foto: republika INDONESIAKININEWS.COM - Seorang santri Pondok Pesantren Gontor 2, Ponorogo, Jawa Timur dinyatakan positif Covid-19. ...
foto: republika |
INDONESIAKININEWS.COM - Seorang santri Pondok Pesantren Gontor 2, Ponorogo, Jawa Timur dinyatakan positif Covid-19.
Kini, pemerintah Kabupaten Ponorogo menutup akses keluar masuk pondok pesantren tersebut.
Warga ponpes tidak diperkenankan keluar. Mereka juga tidak diperbolehkan menerima tamu.
Santri tak bawa surat keterangan pemeriksaan
Kasus positif Covid-19 di Pondok Gontor bermula ketika seorang santri berusia 17 tahun asal Sidoarjo datang ke pondok, Rabu (17/6/2020).
Namun, saat kembali ke pondok, santri itu tidak membawa surat keterangan pemeriksaan Covid-19 dari daerah asalnya.
Di pondok, santri tersebut beraktivitas seperti biasanya.
Belakangan diketahui, ayah santri itu positif Covid-19.
Temuan tersebut diketahui oleh Dinkes Jatim lima belas hari setelah santri tersebut kembali ke pondok.
Diperiksa dan positif
Dinas kesehatan kemudian menindaklanjuti dengan memeriksa santri 17 tahun itu.
Hasilnya, santri tersebut dinyatakan positif Covid-19 dari hasil pemeriksaan PCR.
Ia lalu dirawat dan diisolasi di rumah sakit.
Baca juga: Ratusan Santri Pondok Pesantren Gontor Mudik ke Sulsel, Langsung Dijadikan ODP
Akses pondok ditutup
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni
Sejumlah orang yang berkontak erat dengan santri itu diisolasi dari warga pondok yang lain.
Mereka yang melakukan kontak juga akan menjalani pemeriksaan Covid-19.
Menyusul kejadian itu, pemerintah Kabupaten Ponorogo menutup akses keluar masuk Pondok Gontor.
"Untuk sementara warga ponpes yang ada di dalam tidak diperkenankan untuk keluar pondok. Begitu juga tidak diperkenankan menerima tamu atau kunjungan untuk keperluan apapun," kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, kepada Kompas.com, Senin (6/7/2020) malam.
Ipong menegaskan, akses hanya diberikan untuk pemenuhan kebutuhan pokok serta layanan kesehatan.
Diminta belajar dari kasus Temboro
Ipong meminta, seluruh pondok pesantren berhati-hati.
Pasalnya, banyak santri berasal dari luar kota.
Lebih-lebih, tidak diketahui bagaimana aktivitas serta riwayat kesehatan keluarga santri.
"Mari kita belajar dari kasus yang sudah terjadi, kalster Temboro misalnya," kata Ipong.
Sumber: Kompas.com