INDONESIAKININEWS.COM - Suasana ruang rapat Komisi VII DPR pada 30 Juni lalu mendadak panas, setelah Muhammad Nasir dari Fraksi Partai De...
INDONESIAKININEWS.COM - Suasana ruang rapat Komisi VII DPR pada 30 Juni lalu mendadak panas, setelah Muhammad Nasir dari Fraksi Partai Demokrat mengusir Direktur Utama MIND ID atau PT Inalum (Persero) Orias Petrus Moedak.
Awalnya, Muhammad Nasir jengkel dengan cara Orias Petrus menjelaskan persoalan penerbitan utang baru MIND ID, yang totalnya 2,5 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 35 triliun.
“Kalau seperti ini, saya suruh Bapak keluar dari ruangan ini,” tegas Muhammad Nasir dalam rapat dengar pendapat (RDP) tersebut.
Mungkin karena merasa tertantang, Orias Petrus pun menimpali pernyataan Muhammad Nasir.
“Kalau Bapak suruh saya keluar, izin pimpinan saya keluar Pak,” ungkapnya santai, seolah tak menyadari kesalahannya.
Padahal jelas-jelas dalam setiap RDP yang dilakukan DPR, siapapun pihak pemerintah yang diundang pasti selalu membawa materi persentasi untuk dipaparkan dihadapan dewan.
Namun Orias Petrus yang datang dengan mengenakan pakaian yang dibalut sweater panjang terlihat menggampangkan dengan tidak membawa selembar kertas, atau bahkan persentation slide ke DPR.
Justru saat ditanya Muhammad Nasir mengenai sumber dana utang Inalum yang tidak memakai jaminan apapun, Orias Petrus dengan entengnya hanya menjawab bahwa itu dilakukan berdasarkan mekanisme yang ada di pasar modal.
Namun karena belum puas, Muhammad Nasir meminta penjelasan yang lebih rinci dengan menggunakan materi persentasi. Tapi nyatanya, Orias Petrus malah terlihat nyinyir menanggapi permintaan Anggota DPR Komisi VII ini.
Ia hanya menjawab “baik”, sembari menganggukkan kepala dan dengan raut wajah yang seolah meremehkan. Senyuman kecilnya seperti menyiratkan bahwa persoalan ini enteng.
Sementara Muhammad Nasir masih terlihat adem ayem saat meminta penjelasan tersebut.
Dia masih ingin mengejar rasa penasaran dengan cara berutang Inalum yang tidak pakai jaminan. Namun lagi-lagi Orias Petrus menjawab dengan tanpa dasar apapun.
“Iya itu yang selalu kita kerjakan Pak. Kita pinjam enggak pakai jaminan Pak, kalau dengan saya,” ucapnya.
Muhammad Nasir tampak bingung dengan penjelasan Orias Petrus. Oleh karenanya, dia menanyakan sejumlah hal lagi terkait penerbitan utang Inalum, yang ternyata dari penerbitan global bond, alias obligasi internasional atau surat utang negara yang diterbitkan oleh suatu negara dalam valuta asing.
Dari beberapa hal yang dicecar Muhammad Nasir, salah satu yang ditanyakan ialah terkait maksud dari pihak luar untuk memberikan pinjaman kepada Inalum, sementara tidak ada jaminan apapun untuk dititipkan.
Dengan cepat, Orias Petrus menyampaikan bahwa pemberian utang itu hanya bermodal kepercayaan kepada Inalum.
Orias Petrus menjamin bahwa utang yang diberikan kreditur akan terus dibayar, meskipun harus dengan cara berutang lagi.
“Kita harus cari cara untuk bisa bayar Pak. Saya optimis bisa bayar, dan semua yang memberikan optimis kita bisa bayar. Kalau toh harus berutang lagi dan ada yang memberikan utang itu termasuk salah satu opsi,” ungkap Orias Petrus.
Penjelasan yang semakin menganggap enteng masalah ini membuat Muhammad Nasir mulai geram.
Dia merasa tidak mendapat jawaban yang pasti. Sebaliknya, justru Nasir mencium ada yang salah dari Inalum yang coba ditutupi.
“Bapak ditempatkan di situ untuk menyelesaikan masalah. Bukan tambah-tambah masalah. Kalau mau cari utang dengan menjaminkan negara ini sudah salah itu,” ujar Muhammad Nasir.
“Bapak kalau duduk di situ cuma ambil keuntungan si ‘A’, si ‘B’, si ‘C’, untuk tambahkan utang di situ percuma. Ini perusahaan bangkrut nih. Kalau seperti itu tamatan SMA bisa ditaruh di situ (duduk sebagai Dirut Inalum),” sambungnya.
Debat panjang antara dua sosok ini pun berlanjut cukup panjang. Karena di satu sisi, Muhammad Nasir tidak mendapatkan penjelasan yang mumpuni terkait penyelesaian persoalan utang Inalum.
Di sisi yang lain, Orias Petrus pun bersikukuh dengan penjelasannya yang tanpa dasar, dan terlihat pongah dengan posisinya sebagai Dirut Inalum yang telah direstrukturisasi lembaganya oleh Menteri BUMN Erick Thohir menjadi MIND ID.
Kekesalan Muhammad Nasir memuncak, bahkan sampai gebrak meja untuk mengusir Orias Petrus keluar dari ruang rapat.
Tanpa tedeng aling-aling, mantan pimpinan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi DPP Partai Demokrat ini mengancam akan mengajukan pemecatan Dirut Inalum ke Erick Thohir.
“Iya, Bapak bagus keluar. Karena enggak ada gunannya Bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-mainan DPR ini. Tahu!” teriak Muhammad Nasir geram dengan menggebrak meja.
“Saya tidak main-main Pak,” jawab Orias Petrus. “Jadi anda itu harus lengkap bahannya. Enak betul anda di sini! Siapa yang taruh anda kaya gini. Percuma negara taruh kaya gini, ngerti?” timpal Muhammad Nasir.
“Saya diundang, saya datang,” kembali Orias Petrus menimpali.
“Kurang ajar anda! Tahu jabatan anda mempertaruhkan negara ini? Kamu pikir negara ini utang siapa yang mau bayar? Kamu? Enak betul kamu ngomongnya,” tekan Muhammad Nasir.
“Saya pimpinan, kalau ada orang kaya begini lagi enggak usah ikut rapat, kita suruh wakilnya saja. Bila perlu suruh menterinya yang datang kemari. Enggak perlu lagi. Saya minta kalau ada orang seperti ini enggak usah lagi rapat di komisi VII,” tuntutnya.
“Saya minta diganti Dirut ini (Orias Petrus). Saya kirim surat secara pribadi. Dari fraksi. Nanti kami minta bicara juga dari Fraksi Demokrat. Saya akan kirimkan ke Pak Erick sebagai Menteri BUMN,” ujar Muhammad Nasir meluapkan kemarahan yang membuat Orias Petrus harus keluar dari ruangan.
S. Pojoksatu