INDONESIAKININEWS.COM - Rocky Gerung kemudian menyinggung isu panas yang sempat bergulir, yakni akan adanya pergantian jabatan sebagai waki...
Ya Pengamat politik Rocky Gerung menilai sosok Wapres Maruf Amin gagal menggantikan fungsi Jusuf Kalla (JK).
Rocky Gerung bahkan tertawa melihat kecerdikan rekannya, Hersubeno Arief, yang membandingkan antara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan Wapres Maruf Amin.
Hal itu disampaikan kepada Rocky Gerung dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Sabtu (15/8/2020).
Dilansir TribunWow.com, Hersubeno membandingkan keduanya dalam segi kapasitas dalam forum internasional.
Hersubeno menilai Jusuf Kalla ketka menjabat sebagai wakil presiden mempunyai kapasitas yang cukup baik dalam urusannya dengan hubungan internasional.
Dan menurutnya, kondisi tersebut setidaknya mampu melengkapi kekurangan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode sebelumnya.
Namun, dikatakannya bahwa untuk saat ini negara kehilangan sosok Jusuf Kalla, terlebih perannya tersebut tidak lantas bisa digantikan oleh Maruf Amin.
"Kemarin pada periode yang lalu itu kan ada yang menjadi semacam bempernya atau mensubstitusi lah, katakanlah kelemahan dari Presiden Jokowi ini kan ada Pak Jusuf Kalla yang selalu dalam forum internasional," ujar Hersubeno Arief.
"Tetapi kan belakangan Jusuf Kalla mengeluh bahwa tidak bisa terus-terusan harus Pak Jusuf Kalla yang mewakili," imbuhnya.
"Sekarang dengan adanya Pak Maruf Amin ini kan ada lubang besar di dalam diplomasi internasional kita yang tidak mungkin itu di-take over oleh seorang Menlu atau Memku," jelasnya.
Mendengar penjelasan dari Hersubeno, Rocky Gerung pun tertawa dan mengakui kecerdikan dari rekannya tersebut dalam mencari celah.
Hal itu membuat Rocky Gerung merasa terpancing dengan umpan dari Hersubeno.
Dirinya lantas menyebut dua tokoh yang memiliki potensi dalam hubungannya dengan negara-negara lain, yakni Budi Gunawan dan Prabowo Subianto.
Berbicara hal itu, Rocky Gerung kemudian menyinggung isu panas yang sempat bergulir, yakni akan adanya pergantian jabatan sebagai wakil presiden.
"Saudara Hersu terlalu cerdik untuk menduga bahwa kalau begitu dicari tokoh yang punya akses ke politik internasional dan punya kapasitas," kata Rocky Gerung.
"Ya mungkin Budi Gunawan atau Prabowo, kalau fungsi dari Pak JK sebagai wakil tidak bisa dilakukan oleh Maruf Amin," ucapnya.
"Mungkin itu juga alasannya sehingga rumor hari ini adalah soal penggantian wakil presiden."
Lebih lanjut, pengamat politik tersebut akhirnya memberikan penjelasan yang serius pertanyaan dari Hersubeno terkait persoalan dunia internasional.
Dirnya berharap hal itu seharusnya bisa diambil alih oleh para duta besar (dubes).
"Tapi lepas dari itu kita ingin sebetulnya ada tim yang memperbarui citra kita di dalam politik internasional,"
"Paling tidak beberapa dubes lakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan Presiden," pungkasnya.
Rocky Gerung Sebut Jokowi Dekat dengan Satu Negara Asing
Dalam kesempatan sama, Rocky Gerung juga menyoroti kebijakan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menurutnya cenderung berorientasi pada satu negara asing.
Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, diunggah Sabtu (15/8/2020).
Menurut Rocky, banyak kebijakan Jokowi yang cenderung bertujuan mendekatkan hubungan dengan Tiongkok.
Ia menilai hal itu berdampak pada pandangan publik kepada Jokowi.
"Keterkaitan itu dengan politik Indonesia hari ini, terbaca dalam kritik publik terhadap kebijakan Presiden Jokowi yang terlalu berorientasi pada China," papar Rocky Gerung.
Rocky menampik Indonesia sudah terlibat dalam upaya dominasi ekonomi dalam perdagangan yang digagas Tiongkok pada 2019, yakni one belt one road.
"Walaupun orang mungkin menganggap belum menjadi kesepakatan dunia bahwa Indonesia ada di dalam jalur one belt one road dari China," terangnya.
Meskipun begitu, ia menyinggung saat ini Indonesia lebih banyak bekerja sama dengan Tiongkok jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Rocky, hal itu berdampak pada pandangan dunia internasional terhadap keterlibatan Indonesia di politik dunia.
Ia mengungkit sebetulnya Indonesia dapat menjadi penengah bagi konflik yang terjadi antarnegara.
"Tapi pengetahuan itu juga bisa dibatalkan kenapa Indonesia hanya intensif berhubungan dengan China, tidak dengan negara-negara lain di Asia Tenggara," kata Rocky.
"Gagalnya Presiden Jokowi untuk tampil sebagai pemimpin dunia itu juga berpengaruh terhadap kemampuan Indonesia untuk menjadi penengah, bila terjadi konflik antara Amerika dengan China di China Selatan," tambah akademisi tersebut.
Rocky menyinggung sebelumnya nama Indonesia tidak pernah terdengar aktif di politik dunia internasional.
"Jadi agak aneh kalau tiba-tiba Presiden Jokowi memberi komentar tentang apa yang terjadi di China Selatan," jelas pengamat politik itu.
Sebelumnya ia sempat menyebutkan Jokowi tidak pernah menghadiri sidang Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) selama lima tahun terakhir.
"Menghadiri sidang PBB enggak pernah, bagaimana dia tahu bahasa tubuh dari pemimpin-pemimpin di sekitar Pasifik terhadap kasus di China Selatan?" tanya Rocky.
Menanggapi pemaparan Rocky Gerung, Hersubeno menilai ada yang kurang tepat.
Ia berpendapat Jokowi terkesan menghindari hubungan internasional.
"Tadi Anda menyebut gagal. Tapi saya melihat sih tidak gagal, tapi memang Presiden Jokowi justru menghindari," komentar Hersubeno Arief.
"Jadi belum ada usaha. Kalau gagal dia sudah mencoba tapi tidak berhasil," tambah jurnalis tersebut.
S. Tribunnews