INDONESIAKININEWS.COM - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus mengalami kenaikan. Sejak masa Suharto hingga saat ini mengalami kenaikan...
INDONESIAKININEWS.COM - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus mengalami kenaikan. Sejak masa Suharto hingga saat ini mengalami kenaikan, terkecuali pada masa BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sempat mengalami penurunan.
Pertumbuhan ULN tertinggi justru terjadi saat ini, di era Presiden Joko Widodo. Di periode pertamanya tercatat ada 310,7 milliar USD total utang pemerintah, bank sentral, BUMN dan swasta.
Sementara di periode kedua, hingga tahun 2020 tercatat sudah ada 400,1 miliar USD. Khusus sektor pemerintah dan bank sentral sudah berutang 192 miliar USD.
Ekonom senior, Rizal Ramli menyebutkan kenaikan ULN ini bukanlah sebuah prestasi yang membanggakan. Hal ini terjadi karena buruknya kinerja perekonomian pemerintahan.
"Prestasi yg tidak perlu dibanggakan akibat management utang ugal2an dan pegelolaaan ekonomi yang tidak prudent. Utang Luar Negeri Era @jokowi Tertinggi dan Paling Tidak Produktif Sepanjang Sejarah," tulis Rizal di akun Twitternya, Rabu (1/7/2020).
Tak sampai disitu, mantan Menko Prekonomian ini juga menyindir kinerja Menteri Keuangan Indoensia, Sri Mulyani.
"Ratio Utang, Efek Crowding Out, dan Solusinya. Crowding-0ut membuat pertumbuhan kredit sangat rendah (6%) dan daya beli anjlok, akibatnya mengurangi pertumbuhan ekonomi. Begini aja Ratu Utang binti Mentri Keuangan “Terbalik” ora ngerti kok," lanjutnya.
Rizal yang menyertakan salah satu tautan pergerakan utang Indonesia. Ikut membandingkan ULN Indoensia dari di zaman Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jokowi.
Yang sangat menarik, adalah ternyata hanya dalam 5,5 tahun pemerintahan Jokowi sudah bisa mengalahkan 10 tahun pemerintahan SBY dalam hal kenaikan posisi utang pemerintah. Artinya laju kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah pada era Jokowi adalah yang tertinggi sepanjang sejarah.
S. Fajar