ali Ngabalin yang terdengar membela soal pemberian bintang jasa kepada dua Mantan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dan Fadli
Zon, mendapat kritikan dari Ferdinand Hutahaean.
Perdebatan antara meraka pun tak terhindarkan.
Diberitakan bahwa Fahri Hamzah dan Fadli Zon diberi Bintang Mahaputra Nararya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pada kesempatan itu, Politisi Demokrat, Ferdinand Hutahaean sempat mengkritik penghargaan kepada dua tokoh itu.
Di acara Dua Sisi tvOne pada Kamis (14/8/2020), Ali Ngabalin mengatakan penghargaan ini seperti penghargaan seorang profesor.
"Ya Maha Putra ini sama seperti Maha Guru, guru-guru di kampus itu disebut profesor, profesor itu namanya Maha Guru," ujar Ngabalin.
"Oh iya tidak mudah menjadi seorang profesor," timpal Ferdinand.
Ngabalin membela, menurutnya tidak mudah bagi Fadli dan Fahri menjadi Wakil Ketua DPR.
Mereka berikan waktu siang dan malam untuk menyampaikan aspirasi dari rakyat.
"Ya Maha Guru namanya amat terpelajar kalau Maha Putra itu artinya putra terbaik, mereka itu menghabiskan waktu lima tahun memimpin parlemen."
"Saya punya pengalaman menjadi anggota DPR RI lima tahun itu tidak gampang, mengelola DPR, mengelola aspirasi tidak gampang, tidak tahu siang tidak tahu malam," kata Ngabalin.
Selain Fadli dan Fahri, Ngabalin menyebut sebenarnya banyak tokoh lain yang diberikan bintang jasa.
"Itulah negara yang memberikan apresiasi terhadap beliau-beliau ini tidak saja saudara Fadli dan saudara Fahri tetapi kepada juga Mantan Ketua Mahkamah Agung, Wakil Ketua DPD RI."
"Kemudian ada 20 pahlawan kesehatan kita yang luar biasa," jelas Ngabalin.
"Mereka layak," komentar Ferdinand.
Lalu, Ngabalin justru mengatakan bahwa penghargaan itu bisa saja merupakan sudah kehendak Tuhan.
"Artinya begini mari kita lihat dari satu perspektif yang negara melihat konseptivity."
"Saya mau mengatakan begini Tuhan pasti mengatur kali ini adalah hak dan kewenangan yang diatur oleh negara untuk saudara Fahri, saudara Fadli."
"Besok lusa mungkin saya, saudara Ferdinand," ungkapnya.
Namun, Pria asal Papua ini menolak bahwa penghargaan itu hanya sekedar takdir.
"Takdir," ucap Ferdinand
"Bukan takdir, Ini sudah ada aturan regulasinya," jawab Ngabalin.
Lalu Ngabalin menyinggung bahwa kritikan Fadli dan Fahri selama ini pada pemerintah bukan berarti mereka tidak bisa
mendapat penghargaan sampai membuat Ferdinand tampak mengelus kepalanya.
"Ini juga memberikan isyarat bahwa dendam politik dan kritik itu bukan sesuatu yang bejat, kritik itu bukan sesuatu yang
mungkar untuk kepentingan demokrasi dan pemerintahan," sambungnya.
S. Tribunnews