INDONESIAKININEWS.COM - Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean angkat suara terkait ceramah Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain. Seperti...
INDONESIAKININEWS.COM - Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean angkat suara terkait ceramah Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain. Seperti diberitakan FIN sebelumnya, bahwa ceramah Tengku Zulkarnain dianggap mengolok-olok suku Jawa.
Ferdinand menilai apa yang disampaikan Tengku Zulkarnain sangat berbau provokasi, melecehkan, dan merendahkan. Karena jika melihat sejarah bangsa ini, justru orang Jawa yang paling banyak berjuang dan daerah Jawa lah yang menjadi basis paling besar kemerdekaan RI.
“Apa yg disampaikan oleh Tengku Z, saya pikir itu sangat berbau provokasi, melecehkan, dan merendahkan,” ujar Ferdinand dalam cuitannya di Twitter, Senin (27/7/2020).
Ferdinand melanjutkan sebagai sesama perantau dari Sumatera, ia menyayangkan ujaran yang dilontarkan Zulkarnain. Baginya orang Sumatera jauh dari karakter menyerang dan melecehkan suku lain.
“Orang Sumatera Utara itu karakternya perantau, maka kami akan selalu mendekatkan diri dengan suku dimanapun. Dari seluruh pulau Indonesia, orang Sumut pasti ada dan selalu bersahabat dengan semua orang. Tidak ada karakter menyerang, melecehkan suku lain,” tegasnya.
Ferdinand juga mengingatkan gelar ‘Tengku’ yang melekat pada Zulkarnain berasal golongan aristokrasi Raja dan anak turunan pada Melayu Deli. Prinsip orang Melayu Deli adalah hidup mandiri dan saling membantu orang lain.
“Melayu Deli berkarakter baik, ramah, tidak kasar, suka menolong, menerima orang baru. Maaf Zul, saya tak lihat ini di dirimu,” ketus Ferdinand lagi.
Sebelumnya, video yang tersebar, Tengku Zulkarnain mengatakan, karakter orang Medan dan Jawa berbeda. Orang Jawa lembut sementara Medan keras. Saking lembutnya orang Jawa jika berpamitan berjalan mundur. Ceramah itu mengundang tawa jamaahnya.
Ferdinand menegaskan tidak membelakangi adalah wujud bagaimana tingginya etika dan luhurnya budaya orang Jawa.
“Dia menghormati dan tidak memunggungi, bukan karena Jawa lemah tapi karena sifat rendah hati. Bukan hanya Jawa, tapi budaya nusantara pada umumnya seperti itu, orang tak memunggungi raja, tamu dan orang lain,” ungkapnya.
S. Fajar